29 Desember 2008

Anarkisme Mahasiswa, Salah Didik atau Gagal Didik?

Sudah bukan merupakan hal yang aneh lagi tampaknya bagi masyarakat Makasar mengenai ihwal tawuran mahasiswa dan anarkisme mahasiswa. Begitu seringnya kejadian – kejadian yang melibatkan kontak fisik para mahasiswa, entah itu antara mahasiswa dengan aparat keamanan ataupun juga antar mahasiswa itu sendiri. Korban luka disertai dengan kerusakan berbagai infrastruktur publik juga tidak bisa dihindari. Sebuah kekacauan yang melibatkan suatu elemen masyarakat yang konon katanya dianggap paling kritis dan intelektual di tengah masyarakat.

Pertanyaan besar segera menggelinding bak bola salju yang terus membesar. Inikah sosok mahasiswa yang kritis dan intelek itu? Bukankah mereka hanyalah sekelompok preman yang hanya bisa menggunakan kekuatan ototnya saja untuk menyelesaikan suatu permasalahan? Bukankah mahasiswa itu seharusnya menyelesaikan segala sesuatunya dengan akal yang sehat serta kepala dingin? Bukankah mahasiswa itu adalah pemberi solusi atas berbagai persoalan yang menimpa masyarakat? Bukankah mereka itu adalah agent of change yang bakalan membawa secercah perubahan di tubuh masyarakat? Bukankah mereka seharusnya menjadi sosok contoh bagi masyarakat bagaimana ketinggian intelektual itu bisa bermanfaat bagi masyarakat?

Salah didik atau gagal didik ?

Sungguh mengherankan memang bagaimana para mahasiswa tersebut bisa bertindak seperti itu. Apakah hal ini dikarenakan oleh para pendidiknya (guru dan dosen) yang salah dalam mendidik ataukah memang sistem pendidikan yang sekarang itu telah gagal dalam mendidik ?

Mengenai kemungkinan pertama, hal itu tentu saja sangat mungkin terjadi. Bisa diketahui bagaimana para guru dan dosen tersebut mengajar para muridnya. Dikatakan mengajar bukan mendidik karena memang fungsi mereka saat ini itu tidak lebih dari sekadar mentransfer ilmu saja. Setelah proses transfer tersebut telah selesai maka selesai pulalah proses belajar mengajar itu di sekolah. Lebih parah dari sekolah menegah umum ke bawah yang umumnya masih memeperhatikan sedikit aspek pendidikan, di kampus, proses pendidikan tersebut malah bisa dikatakan tidak ada sama sekali. Dosen tidaklah lebih dari sekadar pentransfer ilmu saja. Kalaupun ada dosen yang mendidik mahasiswanya, itu hanyalah sedikit sekali presentasenya. Sebagian besar ya tentu saja tidak peduli dengan pendidikan mahasiswanya, entah dengan alasan mereka(mahasiswa) itu sudah besar ataupun alasan yang lainnya.

Berbagai aksi anarkis mahasiswa tersebut tidak fair rasanya kalau kita hanya menyalahkan para dosen serta para guru yang tidak mendidik para muridnya. Sebenarnya sikap para guru dan dosen yang seperti itu juga tidak lepas dari sistem pendidikan yang mengatur mereka. Sistem pendidikan yang ada sekarang ini memang sama sekali tidak berorientasi pada mendidik anak walaupun nama institusinya adalah Departemen Pendidikan. Indikasi – indikasi yang ada menunjukkan bahwa institusi tsb. tidak lebih dari berpikir bagaimana para siswa atau mahasiswa itu dapat menguasai berbagai ilmu sains yang ada. Implikasinya, yang mendapat porsi lebih besar dalam pelajaran sekolah dan kuliah adalah pelajaran – pelajaran sains dan teknologi, serta sedikit sekali memberi ruang bagi pelajaran – pelajaran yang membentuk pola pikir dan pola sikap atau kepribadian. Hal yang demikian itu tentu saja sebagai turunan diterapkannya sistem yang sekuler di negara ini, suatu sistem yang tidak menginginkan keberadaan suatu agama untuk eksis di ranah publik. Maka jangan heran bila di bangku kuliah, mata kuliah agama itu hanya diberikan selama 1 semester saja selama kuliah di suatu universitas. Faktor sistem yang demikian itu tentu saja berbanding lurus dengan kepribadian para mahasiswa yang semakin kacau bahkan split ( terpisah) antara apa yang menjadi pola pikir dengan pola sikapnya.

Namun, itu semua seharusnya masih bisa dibendung oleh institusi pendidikan yang terakhir yaitu keluarga. Keluarga semestinya menjadi tempat yang berfungsi sebagai tempat penggodokan anak yang nantinya diharapkan tidak memiliki kepribadian yang kacau bahkan split. Para orang tua juga tidak bisa melepaskan tanggung jawabnya untuk mendidik anak kepada para guru dan dosen di sekolah maupun di universitas. Kejadian – kejadian anarkisme mahasiswa ini juga tidak lepas dari pendidikan yang diberikan oleh para orang tua. Bisa juga dikatakan bahwa para orang tua telah gagal dalam mendidik anak – anaknya. Bagaimana mereka bisa berhasil mendidik anak – anaknya kalau mereka dulu juga jarang atau bahkan sama sekali tidak dididik melainkan hanya diajar saja.

Ini semua juga tidak lepas dari keterpurukan pemikiran umat yang amat sangat. Sebuah kemunduran dalam berfikir sehingga kabur bagi mereka manakah yang baik dan manakah yang buruk. Mereka tidak lagi tahu untuk apa mereka hidup serta akan kemana setelah mereka meninggal dunia. Seolah – olah mereka lupa bahwasanya Alloh-lah yang telah menciptakan mereka. Sehingga dalam mendidik anak pun masih kabur, manakah yang merupakan madu bagi anak dan manakah yang merupakan racun bagi anak.

Solusi Islam atas pendidikan ?

Pendidikan dalam Islam dibangun diatas dasar akidah Islam. Akidah inilah yang nantinya digunakan sebagai asas dalam pembentukan pola pikir dan pola sikap para pelajar. Secara umum pendidikan dalam Islam bertujuan untuk membentuk kepribadian para pelajar yaitu dengan membentuk pola pikir dan pola sikap yang Islami serta membekali mereka dengan ilmu – ilmu sains yang dibutuhkan untuk hidup bermasyarakat. Sedangkan materi pendidikan yang diberikan bisa dibagi menjadi 2 bagian yaitu tsaqofah dan sains teknologi. Sains teknologi berkaitan dengan segala sesuatu yang bersifat universal dan bukan khusus untuk umat tertentu misal kimia, fisika, dll. Sedangkan tsaqofah adalah pengetahuan yang berkaitan dengan akidah Islam maupun dengan akidah non Islam. Tsaqofah Islam wajib diberikan di semua jenjang pendidikan, serta wajib bagi semua warga negara. Sedangkan sains teknologi sifatnya adalah pilihan dan disesuaikan dengan kebutuhan para pelajar.

Dengan pendidikan yang diproyeksikan seperti itu, maka diharapkan mahasiswa – mahasiswa atau pelajar – pelajar yang dihasilkan memiliki aqidah yang kuat, menguasai tsaqofah Islam dan non Islam (untuk non Islam hanya untuk dipelajari bukan diyakini) serta menguasai sains dan teknologi. Dengan pendidikan yang seperti ini pula diharapkan mahasiswa atau pelajar bisa menjadi bagian dari solusi bukannya malah menambah tumpukan masalah yang ada.

By : Wisnu Sudibjo
http://gemapembebasan.or.id
Baca Selanjutnya...

