21 April 2013

Aku Ini Lamban

Izinkan. Izinkan aku berkisah lagi padamu. Semoga kamu tak bosan bila terus-menerus membacanya. Masih tentang cinta, cinta yang tak terkatakan. Aku harap kamu masih mau mengeja dengan sabar kata-kataku ini, yang kutahu masih berantakan, tak mudah dimengerti, tak terangkai indah. Iya, itu semua karena aku bukanlah pujangga, yang kamu dambakan.

Cinta terkadang hadir di saat yang tak tepat, seperti ini, aku baru merasakannya ketika kita akan berpisah, dan aku tak pernah punya waktu untuk mempersiapkan, menyusun dan mengungkapkan rasa ini. Mungkin kamu heran atau bahkan marah padaku, karena aku ini terlalu lamban, terlalu lambat mengungkapkannya. Mungkin kamu menganggapku terlalu memberi harap padamu. Mungkin kamu menganggapku main-main dengan ini semua.

Tidak. Tidak demikian. Aku tahu, kamu tahu, semua orang tahu, bahkan rembulan dan bintang yang malam ini sedang bersinar pun tahu bahwa aku tak punya kemampuan layaknya pujangga, yang bisa dengan merangkai huruf, menggubah kata, menyusun kalimat sama persis layaknya dengan perasaan yang sedang terpendam di dalam dada. Aku bukanlah pujangga itu. Aku juga bukanlah Einstein yang bisa berfikir cepat, dan mengukur semuanya dengan cermat, butuh waktu untuk memberikan keputusan. Aku bukanlah ilmuwan itu. Aku juga bukanlah seorang orator, yang mampu bicara mengungkapkan isi hati dan pikiran melalui ucapannya. 

Aku membutuhkan banyak waktu, untuk merangkai lima huruf c,i,n,t dan a hingga menjadi sebuah kalimat. Aku kesulitan. Silahkan tertawakan hal ini. Menyusun kalimat saja tidak bisa, apalagi mengungkapkannya. Dulu aku pernah cerita hal ini kepadamu, harapannya kamu mau mengerti, tapi entah sekarang kamu masih menyimpannya di pikiranmu, kuharap kamu masih mengingatnya jadi aku tak perlu menceritakannya lagi padamu disini. Ketika menulis saja aku masih menemukan kerumitan apalagi mengungkapkannya. Aku ini lucu, pintar sekali memendam rasa. Namun tak pernah diberikan keberanian mengatakannya. Selalu saja ada hal yang mengganjalnya, entah itu karena diriku sendiri, waktu, entah itu orang lain, iya karena aku terlalu lamban. Terlalu lama berpikir. 

Kamu tahu sebelum ini, aku sudah sering mengalaminya, pernah mengalaminya dengan seseorang di masa lampau, aku jatuh hati padanya, dan seperti biasa, aku selalu belajar mengeja huruf sampai menyusun kata, serta belajar mengungkapkannya, sampai aku bener-bener siap mengatakannya, lamban! biarlah. Hingga akhirnya aku merasa siap, tapi orang lain sudah mendahuluiku. Dia tak mau menungguku. Sakit. Namun sekarang aku sudah terbiasa. Iya terbiasa. Lagian dia mungkin bukan jodoh baik yang disiapkan Tuhan untukku. 

Kamu mungkin berpikir, mengatakan cinta itu mudah, tak perlu menjadi pujangga, ilmuwan atau bahkan orator handal, seperti kata pepatah, kalau sudah cinta, orang biasanya akan melakukan hal-hal gila. Iya aku mengerti. Aku ini lamban. Masalah cinta tak pernah aku kuasai dengan baik. Dan tentunya aku bukanlah orang gila yang bisa bertindak gila untuk menyatakan cinta, aku berpendapat tindakan itu hanya akan membuat sakit, entah kapan, saya yakin itu. Cinta yang tidak dipertimbangkan matang hanya akan menyakiti salah satu pihak. Oke, mungkin aku terlalu membela kelambananku dengan mengatakan demikian, tapi kenyataan memang demikian. Cinta yang spontan, akan menghasilkan hubungan yang spontan, tak continue begitu kata orang bijak. 

Aku ini lamban, karena selain kesulitan menyusun kalimat cinta, bukan seorang yang pandai mengucap. juga karena aku bukanlah pemikir yang cepat seperti einstein, meski sering bermasalah dalam hal cinta tapi otakku masih jernih untuk memikirkannya, aku tidak pernah terburu-buru, meski dengan ini aku rela tak diberi kesempatan, rela didahului orang lain, rela untuk mengorbankan rasa ini. Ah biarlah, ini hidupku aku memikirkannya untuk masa depanku, aku hanya tak mau menyakitimu dengan cinta sesaat, karena dalam cinta sesaat waktu akan menjadi pihak ketiga yang akan menjenuhkannya. Tapi persetanlah dengan itu semua, aku ini memang lamban.

Aku ini memang lamban, bertemu kamu yang ingin serba cepat, membuat hubungan kedekatan kita kalap, aku harap kamu mau mengerti, aku harap kamu masih memberikan waktu kepadaku untuk belajar mengatakan isi hati ini, mengenalmu lebih jauh, memberikan kesempatan pada hubungan kita untuk berkembang sebagaimana mestinya,tanpa perlu akselerasi. Selain aku yang masih berlatih dengan bahasa cinta, aku juga tak ingin menyakitimu, dengan hubungan yang didasari tindakan gila. Namun bila kau berpikir aku ini terlalu lamban, aku tak bisa berbuat apa-apa lagi. Mungkin ini bukanlah waktu yang tepat bagiku, bagimu juga untuk saling bertemu dalam lingkaran bernama jodoh. Mungkin Tuhan masih menyimpan jodoh yang akan berkata: "iya sayang, aku akan selalu menunggumu, menunggu keputusanmu, dan aku akan mengerti lambanmu, bukanlah sesuatu yang buruk karena itu demi kebahagiaan kita, aku rela berkorban untuk itu semua, dan ku tahu kamu juga akan memperlakukanku dengan baik" padaku. Oh indahnya. Tapi betapapun indahnya hal itu, aku masih berdoa kamulah yang akan mengatakannya padaku.

Bersabarlah. Mengertilah kelambananku ini. 
Yakinlah padaku, ketika aku lamban mengungkapkan cinta padamu, bukan berarti aku tidak serius, bukan berarti aku mempermainkanmu, bukan berarti aku salah, Ada sudut pandang dari jawabanku yang tidak pernah kamu pikirkan. Percayalah aku akan mengatakannya di waktu yang tepat setelah aku memikirkan dan mempersiapkannya secara matang. Meski itu nantinya terkadang tidak seperti yang kamu harapkan, pahamilah aku ini hanya mengatakan apa yang terbaik buat kita berdua.

Mengertilah. Aku juga akan mengertimu.