27 Desember 2008

Selamat Tahun Baru

Tahun ini, tahun baru Hijriyah hampir bersamaan datangnya dengan tahun baru Masehi. Biasanya tahun baru Masehi disambut dengan hiruk- pikuk luar biasa. Sementara tahun baru Hijriyah yang sering disebut tahun Islam, tidak demikian. Tidak ada trek-trekan sepeda motor di jalanan. Tidak ada terompet. Tidak ada panggung-panggung hiburan di alun-alun.
Yang ada di sementara mesjid, kaum muslimin berkumpul berjamaah salat Asar –meski biasanya tidak—lalu bersama-sama berdoa akhir tahun; memohon agar dosa-dosa di tahun yang hendak ditinggalkan diampuni oleh Allah dan amal-amal diterima olehNya. Kemudian menunggu salat Maghrib –biasanya tidak—dan salat berjamaah lalu bersama-sama berdoa awal tahun. Memohon kepada Allah agar di tahun baru dibantu melawan setan dan antek-anteknya, ditolong menundukkan hawa nafsu, dan dimudahkan untuk melakukan amal-amal yang lebih mendekatkan kepada Allah.
Memang agak aneh, paling tidak menurut saya, jika tahun baru disambut dengan kegembiraan. Bukankah tahun baru berarti bertambahnya umur? Kecuali apabila selama ini umur memang digunakan dengan baik dan efisien. Kita tahu umur digunakan secara baik dan efisien atau tidak, tentu saja bila kita selalu melakukan muhasabah atau efaluasi. Minimal setahun sekali. Apabila tidak, insyaallah kita hanya akan mengulang-ulang apa yang sudah; atau bahkan lebih buruk dari yang sudah. Padahal ada dawuh: “Barangsiapa yang hari-harinya sama, dialah orang yang merugi; barangsiapa yang hari ini-nya lebih buruk dari kemarin-nya, celakalah orang itu.”
Apabila kita amati kehidupan kaum muslimin di negeri kita ini sampai dengan penghujung tahun 1429, boleh jadi kita bingung mengatakannya. Apakah kehidupan kaum muslimin --yang merupakan mayoritas ini-- selama ini menggembirakan atau menyedihkan. Soalnya dari satu sisi, kehidupan keberagamaan terlihat begitu hebat di negeri ini.
Kitab suci al-Quran tidak hanya dibaca di mesjid, di mushalla, atau di rumah-rumah pada saat senggang, tapi juga dilomba-lagukan dalam MTQ-MTQ. Bahkan pada bulan Ramadan diteriakan oleh pengerassuara-pengerassuara tanpa pandang waktu. Lafal-lafalnya ditulis indah-indah dalam lukisan kaligrafi. Malah dibuatkan museum agar mereka yang sempat dapat melihat berbagai versi kitab suci itu dari yang produk kuno hingga yang modern; dari yang berbentuk mini hingga raksasa. Akan halnya nilai-nilai dan ajarannya, juga sesekali dijadikan bahan khotbah dan ceramah para ustadz. Didiskusikan di seminar-seminar dan halqah-halqah. Bahkan sering dicuplik oleh beberapa politisi muslim pada saat kampanye atau rapat-rapat partai..
Secara ‘ritual’ kehidupan beragama di negeri ini memang dahsyat. Lihatlah. Hampir tidak ada tempat ibadah yang jelek dan tak megah. Dan orang masih terus membangun dan membangun mesjid-mesjid secara gila-gilaan. Bahkan di Jakarta ada yang membangun mesjid berkubah emas. (Saya tidak tahu apa niat mereka yang sesungguhnya membangun rumah-rumah Tuhan sedemikian megah. Tentu bukan untuk menakut-nakuti hamba-hamba Tuhan yang miskin di sekitas rumah-rumah Tuhan itu. Tapi bila Anda bertanya kepada mereka, insya Allah mereka akan menjawab, “Agar dibangunkan Allah istana di surga kelak”. Mungkin dalam pikiran mereka, semakin indah dan besar mesjid yang dibangun, akan semakin besar dan indah istana mereka di surga kelak.
(Terus terang bila teringat fungsi mesjid dan kenyataan sepinya kebanyakan mesjid-mesjid itu dari jamaah yang salat bersama dan beri’tikaf, timbul su’uzhzhan saya: jangan-jangan mereka bermaksud menyogok Tuhan agar kelakuan mereka tidak dihisab).
Tidak ada musalla, apalagi mesjid, yang tidak memiliki pengeras suara yang dipasang menghadap ke 4 penjuru mata angin untuk melantunkan tidak hanya adzan. Bahkan ada yang sengaja membangun menara dengan beaya jutaan hanya untuk memasang corong-corong pengeras suara. Adzan pun yang semula mempunyai fungsi memberitahukan datangnya waktu salat, sudah berubah fungsi menjadi keharusan ‘syiar’ sebagai manifestasi fastabiqul khairaat; sehingga sering merepotkan mereka yang ingin melaksanakan anjuran Rasulullah SAW: untuk menyahuti adzan.
Jamaah dzikir, istighatsah, mujahadah, dan muhasabah menjamur di desa-desa dan kota-kota. Terutama di bulan Ramadan, tv-tv penuh dengan tayangan program-program ’keagamaan’. Artis-artis berbaur dan bersaing dengan para ustadz memberikan ‘siraman ruhani’ dan dzikir bersama yang menghibur.
Jumlah orang yang naik haji setiap tahun meningkat, hingga di samping ketetapan quota, Departemen Agama perlu mengeluarkan peraturan pembatasan. Setiap hari orang berumroh menyaingi mereka yang berpiknik ke negara-negara lain.
Jilbab dan sorban yang dulu ditertawakan, kini menjadi pakaian yang membanggakan. Kalimat thoyyibah, seperti Allahu Akbar dan Subhanallah tidak hanya diwirid-bisikkan di mesjid-mesjid dan mushalla-mushalla, tapi juga diteriak-gemakan di jalan-jalan.
Label-label Islam tidak hanya terpasang di papan-papan sekolahan dan rumah sakit; tidak hanya di AD/ART-AD/ART organisasi sosial dan politik; tidak hanya di kaca-kaca mobil dan kaos-kaos oblong; tapi juga di lagu-lagu pop dan puisi-puisi.
Pemerintah Pancasila juga dengan serius ikut aktif mengatur pelaksanaan haji, penentuan awal Ramadan dan ‘Ied. MUI-nya mengeluarkan label halal (mengapa tidak label haram yang jumlahnya lebih sedikit?) demi menyelamatkan perut kaum muslimin dari kemasukan makanan haram.
Pejuang-pejuang Islam dengan semangat jihad fii sabiilillah mengawasi dan kalau perlu menindak –atas nama amar ma’ruuf dan nahi ‘anil munkar-- mereka yang dianggap melakukan kemungkaran dan melanggar peraturan Tuhan. Tidak cukup dengan fatwa-fatwa MUI, daerah-daerah terutama yang mayoritas penduduknya beragama Islam pun berlomba-lomba membuat perda syareat.
Semangat keagamaan dan kegiatan keberagamaan kaum muslimin di negeri ini memang luar biasa. Begitu luar biasanya hingga daratan, lautan, dan udara di negeri ini seolah-olah hanya milik kaum muslimin. Takbir menggema dimana-mana, siang dan malam. Meski namanya negara Pancasila dengan penduduk majmuk, berbagai agama diakui, namun banyak kaum muslimin –terutama di daerah-daerah yang mayoritas penduduknya beragama Islam— seperti merasa paling memiliki negara ini. Barangkali karena itulah, banyak yang menyebut bangsa negeri ini sebagai bangsa religius.
Namun, marilah kita tengok sisi lain untuk melihat kenyataan yang ironis dalam kehidupan bangsa yang religius ini. Semudah melihat maraknya kehidupan ritual keagamaan yang sudah disinggung tadi, dengan mudah pula kita bisa melihat banyak ajaran dan nilai-nilai mulia agama yang seolah-olah benda-benda asing yang tak begitu dikenal.
Tengoklah. Kebohongan dan kemunafikan sedemikian dominannya hingga membuat orang-orang yang masih jujur kesepian dan rendah diri.
Rasa malu yang menjadi ciri utama pemimpin agung Muhammad SAW dan para shahabatnya, tergusur dari kehidupan oleh kepentingan-kepentingan terselubung dan ketamakan.
Disiplin yang dididikkan agama seperti azan pada waktunya, salat pada watunya, haji pada waktunya, dsb. tidak sanggup mengubah perangai ngawur dan melecehkan waktu dalam kehidupan kaum beragama.
Plakat-plakat bertuliskan “An-nazhaafatu minal iimaan” dengan terjemahan jelas “Kebersihan adalah bagian dari iman”, diejek oleh kekumuhan, tumpukan sampah, dan kekotoran hati di mana-mana.
Kesungguhan yang diajarkan Quran dan dicontohkan Nabi tak mampu mempengaruhi tabiat malas dan suka mengambil jalan pintas.
Di atas, korupsi merajalela (Bahkan mantan presiden 32 tahun negeri ini dikabarkan menyandang gelar pencuri harta rakyat terbesar di dunia). Sementara di bawah, maling dan copet merebak.
Jumlah orang miskin dan pengangguran seolah-olah berlomba dengan jumlah koruptor dan mereka yang naik haji setiap tahun.
Nasib hukum juga tidak kalah mengenaskan. Tak perlulah kita capek terus bicara soal mafia peradilan dan banyaknya vonis hukum yang melukai sanubari publik untuk membuktikan buruknya kondisi penegakan hukum negeri ini. Cukuplah satu berita ini: KPK baru-baru ini menangkap Koordinator Bidang Pengawasan Kehormatan Keluhuran Martabat dan Perilaku Hakim Komisi Yudisial saat menerima suap.
Penegak-penegak keadilan sering kali justru melecehkan keadilan. Penegak kebenaran justru sering kali berlaku tidak benar.
Maniak kekuasaan menghinggapi mereka yang pantas dan yang tidak pantas. Mereka berebut kekuasaan seolah-olah kekuasaan merupakan baju all size yang patut dipakai oleh siapa saja yang kepingin, tidak peduli potongan dan bentuk badannya..
Tidak hanya sesama saudara sebangsa, tidak hanya sesama saudara seagama, bahkan sesama anggota organisasi keagamaan yang satu, setiap hari tidak hanya berbeda pendapat, tapi bertikai. Seolah-olah kebenaran hanya milik masing-masing. Pemutlakan kebenaran sendiri seolah-olah ingin melawan fitrah perbedaan.
Kekerasan dan kebencian, bahkan keganasan, seolah-olah menantang missi Rasulullah SAW: rahmatan lil ‘aalamiin, mengasihi seluruh alam, dan tatmiimu makaarimil akhlaaq, menyempurnakan akhlak yang mulia.
Penghargaan kepada manusia yang dimuliakan Tuhan seperti sudah mulai sirna dari hati. Termasuk penghargaan kepada diri sendiri.
Waba’du; jangan-jangan selama ini –meski kita selalu menyanyikan ”Bangunlah jiwanya, bangunlah badannya”—hanya badan saja yang kita bangun. Jiwa kita lupakan. Daging saja yang kita gemukkan, ruh kita biarkan merana. Sehingga sampai ibadah dan beragama pun masih belum melampaui batas daging. Lalu, bila benar, ini sampai kapan? Bukankah tahun baru ini momentum paling baik untuk melakukan perubahan?

Selamat Tahun Baru BAru Hijriah 1930 dan Tahun Baru Masehi 2009!!!

Dikutip Dari: http://www.gusmus.net
Baca Selanjutnya...

20 Desember 2008

All About Cancer...

Baca, ketahui kemudian pertimbangkan hal ini:

1. Setiap orang mempunyai sel kanker di dalam tubuh. Sel-sel kanker ini tidak terlihat dalam tes standard hingga mereka berkembang biak menjadi bermilyar milyar. Ketika dokter mengatakan kepada pasien kanker bahwa tidak ada lagi sel kanker di tubuh mereka setelah perawatan, itu berarti bahwa tes yang dilakukan tidak mampu mendeteksi sel kanker karena sel kanker tersebut tidak sampai pada jumlah yang dapat diprediksi.

2. Kanker sel terjadi antara 6 sampai 10 kali di dalam hidup manusia.

3. Ketika kekebalan tubuh manusia kuat, sel-sel kanker akan rusak dan dicegah dari pembiakan dan pembentukan tumor.

4. Ketika seseorang mengidap kanker, diindikasikan orang tersebut mempunyai beragam gangguan nutrisi. Hal ini bisa disebabkan oleh factor genetik, lingkungan, makanan dan gaya hidup.

5. Untuk menanggulangi beragam gangguan nutrisi, mengubah diet dan termasuk suplemen akan menguatkan kekebalan imun.

6. Kemoterapi melibatkan sel kanker beracun yang tumbuh dengan cepat dan juga merusak sel sehat yang tumbuh dengan cepat di sumsum tulang, organ bagian dalam dan dapat menyebabkan kerusakan organ seperti hati, ginjal, jantung, paru-paru, dsb.

7. Radiasi ketika menghancurkan sel kanker, juga membakar dan merusak sel sehat, jaringan dan organ.

8. Perawatan awal dengan kemoterapi dan radiasi akan sering mengurangi ukuran tumor. Akan tetapi penggunaan kemoterapi dan radiasi yang berkepanjangan tidak menghasilkan kehancuran tumor.

9. Ketika tubuh telah banyak mempunyai racun yang terbakar akibat kemoterapi dan radiasi, sistem imun yang dibinasakan karenanya akan lemah dari berbagai macam infeksi dan komplikasi.

10. Kemoterapi dan radiasi bisa mengakibatkan sel kanker
bermutasi dan menjadi bersifat menentang serta sulit dihancurkan. Pembedahan juga dapat mengakibatkan sel kanker menyebar ke bagian lain.

11. Sebuah cara yang efektif adalah membuat sel kanker lapar
dengan cara tidak memberinya makanan yang dapat menyebabkannya berkembang biak.

12. Protein hewani sulit untuk dicerna dan membutuhkan banyak enzim pencernaan. Daging yang tidak dicerna secara sempurna,
sisanya di dalam isi perut menjadi antaran untuk membangun racun.

13. Dinding kanker dialasi oleh protein yang tangguh.
Mempertahankan diri dengan memakan sedikit daging dapat membebaskan enzim untuk melawan dinding protein sel kanker dan membiarkan sel pembunuh dalam tubuh menghancurkan sel kanker.

14. Beberapa suplemen membangun kekebalan imun (IP6, Flor-ssence, Essiac, anti oksidan, vitamin, mineral, EFA, dll) dan memungkin kan sel pembunuh dalam tubuh menghancurkan sel kanker. Suplemen-suplemen lain seperti vitamin E diketahui menyebabkan apoptosis, atau pemrograman kematian sel, metode tubuh normal dari penempatan sel yang rusak, tidak diinginkan atau tidak dibutuhkan.

15. Kanker adalah penyakin pikiran, tubuh dan jiwa. Semangat yang proaktif dan positif akan membuat selamat. Kemarahan, tidak memaafkan dan kepahitan menempatkan tubuh ke dalam keadaan penuh stress. Belajarlah mempunyai semangat mencintai dan memaafkan. Belajarlah santai dan menikmati hidup.

16. Kanker sel tidak dapat tumbuh dengan subur dalam lingkungan beroksigen. Berolahraga setiap hari, dan bernapas dengan dalam membantu mendapatkan oksigen lebih banyak. Terapi oksigen adalah cara lain untuk menghancurkan sel kanker.

SEL KANKER HIDUP DENGAN:

a. Gula adalah umpan kanker.
Dengan mengurangi gula, berarti juga mengurangi suplai makanan penting bagi sel kanker. Pengganti gula seperti NutraSweet, Equal, Spoonful, dll dibuat dengan aspartam dan itu berbahaya. Pengganti alami yang lebih baik dapat berupa madu atau tetes tebu tetapi dalam jumlah yang amat sedikit. Garam meja mempunyai tambahan kimia untuk membuat warnanya putih. Alternatif yang lebih baik adalah dengan garam laut.

b. Susu membuat tubuh memproduksi mucus, terutama di organ bagian dalam. Kanker diumpan oleh mucus. Dengan mengurangi susu sel kanker akan kelaparan.

c. Sel kanker tumbuh dengan subur di lingkungan asam. Diet anti daging adalah bersifat asam, yang terbaik adalah memakan ikan dan ayam daripada daging sapi atau babi. Daging juga mengandung antibiotik ternak yang menumbuhkan hormon dan parasit yang berbahaya, terutama bagi penderita kanker.

d. Diet dengan 80% sayur dan buah segar, biji-bijian dan
kacang-kacangan membantu tubuh dalam lingkungan alkalin. 20%nya bisa diperoleh dari makanan matang termasuk kacang. Sayur segar menyediakan enzim hidup yang mudah diserap dalam 15 menit untuk memelihara dan meningkatkan pertumbuhan sel sehat. Untuk memperoleh enzim hidup untuk membangun sel sehat, cobalah minum jus sayur segar (semua sayuran termasuk kacang2an) dan makan sayuran mentah 2
atau 3 kali sehari. Enzim rusak pada temperature 104 derajat
Farenheit atau 40 derajat Celcius.

e. Hindari kopi, teh, dan coklat yang mempunyai kafein tinggi. Teh hijau adalah alternative terbaik yang mempunyai sel penumpas kanker. Yang terbaik meminum air bersih atau air yang telah disaring untuk menghindari racun dan logam berat dalam air ledeng.

Diambil dari: http://adetutut.multiply.com/
Baca Selanjutnya...

Jadilah Seperti Lebah

"Perumpamaan seorang Mukmin bagaikan lebah, ia tidak makan kecuali yang baik dan tidak memberi kecuali yang baik." (HR Tirmidzi dan Ibnu Majah)
Redaksi hadis ini terbilang singkat. Walau begitu makna yang dikandungnya cukup dalam dan luas. Setidaknya ada dua pesan dalam hadis ini. Pertama, seorang Muslim harus selektif dalam menerima sesuatu; entah itu berupa pemikiran, budaya, sampai makanan. Ia hanya akan menerima yang baik saja. Standar yang digunakannya adalah Alquran dan sunah. Selama yang ia dapati itu sesuai dengan keduanya, maka ia akan terima. Namun tatkala bertentangan dengan keduanya, ia tidak ragu untuk menolaknya.
Pada saat sekarang, umat Islam tengah dihadapkan pada derasnya arus informasi dan masifnya ekspansi Barat. Ekspansi tersebut bukan hanya sebatas budaya, tapi telah menyentuh pula wilayah akidah. Di sinilah prinsip selektifitas menjadi sangat penting. Dengan memiliki sikap selektif, diharapkan, umat tidak menjadi pengikut buta peradaban Barat. Sebaliknya, mereka pun tidak menutup mata dan telinga dari nilai-nilai positif yang ada dalam peradaban tersebut.
Prinsip selektivitas adalah modal berharga bagi umat Islam untuk menjadi umatan wasathan (umat pertengahan). Allah SWT berfirman, "Dan demikianlah kami jadikan kalian umat pertengahan..." (QS Al-Baqarah [2]: 143).
Kedua, seorang Mukmin tidak memberikan sesuatu kepada yang lainnya kecuali yang baik. Seorang Muslim dilarang menjadi biang kesusahan bagi orang lain. Ia harus tampil menjadi solusi bagi kesusahan orang lain. Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa yang melepaskan kebingungan seorang muslim, maka Allah akan melepaskan satu kebingungan dari kebingungan-kebingungan di hari akhir" (HR Bukhari dan Muslim). Atau paling tidak orang lain merasa aman dari lidah serta tangannya. "Muslim itu adalah orang yang yang Muslim lainnya merasa selamat dari lidah dan tangannya dan orang berhijrah adalah orang yang meninggalkan larangan Allah" (HR Bukhari dan Muslim).
Dalam konteks keumatan, Allah SWT menjuluki umat Islam sebagai khairu ummah atau umat yang terbaik (QS Ali Imran [3]: 110). Mereka dilahirkan untuk umat manusia dan mereka hanya akan memberikan yang terbaik untuk umat manusia.
Sejarah mencatat bahwa sejak peradaban Islam muncul dan berkembang, peradaban lain pun merasakan manisnya. Ilmu-ilmu pengetahuan yang sekarang berkembang di Barat tidak bisa dilepaskan dari campur tangan ilmuwan-ilmuwan Islam pada abad pertengahan. Ibnu Rusyd, Al-Khawarizmi, Ibnu Sina adalah sedikit ilmuwan Muslim yang memberikan kontribusi besar terhadap perkembangan peradaban Barat.
Ketika prinsip ini diyakini dan dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari, maka umat Islam dapat menjadi umatan wasathan; dan pada saat yang sama menjadi umat yang memberikan pencerahan kepada umat yang lain. Wallahu a'lam bish-shawab. Sumber:  groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/message/23452
Baca Selanjutnya...

16 Desember 2008

Bebas....

Saat sedih ku sendiri
tanpa ada seorangpun tahu
Apakah mereka begitu tak mengerti yang kurasa?
Hatiku terluka dan begitu perihnya
Tak satupun yang tahu akan isi hatiku
Di depan semua orang aku seolah-olah riang
Tapi di dalam lubuk hatiku banyak hal yang menyakitkan
Kenapa aku begini?
Sungguh ku tak ingin begini
Siapakah yang bisa menolongku bebas dari semua ini
Ku merasa sangat berbeda dengan mereka
Mereka begitu asing bagiku
Aku juga punya hati
Aku punya perasaan
Ku ingin dihargai
Perasaan yang saat ini kurasa
Sering buatku merasa sedih dan sepi sendiri
Hanya di dalam hati, aku memendam rasa ini
Kadang ku merasa tak sanggup dengan semua ini
Tapi terus kucoba tuk tegar
Isi hatiku adakah yang tahu?
Ku pendam semua rasa dalam hatiku
Sungguh tak mudah bagiku
Aku tersiksa, ku ingin bebas
Bebas menjadi diriku sendiri dan bukan menjadi orang lain.

sumber: bons.myflexiland.com/date/02/11/2007
Baca Selanjutnya...

15 Desember 2008

Pengemis dan Eksistensinya Menurut Islam

Sabtu Malam Minggu Kemarinn, seorang temenku, Heru datang ke kosku ngajak keluar jalan-jalan. mau beli sepatu katanya.. kebetulan malam itu asaya baru saja sampai di kos setelah rutinitas dan ikut rapat untuk pekan farmasi di kampus saya. Karena saya gak ada kerjaan saya mau aja diajak jalan ma dia.. dari pada malam minggu hanya bengong saaja di kos mending keluar...
Nah Karena saya baru sampe kosm tadi n belum makan sesuap nasi pun akhirnya saya ajak dia makan dulu di warung makan nasi goreng...hehehe maklum anak kos....
setelah samapi kami pesan NasGor 2 Porsi plus minum ala kadarnya...
Beberapa saat kemudian pesananan pun jadi...
Akhirnya Kami menikamatinya. . ALHAMDULILLA perut saya sudah tidak berteriak lagi....dah terisi sedikit demi sedikit... hehe
Tapi di tengah saya dan eman saya sedang menikmati Nasgor tadi tiba-tiba...

“Assalamu’alaikum…”

Seorang wanita tua berpakaian tunik two-pieces warna hijau tosca dengan jilbab kaus senada tengah berdiri di ambang pintu masuk. Beberapa pasang mata langsung beralih pada sosok tua itu, kemudian kembali menekuri aktivitasnya.

Kelihatannya seorang pengemis, batin saya saat itu. Sambil bergegas menghampirinya, saya tersenyum ramah padanya.

“Wa’alaikum salam… Kami serentak menjawabnya..

Dilihat dari dekat, penampilan ibu itu sungguh tidak terlihat seperti seorang pengemis. Dia berpakaian rapi, bersih, dan sopan. Sebuah tas tua mencangklong di pundaknya.

"Saya cuma mau minta uang untuk makan,” ujarnya tanpa ragu-ragu. Saya melongo sesaat.

“Saya belum makan, Ndhoro,” tambahnya

“ohh…” mulut saya membulat seutuhnya.

Secepatnya saya mulai mencari uang kecil untuk diberikan pada si pengemis tadi. Saya bermaksud memberinya selembar uang lima ribuan. Saya pikir jumlah itu cukup untuk membeli sarapan yang mengenyangkan di kota Bandung ini, plus minumnya sekalian. Namun, saya baru ingat, tadi siang saya sudah menggunakan uang lima ribuan untuk membeli sarapan, yang tersisa hanya 1 koin 500an saja saja. Sebenarnya saya pu nya uang eih tapi jumlahnya 1 lemvbar ratusan ribu.
saya menawari temen saya agar ikut menymbang. ternyata dia juga hanya membawa uang dengan pecahan besar..

Saya memutuskan untuk memberikan uang seadanya pada ibu itu.

Ibu itu masih berdiri mematung menatap kesibukan kami.

“Maaf, Bu, tapi hanya ada uang segini saja. Kebetulan kami sedang tidak ada uang kecil,,” dengan tak enak hati kukepalkan uang itu ke tangannya. Saya berkata jujur karena memang saya belum gajian dan saya baru berniat menggesek ATM nanti siang.

“Astaghfirullah…” ucapnya sedetik kemudian ketika ia menyadari nominal yang telah berpindah tangan itu, seraya menatap agak tajam –kalau tidak dikatakan agak ketus- pada saya. Saya tak mampu menerjemahkan arti tatapan itu. Barangkali dia merasa tak percaya saya ‘hanya’ memberinya 500 rupiah saja.
Kemudian dia melempar uang tersebut ke arah tempat saya dan Heru makan. kami berdua tentu saja kaget dengan lemparan uang tersebut seraya berucap "ini duit buat ndoro aja,,,

Dia berlalu tanpa permisi dan tanpa ucapan terima kasih. Air mukanya tak bisa dibilang seramah ketika dia datang tadi. Saya memperhatikan sosoknya bergegas menghilang di tikungan jalan.

Sungguh, Allah memberikan dia fisik yang sehat, kuat, dan sempurna untuk menjadi seorang pengemis. Saya tak habis pikir, bagaimana dia mengambil keputusan untuk menaruh harga dirinya di rumah dan datang jauh2 ke Bandung untuk mengemis. Dimanakah letak rasa syukur atas karunia Allah? Ah, tapi saya tak berhak untuk menghakiminya. Dia pasti punya alasan tersendiri.


Sering juga saya mendengar cerita beberapa rekan yang pernah menjadi korban kekecewaan pengemis yang tidak diberi uang. Mereka akan memaki dengan kata2 yang kasar dan menyakitkan, bahkan ada yang berani merusak kendaraan yang dikendarai. Kini, memberi uang receh pada pengemis bukan lagi berangkat dari niat shadaqah, melainkan untuk menyelamatkan diri dan property dari kebrutalan tindakan pengemis yang tidak diberi uang. Pernah saya berinisiatif memberi kue kecil dan permen untuk pengemis anak2. Apa reaksi mereka? Mereka kecewa karena saya tidak memberikan mereka uang receh dan akhirnya mereka lupa untuk berterima kasih. Alih2 berterima kasih, malah ucapan yang tak pantas yang keluar dari mulut mungil mereka.


Oya saya pernah denger Cerita dari temen..
Pernah juga suatu pagi, diantara rasa mabuk ditengah kehamilan trimester pertama, seorang pengamen memaksa saya untuk memberinya uang. Saat itu, diangkot, saya duduk di pojok sambil merem ayam, menahan gelombang mual dan pusing yang menyerang. Si pengemis mengedarkan topinya untuk menampung recehan pada para penumpang. Saya yang saat itu sedang tiduran tidak mengindahkannya. Tiba2 sebuah teguran membangunkan saya, “Hei! Hei, Neng!”, serunya sambil mengeluarkan siulan tak sopan. Saya terbangun dan melihatnya. Saya menganggukkan kepala sambil tersenyum dan memberi isyarat bahwa saya tak hendak memberinya uang. “Muslimin kok sombong!!” makinya keras dengan wajah memerah. Saya sangat kaget sekali menerima reaksinya. Namun akal sehat lebih menguasai saya saat itu. Apakah jilbab yang menjadi identitas saya serta merta menjadi alasan saya untuk memberi pengemis uang? Saya berhak menentukan pada siapa shadaqah diperuntukkan. Yang jelas, bukan pada pengemis gadungan yang kasar dan tak sopan seperti dia, yang tanpa malu2 menadahkan tangan sementara tangan yang satunya lagi tengah memegang Dji Sam Soe yang mengepul2kan asap!

Sebuah survey di harian Pikiran Rakyat, pernah mencatat bahwa gelombang pengemis dari luar Jawa membludak ke Bandung setelah Jakarta memberlakukan PP yang mengancam akan mengenakan denda bagi pengemis dan pemberi pengemis. Bahkan survey itu pun mencatat rata2 omset para pengemis per bulan, mencapai 1 juta! Masya Allah…

Tak heran jika orang lebih senang mengemis daripada bekerja terhormat. Nilai UMR saja masih dibawah penghasilan para pengemis itu. Belum lagi terikat jam kerja yang ketat dan system kontrak kerja yang tidak menjamin seseorang akan tetap menjadi pekerja pada tahun2 mendatang.

Jika diperhatikan, para pengemis itu memang belum pantas untuk mengemis. Mereka memiliki fisik yang sehat dan kuat untuk bekerja secara terhormat. Mereka bisa menjadi buruh cuci dan setrika di rumah2, atau bekerja di pabrik2, atau apapun dengan segala anugerah yang telah Allah titipkan tapi bukan mengemis seperti itu. Sepertinya kini mengemis telah beralih menjadi sebuah profesi baru yang diminati karena omsetnya lebih dari lumayan. Kehadiran pengemis gadungan ini mengaburkan keberadaan pengemis yang sebenarnya, yaitu pengemis yang memang secara syariat dikategorikan sebagai golongan fakir miskin yang menjadi objek zakat, shadaqah, dan infak.

Saya tertarik mengamati bagaimana Islam menyikapi fenomena eksistensi mereka yang kini saya rasakan makin membludak saja jumlahnya. DR Yusuf Qardhawi dalam bukunya ‘Halal dan Haram dalam Islam’ menjelaskan begini:

Tidak halal juga seorang muslim hanya menggantungkan dirinya kepada sedekah orang, padahal dia masih mampu berusaha untuk memenuhi kepentingan dirinya sendiri dan keluarga serta tanggungannya. Untuk itu Rasulullah s.a.w. bersabda:

"Sedekah tidak halal buat orang kaya dan orang yang masih mempunyai kekuatan dengan sempurna." (Riwayat Tarmizi)

Dan yang sangat ditentang oleh Nabi serta diharamkannya terhadap diri seorang muslim, yaitu meminta-minta kepada orang lain dengan mencucurkan keringatnya. Hal mana dapat menurunkan harga diri dan karamahnya padahal dia bukan terpaksa harus minta-minta.

"Orang yang minta-minta padahal tidak begitu memerlukan, sama halnya dengan orang yang memungut bara api." (Riwayat Baihaqi dan Ibnu Khuzaimah dalam sahihnya)

Dan sabdanya pula:

"Barangsiapa meminta-minta pada orang lain untuk menambah kekayaan hartanya tanpa sesuatu yang menghajatkan, maka berarti dia menampar mukanya sampai hari kiamat, dan batu dari neraka yang membara itu dimakannya. Oleh karena itu siapa yang mau, persedikitlah dan siapa yang mau berbanyaklah." (Riwayat Tarmizi)

Dan sabdanya pula:

"Senantiasa minta-minta itu dilakukan oleh seseorang di antara kamu, sehingga dia akan bertemu Allah, dan tidak ada di mukanya sepotong daging." (Riwayat Bukhari dan Muslim)

Suara yang keras ini dicanangkan oleh Rasulullah, demi melindungi harga diri seorang muslim dan supaya seorang muslim membiasakan hidup yang suci serta percaya pada diri sendiri dan jauh dari menggantungkan diri pada orang lain.

Namun Rasulullah s.a.w. masih juga memberikan suatu pembatas justru karena ada suatu kepentingan yang mendesak. Oleh karena itu barangsiapa sangat memerlukan untuk meminta-minta atau mohon bantuan dari pemerintah dan juga kepada perorangan, maka waktu itu tidaklah dia berdoa untuk mengajukan permintaan.

Karena ada sabda Nabi:

"Sesungguhnya meminta-minta itu sama dengan luka-luka, yang dengan meminta-minta itu berarti seseorang melukai mukanya sendiri, oleh karena itu barangsiapa mau tetapkanlah luka itu pada mukanya, dan barangsiapa mau tinggalkanlah, kecuali meminta kepada sultan atau meminta untuk suatu urusan yang tidak didapat dengan jalan lain." (Riwayat Abu, Daud dan Nasa'i)

Qabishah bin al-Mukhariq berkata:

"Saya menanggung suatu beban yang berat, kemudian saya datang kepada Nabi untuk meminta-minta, maka jawab Nabi: Tinggallah di sini sehingga ada sedekah datang kepada saya, maka akan saya perintahkan sedekah itu untuk diberikan kepadamu. Lantas ia pun berkata: Hai Qabishah! Sesungguhnya minta-minta itu tidak halal, melainkan bagi salah satu dari tiga orang: (1) Seorang laki-laki yang menanggung beban yang berat, maka halallah baginya meminta-minta sehingga dia dapat mengatasinya kemudian sesudah itu dia berhenti. (2) Seorang laki-laki yang ditimpa suatu bahaya yang membinasakan hartanya, maka halallah baginya meminta-minta sehingga dia mendapatkan suatu standard untuk hidup. (3) Seorang laki-laki yang ditimpa suatu kemiskinan sehingga ada tiga dari orang-orang pandai dari kaumnya mengatakan: Sungguh si anu itu ditimpa suatu kemiskinan, maka halallah baginya meminta-minta sehingga dia mendapatkan suatu standard hidup. Selain itu, meminta-minta hai Qabishah, adalah haram, yang melakukannya berarti makan barang haram." (Riwayat Muslim, Abu Daud dan Nasa'i)

Maka sabda Nabi:

"Sungguh seseorang yang membawa tali, kemudian ia membawa seikat kayu di punggungnya lantas dijualnya, maka dengan itu Allah menjaga dirinya, adalah lebih baik daripada meminta-minta kepada orang lain, baik mereka yang diminta itu memberi atau menolaknya." (Riwayat Bukhari dan Muslim)

Nah, mungkin perda yang menghukum pengemis dan pemberi pengemis yang kini sudah mulai diberlakukan di Jakarta merupakan salah satu manifesto dari anjuran Rasulullah yang menginginkan ummatnya tidak bermalas-malasan bekerja dan menjaga harga dirinya dari barang yang haram.

Pernah juga kami kedatangan penjual barang2 kerajinan buah tangan para tunadaksa. Dengan empati yang luar biasa, rekan2 saya membeli lap tangan, keset, dan ceumpal kompor untuk membantu para tunadaksa. Saya sungguh menyimpan kekaguman yang luar biasa pada para tunadaksa itu. Meski dililit keterbatasan fisik yang tak sempurna, mereka masih memiliki rasa malu dan harga diri untuk pantang mengemis. Padahal, dengan kondisi fisik mereka, tentunya orang akan memberikan toleransi lebih jika dia memutuskan untuk mengemis.

Well, mungkin kita juga harus bijaksana, kepada siapa kita akan menitipkan shadaqah. Sekarang, telah berdiri lembaga2 amil yang terpercaya dan memiliki program pemerataan ZIS secara terorganisasi dan menjamin titipan ZIS kita sampai pada muzakki yang memang berhak secara syara. Insya Allah akan lebih barakah dan bermanfaat…
Baca Selanjutnya...

12 Desember 2008

Tiga Panggilan ALLAH Di Dalam Kehidupan Kita

Hanya 3 kali Allah memanggil kita sepanjang perjalanan hidup kita ini. Panggilan pertama adalah Adzan yang kita dengar lima kali sehari dan sangat jelas terdengar di kedua telinga kita. Dan ketika kita sholat pada awal waktu, sesungguhnya kita menjawab panggilan Allah dengan segera. Tetapi pada prakteknya masih saja kita telat memenuhi panggilan-Nya dan menunda-nunda ketika kita di panggil bahkan cenderung melalaikan dan meninggalkannya karena alasan sibuk, malas dlsb. Tetapi Allah masih fleksibel, Dia tidak “cepat marah” akan sikap kita. Dia masih tetap akan memberikan rahmatNya, masih memberikan kebahagiaan bagi umatNya, dan masih memberikan kesempatan , baik umatNya itu menjawab panggilan Adzan-Nya dengan segera, terlambat atau tidak sama sekali. Panggilan yang kedua adalah panggilan Haji. Panggilan ini lebih menarik lagi karena sifatnya yang bergiliran tidak seperti panggilan Adzan yang sifatnya general.Panggilan Haji ini hanya di sampaikan kepada hambanya yang mampu dan telah sampai haknya menunaikan haji sebagai tamunya di baitullah Mekkah. Maksudnya telah sampai haknya ialah bahwa tidak serta merta orang yang mampu secara ekonomi, sehat badannya, mempunyai kesempatan untuk memenuhi Panggilan haji tersebut. Adakalanya yang tidak punya uang menjadi punya uang, yang tidak punya uang malah diongkosi untuk berhaji, yang tidak berencana malah bisa pergi, ada yang memang berencana dan terkabul. Ketika kita mengambil niat Haji, berpakaian Ihram dan melafadzkan “Labaik Allahuma Labaik”, sesungguhnya kita saat itu menjawab panggilan Allah yang ke dua. Saat itu kita merasa bahagia, karena panggilan Allah sudah kita jawab, meskipun panggilan itu halus sekali. Allah berkata, laksanakan Haji bagi yang mampu. Tapi alangkah baiknya jika kita ingin mendapatkan panggilan kedua (panggilan Haji) maka harus memperbaiki sikap ketika panggilan pertama di kumandangkan yaitu dengan mengusahakan shalat awal waktu dan berjamaah (terutama pria) karena Allah menyukai orang yang berjamaah. Sedangkan panggilan yang ketiga adalah panggilan yang pasti terjadi bagi semua manusia di dunia tanpa pandang agama, suku, dan lainnya. Walaupun kita belum memnuhi panggilan kedua. Panggilan ini pasti akan sampai pada kita bahkan berlaku juga untuk tiap-tiap makhluk hidup yang ada di atas bumi yaitu panggilan “KEMATIAN”. Panggilan yang kita jawab dengan amal shaleh kita selama menjadi khalifah di bumi Allah. Pada panggilan ketiga ini biasanya Allah tidak memberikan tanda tanda secara langsung, dan kita tidak mampu menjawab dengan lisan dan gerakan. Kita hanya menjawabnya dengan amal sholeh. Dan Panggilan ini tidak seperti panggilan pertama dan kedua, panggilan ketiga ini tidak bisa di majukan sedetikpun dan tidak pula bisa dimundurkan sedetikpun. Entah kita siap atau tidak. Entah kita sedang beramal sholeh atau mengerjakan maksiat entah kita sedang tidur ataupun bekerja. Panggilan ketiga bisa datang sewaktu-waktu menurut ketentuan takdir kita. Hanya perbuatan dan amal sholeh kita lah yang mampu meringankan ketika panggilan ketiga ini sampai ke telinga kita…
Baca Selanjutnya...

Protein Anti Kanker Dari Rokok. Adakah ?!!!

Siapa sangka bahwa tanaman tembakau yang biasanya dijadikan bahan dasar rokok (sang penyebab kanker), ternyata dapat pula menghasilkan protein anti-kanker. Anti-kanker dari tembakau ini diungkapkan oleh peneliti dari Pusat Penelitian Bioteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Dr. Arief Budi Witarto M.Eng. yang baru beberapa pekan lalu (Rabu, 13 Juni) terpilih sebagai penerima penghargaan Fraunhofer-DAAD-Award 2007 dari Jerman untuk riset tentang tembakau molecular farming.

Arief telah menekuni bidang pertanian molekuler alias molecular farming sejak 2003 bersama timnya di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Proyek ini telah melahirkan perkebunan molekuler di Cibinong Science Center yang akhirnya mengantarkannya memperoleh penghargaan dengan nama Technopreneur Award 2007. Kini Arief berkesempatan melakukan penelitian bersama di salah satu Fraunhofer Institut di Jerman. DAAD akan memberikan beasiswa selama empat bulan kunjungan penelitian tersebut.

Dengan penelitian ini, dalam waktu tiga tahun, direncanakan sudah diperoleh hasil yang dapat dilanjutkan untuk produksi tingkat industri oleh PT Kimia Farma, Tbk. Melalui hasil penelitian ini diharapkan harga obat-obat biofarmasetik penting dapat lebih dijangkau oleh masyarakat luas.

Bagaimana Tembakau Menghasilkan Anti-Kanker

Pada dasarnya Arief mencoba untuk menghasilkan protein pencetus (Growth Colony Stimulating Factor (GCSF)) dengan menggunakan tanaman tembakau (Nicotiana spp., L.). Tembakau yang diambilnya adalah tembakau lokal dari varietas yang paling sesuai, yaitu genjah kenongo, dari total 18 varietas lokal yang ditelitinya.

Daun tembakau yang biasanya untuk roduksi rokok, kini ia manfaatkan sebagai reaktor penghasil protein GCSF, suatu hormon yang sangat penting dalam menstimulasi produksi darah.

Arief mengatakan bahwa protein dibuat oleh DNA dalam tubuh kita. Nah, jika DNA dalam tubuh kita ini dipindahkan ke tembakau melalui bakteri, begitu masuk, tumbuhan ini akan mampu membuat protein sesuai DNA yang telah dimasukkan tersebut. Kemudian, jika tumbuhan itu dipanen, maka kita dapatkan protein-nya. Nah, protein inilah yang bisa dipakai sebagai protein anti-kanker.

Selain untuk protein anti-kanker, GSCF, ujarnya, bisa juga untuk menstimulasi perbanyakan sel tunas (stem cell) yang bisa dikembangkan untuk memulihkan jaringan fungsi tubuh yang sudah rusak.

Penghargaan di Bidang Protein

Arief memang pakar di bidang rekayasa protein salah satunya dibuktikan dengan banyaknya penghargaan yang ia terima. Di antaranya, Paramadina Award 2005 untuk bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dari Universitas Paramadina dan PII Engineering Award 2005 untuk kategori Adhicipta Rekayasa atau Best Creation in Engineering dari PII/Persatuan Insinyur Indonesia.

Sebelumnya ia juga telah menerima penghargaan lain yaitu Science and Technology Award 2003 dari Indonesia Toray Science Foundation (ITSF) dan Peneliti Muda Terbaik Indonesia 2002 untuk bidang Ilmu Pengetahuan Teknik dan Rekayasa dari LIPI.

Ia juga pernah terpilih dengan nilai tertinggi mewakili Indonesia bersama empat peneliti muda Indonesia lainnya memenuhi undangan resmi dari Pemerintah Jerman dalam Pertemuan Para Penerima Hadiah Nobel di kota Lindau Jerman.

Dikutip dari : http://jundul.wordpress.com
Baca Selanjutnya...

Kemenangan Obama, Kemenangan Islam ???

Saya teringat dengan perkataan guru PMP (sekarang PPKN) dimasa sekolah dulu, yang mengatakan bahwa seburuk-buruknya pilihan-saat pemilu, partai atau orang-orang yang kita pilih hanya itulah yang ada.

Bahkan beliau mencontohkan bila kita memiliki tiga buah apel dan harus memilih satu diantara ketiganya, pilihan pertama apel yang sudah rusak karena dimakan kelelawar, pilihan kedua apel yang jatuh kemudian terinjak oleh sepatu kotor dan pilihan ketiga buah apel jatuh dari pohon dan jatuh diatas kotoran, apapun buruknya pilihan yang ada kita tetap harus memilih dengan memilih yang terbaik dari yang terburuk.

Sama halnya dengan pemilu presiden di amerika, meskipun tidak secara langsung mempengaruhi kehidupan politik di Indonesia dan dari calon yang ada tidak ada satupun yang menguntungkan kepentingan Indonesia, dengan terpilihnya sebagai calon presiden AS Barack Obama telah mendatangkan sambutan yang antusias dari masyarakat kita.

Obama adalah orang kulit hitam pertama yang dipilih oleh rakyat amerika dan ini banyak membuka harapan amerika akan merubah dan memperbaiki perannya sebagai polisi dunia yang membela HAM dan Demokrasi yang selama ini hanya membela kepentingan kelompok dan negara tertentu saja.

Selain itu Obama juga diisukan ‘beragama Islam dan dekat dengan komunitas muslim’, meskipun saat kampanye Obama banyak membuat pernyataan yang menimbulkan kontroversi terutama yang berhubungan dengan Israel, tetap saja dengan terpilihnya Obama angin segar bagi komunitas muslim dunia terutama Indonesia.

Apakah dengan terpilihnya Obama akan mendatangkan pengaruh positif dan menguntungkan masyarakat muslim Indonesia ? berikut ini tulisan yang dikutip dari eramuslim.com yang ditulis oleh Dedi Turmudi, Pemerhati pada Islamic Development Issues Vermont, USA.

Obama dan Umat Islam Indonesia

Apakah gerangan yang menyebabkan opini publik ditanah air begitu antusias terhadap Obama? Apakah posisi Obama akan menguntungkan Muslimin Indonesia?

Ada empat tesis di balik semua itu. Pertama dia adalah warga AS kulit hitam pertama yang akan menjadi president AS jika terpilih tahun 2009. Kedua Obama sangat menginginkan peran politik luar negeri AS lebih dikurangi. Ketiga Obama pernah tinggal di Indonesia pada usia 6-10 tahun. Dan keempat Obama lebih terkesan genius dan popular dari pada John McCain.

Apakah Obama Menguntungkan Ummat Islam?

Jawabannya tegantung. Semuanya tergantung kondisi di bawah ini. Jika anda warga negara Irak, maka anda boleh tersenyum karena tentara AS, yang sudah terlalu banyak yang menderita depresi dan sangat buruk kesannya, akan ditarik tahun 2009. Tetapi jika anda warga Negara Afghanistan, maka anda harus siap mengerahkan segenap tenaga untuk berhadapan dengan tentara AS, karena tentara dari Irak akan dipindahkan ke Afghanistan walaupun tidak semuanya. Hal ini didukung oleh Obama sebagai bukti dukungan atas perang melawan terorisme. Di Irak sendiri sekarang jumlah tentara AS akan ditingkatkan menjadi 150 ribu tentara menjelang pemilu semakin dekat.

Lalu apa keuntungan Obama untuk ummat Islam Indonesia?
Jawabanya sudah sangat jelas” Keluar dari Mulut Srigala, Masuk ke Mulut Buaya “. Dan secara ilmiah ada ada beberapa alasan yang mendukung tesis ini.

Pertama, siapapun yang menjadi presiden AS, tidak pernah akan bisa lepas dari “The Hidden Ruler” atau Lobby Yahudi yang sangat berpengaruh. Obama tidak akan populer jika Yahudi tidak bermain di belakangnya.Semua Media milik Yahudi ikut andil dalam mempopulerkan Obama. Sudah sangat jelas bagi Muslimin siapakah yang sesungguhnya menjadi trouble maker? Dalam hal Israel, Obama sudah sangat jelas keberpihakanya.

Kedua, Obama dibesarkan di Partai Demokrat. Demokrat sama dengan liberal yang beraliran menghalalkan apa saja yang selama ini ditentang oleh Muslimin. Misalnya; perkawinan gay, lesbi, dan antar agama.

Ketiga, Obama berakar pada keyakinan agama Kristen yang fanatik, walaupun belakangan ini dia selalu membantah atas afiliasi kefanatikannya karena publikasi media yang selalu menyudutkannya.

Kempat AS memiliki “invisible” agenda menjelang memudarnya kesan positif AS dimata dunia ketiga, yaitu bahwa AS sangat menghargai persamaan hak semua warganya apapun latar belakangnya atas dasar hak hak azasi manusia (HAM). Dalam hal ini AS ingin agar publik dunia menjadikannya pahlawan persamaan hak bagi warga dunia.

Persoalan ini selayaknyalah menjadikan kita selalu ingat dan belajar dari apa yang menimpa Nelson Mandela di Afrika Selatan. Apakah warga kulit hitam mendapat keuntungan, termasuk Muslimin? Jawabannya tidak. Karena yang diangkat hanyalah simbolnya saja yaitu dengan memenangkan Nelson menjadi pemimpin Afsel setelah mendapat hadiah nobel tahun 1993 dan menjadi presiden Afsel tahun 1994 -1999, dan sistim apartheidnya. Tetapi sistem lainnya masih lebih memihak pada “the ruling class”, yang menguasai segala lini, sedangkan kulit hitam tetap miskin di negerinya sendiri.

Sejalan dengan ini, juga telah terbukti bahwa dengan naiknya Condoleezza, kulit hitam tetap tidak terangkat, Apalagi Muslim Amerika.

Begitu pula dengan prediksi kemenangan Obama dan Keuntungannya bagi Muslimin Indonesia. Jika Obama menang, apa yang akan terjadi?Jika kalah apa kerugiannya? Jika Anda tidak mendukung Obama, apakah ini berarti bahwa anda harus mendukung atau cenderung pada John Mc Cain? Jawabannya akan tetap sama dan sudah sangat jelas“ keluar dari mulut serigala, masuk mulut buaya”. Bukankah segalanya masih serba mungkin?

Percayakah anda? Jika tidak maka bagi Anda Muslim untuk mebaca kembali ayat ayat dalam kitab suci, termasuk surah Al Baqarah (2) ayat 120.
Sumber: http://bacalah.web.id/?link=readart&id=192
Baca Selanjutnya...

Menatap Masa Depan

Suatu ketika seseorang bercerita tentang masa lalunya. Masa lalu yang menurutnya sangatlah kelam. Janganlah terlalu kau risaukan, karena sebenarnya kau tidaklah sendirian. Setiap manusia pasti memiliki masa lalu juga, baik yang manis ataupun yang pahit sekalipun. Anggaplah semua itu sebagai pelajaran..

Memang hidup ini tidak selamanya indah, dan tidak selamanya akan berjalan seperti yang diinginkan..

Hidup itu bagaikan sebuah buku, sobat..
Setiap hari dibuka dengan lembaran yang baru..
Kisah manis dan pahit pasti pernah tertuliskan pada lembaran yang terdahulu..
Anggaplah itu semua sebagai kenangan..

Hidup itu untuk menuju pada lembaran-lembaran berikutnya, bukan untuk lembaran yang sebelumnya..
Maka, jangan sampai lembaran-lembaran lama menghalangi gerakmu dan janganlah ragu untuk melangkah kedepan..
Yang sudah berlalu biarlah berlalu, mulailah dari awal kembali..

Ingatlah.. Bahwa kau harus melanjutkan lembaran-lembaran yang masih tersisa..
Semoga lembaran berikutnya bisa tertulis dengan indah..
dan mampu kau akhiri dengan bahagia..

# buat wanita yang berada diujung jalan sana, semoga jalanmu lebih dilapangkan oleh-Nya
Baca Selanjutnya...

Bila Al Quran Bisa Berbicara

Waktu engkau masih kanak-kanak, kau laksana kawan sejatiku
Dengan wudu’ aku kau sentuh dalam keadaan suci
Aku kau pegang, kau junjung dan kau pelajari
Aku engkau baca dengan suara lirih ataupun keras setiap hari
Setelah usai engkaupun selalu menciumku mesra

Sekarang engkau telah dewasa…
Nampaknya kau sudah tak berminat lagi padaku…
Apakah aku bacaan usang yang tinggal sejarah…
Menurutmu barangkali aku bacaan yang tidak menambah pengetahuanmu

Atau menurutmu aku hanya untuk anak kecil yang belajar mengaji saja?

Sekarang aku engkau simpan rapi sekali hingga kadang engkau lupa dimana menyimpannya

Aku sudah engkau anggap hanya sebagai perhiasan rumahmu
Kadangkala aku dijadikan mas kawin agar engkau dianggap bertaqwa

Atau aku kau buat penangkal untuk menakuti hantu dan syetan

Kini aku lebih banyak tersingkir, dibiarkan dalam kesendirian dalam kesepian

Di atas lemari, di dalam laci, aku engkau pendamkan.

Dulu…pagi-pagi…surah-surah yang ada padaku engkau baca beberapa halaman
Sore harinya aku kau baca beramai-ramai bersama temanmu di surau…..

Sekarang… pagi-pagi sambil minum kopi…engkau baca Koran pagi atau nonton berita TV
Waktu senggang..engkau sempatkan membaca buku karangan manusia

Sedangkan aku yang berisi ayat-ayat yang datang dari Allah Yang Maha Perkasa.
Engkau campakkan, engkau abaikan dan engkau lupakan…

Waktu berangkat kerjapun kadang engkau lupa baca pembuka surahku (Basmalah)
Diperjalanan engkau lebih asyik menikmati musik duniawi
Tidak ada kaset yang berisi ayat Alloh yang terdapat padaku di laci mobilmu
Sepanjang perjalanan radiomu selalu tertuju ke stasiun radio favoritmu
Aku tahu kalau itu bukan Stasiun Radio yang senantiasa melantunkan ayatku

Di meja kerjamu tidak ada aku untuk kau baca sebelum kau mulai kerja
Di Komputermu pun kau putar musik favoritmu
Jarang sekali engkau putar ayat-ayatku melantun
E-mail temanmu yang ada ayat-ayatkupun kadang kau abaikan
Engkau terlalu sibuk dengan urusan duniamu

Benarlah dugaanku bahwa engkau kini sudah benar-benar melupakanku
Bila malam tiba engkau tahan nongkrong berjam-jam di depan TV
Menonton pertandingan Liga Italia , musik atau Film dan Sinetron laga
Di depan komputer berjam-jam engkau betah duduk
Hanya sekedar membaca berita murahan dan gambar sampah

Waktupun cepat berlalu…aku menjadi semakin kusam dalam lemari
Mengumpul debu dilapisi abu dan mungkin dimakan kutu
Seingatku hanya awal Ramadhan engkau membacaku kembali
Itupun hanya beberapa lembar dariku
Dengan suara dan lafadz yang tidak semerdu dulu
Engkaupun kini terbata-bata dan kurang lancar lagi setiap membacaku.

Apakah Koran, TV, radio , komputer, dapat memberimu pertolongan ? Bila
engkau di kubur sendirian menunggu sampai kiamat tiba Engkau akan
diperiksa oleh para malaikat suruhanNya

Hanya dengan ayat-ayat Allah yang ada padaku engkau dapat selamat melaluinya.

Sekarang engkau begitu enteng membuang waktumu…
Setiap saat berlalu…kuranglah jatah umurmu…
Dan akhirnya kubur sentiasa menunggu kedatanganmu..
Engkau bisa kembali kepada Tuhanmu sewaktu-waktu
Apabila malaikat maut mengetuk pintu rumahmu.

Bila aku engkau baca selalu dan engkau hayati…
Di kuburmu nanti….
Aku akan datang sebagai pemuda gagah nan tampan
Yang akan membantu engkau membela diri
Bukan koran yang engkau baca yang akan membantumu Dari perjalanan di alam akhirat
Tapi Akulah “Qur’an” kitab sucimu
Yang senantiasa setia menemani dan melindungimu

Peganglah aku lagi . .. bacalah kembali aku setiap hari
Karena ayat-ayat yang ada padaku adalah ayat suci
Yang berasal dari Alloh, Tuhan Yang Maha Mengetahui

Yang disampaikan oleh Jibril kepada Muhammad Rasulullah.

Keluarkanlah segera aku dari lemari atau lacimu…
Jangan lupa bawa kaset yang ada ayatku dalam laci mobilmu
Letakkan aku selalu di depan meja kerjamu
Agar engkau senantiasa mengingat Tuhanmu

Sentuhilah aku kembali…
Baca dan pelajari lagi aku….
Setiap datangnya pagi dan sore hari
Seperti dulu….dulu sekali…
Waktu engkau masih kecil , lugu dan polos…
Di surau kecil kampungmu yang damai
Jangan aku engkau biarkan sendiri….
Dalam bisu dan sepi….
Mahabenar ALLAH, yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.

sumber: http://www.voa-islam.com/news/citizens-jurnalism/2009/08/20/787/bila-alquran-berbicara/
Baca Selanjutnya...

Hikmah Kematian

Kehidupan berlangsung tanpa disadari dari detik ke detik. Apakah anda tidak menyadari bahwa hari-hari yang anda lewati justru semakin mendekatkan anda kepada kematian sebagaimana juga yang berlaku bagi orang lain?

Seperti yang tercantum dalam ayat “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kemudian hanyalah kepada Kami kamu dikembalikan.” (QS. 29:57) tiap orang yang pernah hidup di muka bumi ini ditakdirkan untuk mati. Tanpa kecuali, mereka semua akan mati, tiap orang. Saat ini, kita tidak pernah menemukan jejak orang-orang yang telah meninggal dunia. Mereka yang saat ini masih hidup dan mereka yang akan hidup juga akan menghadapi kematian pada hari yang telah ditentukan. Walaupun demikian, masyarakat pada umumnya cenderung melihat kematian sebagai suatu peristiwa yang terjadi secara kebetulan saja.

Coba renungkan seorang bayi yang baru saja membuka matanya di dunia ini dengan seseorang yang sedang mengalami sakaratul maut. Keduanya sama sekali tidak berkuasa terhadap kelahiran dan kematian mereka. Hanya Allah yang memiliki kuasa untuk memberikan nafas bagi kehidupan atau untuk mengambilnya.

Semua makhluk hidup akan hidup sampai suatu hari yang telah ditentukan dan kemudian mati; Allah menjelaskan dalam Quran tentang prilaku manusia pada umumnya terhadap kematian dalam ayat berikut ini:

Katakanlah: “Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” (QS. 62:8)

Kebanyakan orang menghindari untuk berpikir tentang kematian. Dalam kehidupan modern ini, seseorang biasanya menyibukkan dirinya dengan hal-hal yang sangat bertolak belakang [dengan kematian]; mereka berpikir tentang: di mana mereka akan kuliah, di perusahaan mana mereka akan bekerja, baju apa yang akan mereka gunakan besok pagi, apa yang akan dimasak untuk makan malam nanti, hal-hal ini merupakan persoalan-persoalan penting yang sering kita pikirkan. Kehidupan diartikan sebagai sebuah proses kebiasaan yang dilakukan sehari-hari. Pembicaraan tentang kematian sering dicela oleh mereka yang merasa tidak nyaman mendengarnya. Mereka menganggap bahwa kematian hanya akan terjadi ketika seseorang telah lanjut usia, seseorang tidak ingin memikirkan tentang kematian dirinya yang tidak menyenangkannya ini. Sekalipun begitu ingatlah selalu, tidak ada yang menjamin bahwa seseorang akan hidup dalam satu jam berikutnya. Tiap hari, orang-orang menyaksikan kematian orang lain di sekitarnya tetapi tidak memikirkan tentang hari ketika orang lain menyaksikan kematian dirinya. Ia tidak mengira bahwa kematian itu sedang menunggunya!

Ketika kematian dialami oleh seorang manusia, semua “kenyataan” dalam hidup tiba-tiba lenyap. Tidak ada lagi kenangan akan “hari-hari indah” di dunia ini. Renungkanlah segala sesuatu yang anda dapat lakukan saat ini: anda dapat mengedipkan mata anda, menggerakkan badan anda, berbicara, tertawa; semua ini merupakan fungsi tubuh anda. Sekarang renungkan bagaimana keadaan dan bentuk tubuh anda setelah anda mati nanti.

Dimulai saat anda menghembuskan napas untuk yang terakhir kalinya, anda tidak ada apa-apanya lagi selain “seonggok daging”. Tubuh anda yang diam dan terbujur kaku, akan dibawa ke kamar mayat. Di sana, ia akan dimandikan untuk yang terakhir kalinya. Dengan dibungkus kain kafan, jenazah anda akan di bawa ke kuburan dalam sebuah peti mati. Sesudah jenazah anda dimasukkan ke dalam liang lahat, maka tanah akan menutupi anda. Ini adalah kesudahan cerita anda. Mulai saat ini, anda hanyalah seseorang yang namanya terukir pada batu nisan di kuburan.

Selama bulan-bulan atau tahun-tahun pertama, kuburan anda sering dikunjungi. Seiring dengan berlalunya waktu, hanya sedikit orang yang datang. Beberapa tahun kemudian, tidak seorang pun yang datang mengunjungi.

Sementara itu, keluarga dekat anda akan mengalami kehidupan yang berbeda yang disebabkan oleh kematian anda. Di rumah, ruang dan tempat tidur anda akan kosong. Setelah pemakaman, sebagian barang-barang milik anda akan disimpan di rumah: baju, sepatu, dan lain-lain yang dulu menjadi milik anda akan diberikan kepada mereka yang memerlukannya. Berkas-berkas anda di kantor akan dibuang atau diarsipkan. Selama tahun-tahun pertama, beberapa orang masih berkabung akan kepergian anda. Namun, waktu akan mempengaruhi ingatan-ingatan mereka terhadap masa lalu. Empat atau lima dasawarsa kemudian, hanya sedikit orang saja yang masih mengenang anda. Tak lama lagi, generasi baru muncul dan tidak seorang pun dari generasi anda yang masih hidup di muka bumi ini. Apakah anda diingat orang atau tidak, hal tersebut tidak ada gunanya bagi anda.

Sementara semua hal ini terjadi di dunia, jenazah yang ditimbun tanah akan mengalami proses pembusukan yang cepat. Segera setelah anda dimakamkan, maka bakteri-bakteri dan serangga-serangga berkembang biak pada mayat tersebut; hal tersebut terjadi dikarenakan ketiadaan oksigen. Gas yang dilepaskan oleh jasad renik ini mengakibatkan tubuh jenazah menggembung, mulai dari daerah perut, yang mengubah bentuk dan rupanya. Buih-buih darah akan meletup dari mulut dan hidung dikarenakan tekanan gas yang terjadi di sekitar diafragma. Selagi proses ini berlangsung, rambut, kuku, tapak kaki, dan tangan akan terlepas. Seiring dengan terjadinya perubahan di luar tubuh, organ tubuh bagian dalam seperti paru-paru, jantung dan hati juga membusuk. Sementara itu, pemandangan yang paling mengerikan terjadi di sekitar perut, ketika kulit tidak dapat lagi menahan tekanan gas dan tiba-tiba pecah, menyebarkan bau menjijikkan yang tak tertahankan. Mulai dari tengkorak, otot-otot akan terlepas dari tempatnya. Kulit dan jaringan lembut lainnya akan tercerai berai. Otak juga akan membusuk dan tampak seperti tanah liat. Semua proses ini berlangsung sehingga seluruh tubuh menjadi kerangka.

Tidak ada kesempatan untuk kembali kepada kehidupan yang sebelumnya. Berkumpul bersama keluarga di meja makan, bersosialisasi atau memiliki pekerjaan yang terhormat; semuanya tidak akan mungkin terjadi.

Singkatnya, “onggokkan daging dan tulang” yang tadinya dapat dikenali; mengalami akhir yang menjijikkan. Di lain pihak, anda – atau lebih tepatnya, jiwa anda – akan meninggalkan tubuh ini segera setelah nafas anda berakhir. Sedangkan sisa dari anda – tubuh anda – akan menjadi bagian dari tanah.

Ya, tetapi apa alasan semua hal ini terjadi?

Seandainya Allah ingin, tubuh ini dapat saja tidak membusuk seperti kejadian di atas. Tetapi hal ini justru menyimpan suatu pesan tersembunyi yang sangat penting

Akhir kehidupan yang sangat dahsyat yang menunggu manusia; seharusnya menyadarkan dirinya bahwa ia bukanlah hanya tubuh semata, melainkan jiwa yang “dibungkus” dalam tubuh. Dengan lain perkataan, manusia harus menyadari bahwa ia memiliki suatu eksistensi di luar tubuhnya. Selain itu, manusia harus paham akan kematian tubuhnya - yang ia coba untuk miliki seakan-akan ia akan hidup selamanya di dunia yang sementara ini -. Tubuh yang dianggapnya sangat penting ini, akan membusuk serta menjadi makanan cacing suatu hari nanti dan berakhir menjadi kerangka. Mungkin saja hal tersebut segera terjadi.

Walaupun setelah melihat kenyataan-kenyataan ini, ternyata mental manusia cenderung untuk tidak peduli terhadap hal-hal yang tidak disukai atau diingininya. Bahkan ia cenderung untuk menafikan eksistensi sesuatu yang ia hindari pertemuannya. Kecenderungan seperti ini tampak terlihat jelas sekali ketika membicarakan kematian. Hanya pemakaman atau kematian tiba-tiba keluarga dekat sajalah yang dapat mengingatkannya [akan kematian]. Kebanyakan orang melihat kematian itu jauh dari diri mereka. Asumsi yang menyatakan bahwa mereka yang mati pada saat sedang tidur atau karena kecelakaan merupakan orang lain; dan apa yang mereka [yang mati] alami tidak akan menimpa diri mereka! Semua orang berpikiran, belum saatnya mati dan mereka selalu berpikir selalu masih ada hari esok untuk hidup.

Bahkan mungkin saja, orang yang meninggal dalam perjalanannya ke sekolah atau terburu-buru untuk menghadiri rapat di kantornya juga berpikiran serupa. Tidak pernah terpikirkan oleh mereka bahwa koran esok hari akan memberitakan kematian mereka. Sangat mungkin, selagi anda membaca artikel ini, anda berharap untuk tidak meninggal setelah anda menyelesaikan membacanya atau bahkan menghibur kemungkinan tersebut terjadi. Mungkin anda merasa bahwa saat ini belum waktunya mati karena masih banyak hal-hal yang harus diselesaikan. Namun demikian, hal ini hanyalah alasan untuk menghindari kematian dan usaha-usaha seperti ini hanyalah hal yang sia-sia untuk menghindarinya:

Katakanlah: “Lari itu sekali-kali tidaklah berguna bagimu, jika kamu melarikan diri dari kematian atau pembunuhan, dan jika (kamu terhindar dari kematian) kamu tidak juga akan mengecap kesenangan kecuali sebentar saja.” (QS. 33:16)

Manusia yang diciptakan seorang diri haruslah waspada bahwa ia juga akan mati seorang diri. Namun selama hidupnya, ia hampir selalu hidup untuk memenuhi segala keinginannya. Tujuan utamanya dalam hidup adalah untuk memenuhi hawa nafsunya. Namun, tidak seorang pun dapat membawa harta bendanya ke dalam kuburan. Jenazah dikuburkan hanya dengan dibungkus kain kafan yang dibuat dari bahan yang murah. Tubuh datang ke dunia ini seorang diri dan pergi darinya pun dengan cara yang sama. Modal yang dapat di bawa seseorang ketika mati hanyalah amal-amalnya saja.

Sumber : Harun Yahya  (htttp://harunyahya.com)
Baca Selanjutnya...

Guru Kehidupan

“Perbanyaklah mengingat sesuatu yang melenyapkan semua kelezatan, yaitu kematian!” (HR. Tirmidzi)

Berbahagialah hamba-hamba Allah yang senantiasa bercermin dari kematian. Tak ubahnya seperti guru yang baik, kematian memberikan banyak pelajaran, membingkai makna hidup, bahkan mengawasi alur kehidupan agar tak lari menyimpang.

Nilai-nilai pelajaran yang ingin diungkapkan guru kematian begitu banyak, menarik, bahkan menenteramkan. Di antaranya adalah apa yang mungkin sering kita rasakan dan lakukan.

Kematian mengingatkan bahwa waktu sangat berharga

Tak ada sesuatu pun buat seorang mukmin yang mampu mengingatkan betapa berharganya nilai waktu selain kematian. Tak seorang pun tahu berapa lama lagi jatah waktu pentasnya di dunia ini akan berakhir. Sebagaimana tak seorang pun tahu di mana kematian akan menjemputnya.

Ketika seorang manusia melalaikan nilai waktu pada hakekatnya ia sedang menggiring dirinya kepada jurang kebinasaan. Karena tak ada satu detik pun waktu terlewat melainkan ajal kian mendekat. Allah swt mengingatkan itu dalam surah Al-Anbiya ayat 1, “Telah dekat kepada manusia hari menghisab segala amalan mereka, sedang mereka berada dalam kelalaian lagi berpaling (daripadanya).”

Ketika jatah waktu terhamburkan sia-sia, dan ajal sudah di depan mata. Tiba-tiba, lisan tergerak untuk mengatakan, “Ya Allah, mundurkan ajalku sedetik saja. Akan kugunakan itu untuk bertaubat dan mengejar ketinggalan.” Tapi sayang, permohonan tinggallah permohonan. Dan, kematian akan tetap datang tanpa ada perundingan.

Allah swt berfirman dalam surah Ibrahim ayat 44, “Dan berikanlah peringatan kepada manusia terhadap hari (yang pada waktu itu) datang azab kepada mereka, maka berkatalah orang-orang zalim: ‘Ya Tuhan kami, beri tangguhlah kami walaupun dalam waktu yang sedikit, niscaya kami akan mematuhi seruan Engkau dan akan mengikuti rasul-rasul….”

Kematian mengingatkan bahwa kita bukan siapa-siapa

Kalau kehidupan dunia bisa diumpamakan dengan pentas sandiwara, maka kematian adalah akhir segala peran. Apa pun dan siapa pun peran yang telah dimainkan, ketika sutradara mengatakan ‘habis’, usai sudah permainan. Semua kembali kepada peran yang sebenarnya.

Lalu, masih kurang patutkah kita dikatakan orang gila ketika bersikeras akan tetap selamanya menjadi tokoh yang kita perankan. Hingga kapan pun. Padahal, sandiwara sudah berakhir.

Sebagus-bagusnya peran yang kita mainkan, tak akan pernah melekat selamanya. Silakan kita bangga ketika dapat peran sebagai orang kaya. Silakan kita menangis ketika berperan sebagai orang miskin yang menderita. Tapi, bangga dan menangis itu bukan untuk selamanya. Semuanya akan berakhir. Dan, peran-peran itu akan dikembalikan kepada sang sutradara untuk dimasukkan kedalam laci-laci peran.

Teramat naif kalau ada manusia yang berbangga dan yakin bahwa dia akan menjadi orang yang kaya dan berkuasa selamanya. Pun begitu, teramat naif kalau ada manusia yang merasa akan terus menderita selamanya. Semua berawal, dan juga akan berakhir. Dan akhir itu semua adalah kematian.

Kematian mengingatkan bahwa kita tak memiliki apa-apa

Fikih Islam menggariskan kita bahwa tak ada satu benda pun yang boleh ikut masuk ke liang lahat kecuali kain kafan. Siapa pun dia. Kaya atau miskin. Penguasa atau rakyat jelata Semuanya akan masuk lubang kubur bersama bungkusan kain kafan. Cuma kain kafan itu.

Itu pun masih bagus. Karena, kita terlahir dengan tidak membawa apa-apa. Cuma tubuh kecil yang telanjang.

Lalu, masih layakkah kita mengatasnamakan kesuksesan diri ketika kita meraih keberhasilan. Masih patutkah kita membangga-banggakan harta dengan sebutan kepemilikan. Kita datang dengan tidak membawa apa-apa dan pergi pun bersama sesuatu yang tak berharga.

Ternyata, semua hanya peran. Dan pemilik sebenarnya hanya Allah. Ketika peran usai, kepemilikan pun kembali kepada Allah. Lalu, dengan keadaan seperti itu, masihkah kita menyangkal bahwa kita bukan apa-apa. Dan, bukan siapa-siapa. Kecuali, hanya hamba Allah. Setelah itu, kehidupan pun berlalu melupakan peran yang pernah kita mainkan.

Kematian mengingatkan bahwa hidup sementara

Kejayaan dan kesuksesan kadang menghanyutkan anak manusia kepada sebuah khayalan bahwa ia akan hidup selamanya. Hingga kapan pun. Seolah ia ingin menyatakan kepada dunia bahwa tak satu pun yang mampu memisahkan antara dirinya dengan kenikmatan saat ini.

Ketika sapaan kematian mulai datang berupa rambut yang beruban, tenaga yang kian berkurang, wajah yang makin keriput, barulah ia tersadar. Bahwa, segalanya akan berpisah. Dan pemisah kenikmatan itu bernama kematian. Hidup tak jauh dari siklus: awal, berkembang, dan kemudian berakhir.

Kematian mengingatkan bahwa hidup begitu berharga

Seorang hamba Allah yang mengingat kematian akan senantiasa tersadar bahwa hidup teramat berharga. Hidup tak ubahnya seperti ladang pinjaman. Seorang petani yang cerdas akan memanfaatkan ladang itu dengan menanam tumbuhan yang berharga. Dengan sungguh-sungguh. Petani itu khawatir, ia tidak mendapat apa-apa ketika ladang harus dikembalikan.

Mungkin, inilah maksud ungkapan Imam Ghazali ketika menafsirkan surah Al-Qashash ayat 77, “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) dunia…” dengan menyebut, “Ad-Dun-ya mazra’atul akhirah.” (Dunia adalah ladang buat akhirat)

Orang yang mencintai sesuatu takkan melewatkan sedetik pun waktunya untuk mengingat sesuatu itu. Termasuk, ketika kematian menjadi sesuatu yang paling diingat. Dengan memaknai kematian, berarti kita sedang menghargai arti kehidupan.

sumber: dakwatuna.com/2008/01/07/351/cukuplah-kematian-sebagai-nasihat/
Baca Selanjutnya...

Kedewasaan Hidup

Pagi itu seorang pria setengah baya bertanya kepadaku:
“mengapa tak kau ambil
ketika satu kesempatan datang padamu
Pilihlah Nak, satu kesempatan yang datang padamu
walau ke depan nanti akan membuatmu menyesal
bahkan membawamu ke jurang hitam,
karna hidup ini kejam, Nak,
dan kesempatan takkan datang kedua kali.
Kejarlah asamu, Nak,
Gapai semua mimpi,
seribu janji dalam hidup,
sejuta ada mimpi dan suka cita membentang
bahkan nyawa harus dipertaruhkan hanya’tuk seuntai harapan yang tersimpul dari bibir pengumbar janji”.

Saat aku ingin menjawab, pria itu berkata lagi,
“Jangan kau jawab semua kata-kataku, Nak.
Lakukan saja yang menurut kata hatimu benar,
Dan pesanku, jangan pernah kau sesali hidup ini
karna hidup adalah tahap kedewasaan seorang manusia kepada Sang Pencipta”.

Diambil dari: http://rusjulianto.blogdetik.com
Baca Selanjutnya...

Global Warming, Apa dan Mengapa???

Sejak dikenalnya ilmu mengenai iklim, para ilmuwan telah mempelajari bahwa ternyata iklim di Bumi selalu berubah. Dari studi tentang jaman es di masa lalu menunjukkan bahwa iklim bisa berubah dengan sendirinya, dan berubah secara radikal. Apa penyebabnya? Meteor jatuh? Variasi panas Matahari? Gunung meletus yang menyebabkan awan asap? Perubahan arah angin akibat perubahan struktur muka Bumi dan arus laut? Atau karena komposisi udara yang berubah? Atau sebab yang lain?

Sampai baru pada abad 19, maka studi mengenai iklim mulai mengetahui tentang kandungan gas yang berada di atmosfer, disebut sebagai gas rumah kaca, yang bisa mempengaruhi iklim di Bumi. Apa itu gas rumah kaca?

Sebetulnya yang dikenal sebagai ‘gas rumah kaca’, adalah suatu efek, dimana molekul-molekul yang ada di atmosfer kita bersifat seperti memberi efek rumah kaca. Efek rumah kaca sendiri, seharusnya merupakan efek yang alamiah untuk menjaga temperatur permukaaan Bumi berada pada temperatur normal, sekitar 30°C, atau kalau tidak, maka tentu saja tidak akan ada kehidupan di muka Bumi ini.

Pada sekitar tahun 1820, bapak Fourier menemukan bahwa atmosfer itu sangat bisa diterobos (permeable) oleh cahaya Matahari yang masuk ke permukaan Bumi, tetapi tidak semua cahaya yang dipancarkan ke permukaan Bumi itu bisa dipantulkan keluar, radiasi merah-infra yang seharusnya terpantul terjebak, dengan demikian maka atmosfer Bumi menjebak panas (prinsip rumah kaca).

Tiga puluh tahun kemudian, bapak Tyndall menemukan bahwa tipe-tipe gas yang menjebak panas tersebut terutama adalah karbon-dioksida dan uap air, dan molekul-molekul tersebut yang akhirnya dinamai sebagai gas rumah kaca, seperti yang kita kenal sekarang. Arrhenius kemudian memperlihatkan bahwa jika konsentrasi karbon-dioksida dilipatgandakan, maka peningkatan temperatur permukaan menjadi sangat signifikan.

Semenjak penemuan Fourier, Tyndall dan Arrhenius tersebut, ilmuwan semakin memahami bagaimana gas rumah kaca menyerap radiasi, memungkinkan membuat perhitungan yang lebih baik untuk menghubungkan konsentrasi gas rumah kaca dan peningkatan Temperatur. Jika konsentrasi karbon-dioksida dilipatduakan saja, maka temperatur bisa meningkat sampai 1°C.

Tetapi, atmosfer tidaklah sesederhana model perhitungan tersebut, kenyataannya peningkatan temperatur bisa lebih dari 1°C karena ada faktor-faktor seperti, sebut saja, perubahan jumlah awan, pemantulan panas yang berbeda antara daratan dan lautan, perubahan kandungan uap air di udara, perubahan permukaan Bumi, baik karena pembukaan lahan, perubahan permukaan, atau sebab-sebab yang lain, alami maupun karena perbuatan manusia. Bukti-bukti yang ada menunjukkan, atmosfer yang ada menjadi lebih panas, dengan atmosfer menyimpan lebih banyak uap air, dan menyimpan lebih banyak panas, memperkuat pemanasan dari perhitungan standar.

Sejak tahun 2001, studi-studi mengenai dinamika iklim global menunjukkan bahwa paling tidak, dunia telah mengalami pemanasan lebih dari 3°C semenjak jaman pra-industri, itu saja jika bisa menekan konsentrasi gas rumah kaca supaya stabil pada 430 ppm CO2e (ppm = part per million = per satu juta ekivalen CO2 - yang menyatakan rasio jumlah molekul gas CO2 per satu juta udara kering). Yang pasti, sejak 1900, maka Bumi telah mengalami pemanasan sebesar 0,7°C.

Lalu, jika memang terjadi pemanasan, sebagaimana disebut; yang kemudian dikenal sebagai pemanasan global, (atau dalam istilah populer bahasa Inggris, kita sebut sebagai Global Warming): Apakah merupakan fenomena alam yang tidak terhindarkan? Atau ada suatu sebab yang signfikan, sehingga menjadi ‘populer’ seperti sekarang ini? Apakah karena Al Gore dengan filmnya “An Inconvenient Truth” yang mempopulerkan global warming? Tentunya tidak sesederhana itu.

Perlu kerja-sama internasional untuk bisa mengatakan bahwa memang manusia-lah yang menjadi penyebab utama terjadinya pemanasan global. Laporan IPCC (Intergovernmental Panel on Climate Change) tahun 2007, menunjukkan bahwa secara rata-rata global aktivitas manusia semenjak 1750 menyebabkan adanya pemanasan. Perubahan kelimpahan gas rumah kaca dan aerosol akibat radiasi Matahari dan keseluruhan permukaan Bumi mempengaruhi keseimbangan energi sistem iklim. Dalam besaran yang dinyatakan sebagai Radiative Forcing sebagai alat ukur apakah iklim global menjadi panas atau dingin (warna merah menyatakan nilai positif atau menyebabkan menjadi lebih hangat, dan biru kebalikannya), maka ditemukan bahwa akibat kegiatan manusia-lah (antropogenik) yang menjadi pendorong utama terjadinya pemanasan global

Dari berbagai penelitian dapat diketahui bahwa karbon-dioksida adalah penyumbang utama gas kaca. Dari masa pra-industri yang sebesar 280 ppm menjadi 379 ppm pada tahun 2005. Angka ini melebihi angka alamiah dari studi perubahan iklim dari masa lalu (paleoklimatologi), dimana selama 650 ribu tahun hanya terjadi peningkatan dari 180-300 ppm. Terutama dalam dasawarsa terakhir (1995-2005), tercatat peningkatan konsentrasi karbon-dioksida terbesar pertahun (1,9 ppm per tahun), jauh lebih besar dari pengukuran atmosfer pada tahun 1960, (1.4 ppm per tahun), kendati masih terdapat variasi tahun per tahun.

Sumber terutama peningkatan konsentrasi karbon-dioksida adalah penggunaan bahan bakar fosil, ditambah pengaruh perubahan permukaan tanah (pembukaan lahan, penebangan hutan, pembakaran hutan, mencairnya es). Peningkatan konsentrasi metana (CH4), dari 715 ppb (part per billion= satu per milyar) di jaman pra-industri menjadi 1732 ppb di awal 1990-an, dan 1774 pada tahun 2005. Ini melebihi angka yang berubah secara alamiah selama 650 ribu tahun (320 - 790 ppb). Sumber utama peningkatan metana pertanian dan penggunaan bahan bakar fosil. Konsentrasi nitro-oksida (N2O) dari 270 ppb - 319 ppb pada 2005. Seperti juga penyumbang emisi yang lain, sumber utamanya adalah manusia dari agrikultural. Kombinasi ketiga komponen utama tersebut menjadi penyumbang terbesar pada pemanasan global.

Kontribusi antropogenik pada aerosol (sulfat, karbon organik, karbon hitam, nitrat and debu) memberikan efek mendinginkan, tetapi efeknya masih tidak dominan dibanding terjadinya pemanasan, disamping ketidakpastian perhitungan yang masih sangat besar. Demikian juga dengan perubahan ozon troposper akibat proses kimia pembentukan ozon (nitrogen oksida, karbon monoksida dan hidrokarbon) berkontribusi pada pemanasan global. Kemampuan pemantulan cahaya Matahari (albedo), akibat perubahan permukaan Bumi dan deposisi aerosol karbon hitam dari salju, mengakibatkan perubahan yang bervariasi, dari pendinginan sampai pemanasan. Perubahan dari pancaran sinar Matahari (solar irradiance) tidaklah memberi kontribusi yang besar pada pemanasan global.

Dengan demikian, maka dapat dipahami bahwa memang manusia yang berperanan bagi nasibnya sendiri, karena pemanasan global terjadi akibat perbuatan manusia sendiri.

SAVE OUR EARTH!!!!
dari berbagai sumber.

Baca Selanjutnya...

Egoisme Seorang Perokok

Seorang perokok berat berkata, “Merokok adalah hak pribadi saya. Apa pun bahayanya adalah resiko saya. Bukankah hidup ini adalahh milik saya sendiri?”

Saya katakan kepadanya: “Tidak demikian! Baik dalam ajaran agama maupun pertimbangan akal, hidup yang andanikmati adalah milik Tuhan yang diperintahkan-nya untuk digunakan demi maslahat Anda, keluarga, Masyarakat, dan umat manusia. Anda mempunyai kewajiban-kewajiban terhadap mereka, bahkan seperti sabda Nabi Muhammad SAW.:”Sesungguhnya jasmani Anda memiliki hak atas diri Anda.”

Kewajiban ini lahir akibat penggunaan pelbagai fasilitas yang dianugerahkan Tuhan dan diolah oleh masyarakat. Apabila Anda menyia-nyiakan hidup, maka akan Anda apakan hak-hak pihak lain yang mnerupakan kewajiban Anda itu?

Disisi lain, semua sikap dan tindakan seseorang memberikan dampak - positif atau negatif, kecil atau besar terhadap lingkungannya. Anda keliru jika menduga bahwa merokok adalah urusan pribadi. Bukankah Anda mengepulkan asap ke udara dan kami ang tidak merokok terpaksa harus menghirup udara yang telah dinodai oleh nikotin rokok anda, atau paling tidak aroma rokok anda?

Senyum simpul anda di pagi hari memberi kecerahan bagi yang melihatnya- baik dia mengenal anda atau tidak. Sebaliknya, amarah yang anda teriakkan mendebarkan jantung yang mendengarnya. Di sisi lain, perlu anda sadari bahwa kita semua adalah produk lingkungan yang dihasilkan oleh banyak pihak.

Cinta kita peroleh dari ibu, bapak, keluarga, dan kita semua. Pengetahuan kita raih dari pada ilmuwan yang mengajar kita, demikian pula dari pengalaman kita dan pengalaman orang lain. Rasa aman diperoleh dari kehadiran polisi, tentara, dan para hakim yang adil dan bijkasana. Seniman menyejukkan jiwa kita, ilmuwan mebuka cakrawala pikiran kita, demikian seterusnya.

Kita berteduh di bawah pohon yang ditanam oleh generasi lalu sambil menikmati buahnya. Setelah itu, wajarkah kita melakukan sekehendak hati kita? Tidakkah kita terpanggil atau merasa berkewajiban untuk menanam (walau sebatang pohon) agar bisa dipetik buahnya oleh generasi berikut?

Kalau demikian, wajarkah anda berkata: “Saya bebas melakukan apa saja.”Bahkan, wajarkah seseorang meganut paham yang menyatakan :”Saya bebas melakukan apa saja selama tidak melanggar hak orang lain?”

Ini adalah pandangan falsafah materialisme yang penganutnya sangat egois. Agama idak mengajarkan demikian. Yang diajarkan dan di pujinya adalah “Mengorbankan Kepentingan pribadi demi kepentinganorang lain”. Tuhan memuji sekelompok sahabat Nabi yang “mengutamakan orang-orang lain atas diri mereka, sekalipun mereka sendiri dalam kerusakan”. Ini jelas berbeda dengan sementara perokok, yang mengutamakan kepentingan atau Kesenangan dirisendiri walaupun orang lain terancam bahaya.

Dikutip Dari Buku “Lentera Al Qur’an” karangan M. Quraish Shihab
Baca Selanjutnya...