27 April 2013

Jodoh Dari Tuhan

Jodoh itu rencana Tuhan. Apapun yang sudah direncanakan, apalagi oleh Tuhan, sepandai apa kita, sekuat apa kita, kita ngga mungkin merangkai kisah untuk jodoh kita sendiri kalau kita memang ngga berjodoh. Sebaliknya, sejauh apa kita terpisah, sepandai apa kita menyembunyikan diri, kalau memang kita berjodoh niscaya Allah akan mempertemukan kita, jodoh akan menemukan jalannya untuk kita, jangan pernah memaksakan diri karena kita tahu, skenario Tuhan selalu luar biasa.

Jodoh itu rahasia Tuhan. Biarkanlah ia tetap menjadi rahasia. Tak usah kau menebak-nebak aku ini jodohmu, tak baik. Lagian kau tak akan pernah mampu memikirkannya. Jalanilah hidupmu sebaik yang kamu bisa, dan aku pun demikian. Sudah sepatutnya kita menjaga perasaan kita dan biarlah waktu yang akan memberi jawab padamu.

Percayalah, jodoh dari Tuhan selalu menjadi yang terbaik buat kita. Dia akan memberikan pada kita pada saat yang tepat, waktu yang tepat, dan tempat yang tepat.

Bersabarlah, jika aku memang tercipta untuk menjadi jodohmu, maka aku aku akan ada disisimu suatu saat nanti. Selalu dan Selamanya.
skenario Tuhan selalu luar biasa
Baca Selanjutnya...

25 April 2013

Pelangi Tak Pernah Mendahului Hujan

Manusia menginginkan kebahagiaan dan tidak ada seorang pun yang mengharapkan kesedihan. Hampir semuanya selalu menginginkan kebahagiaannya diperoleh secara instan, spontan, serta merta tanpa perlu mengorbankan apapun. Banyak yang tak mengerti bahwa bijak bestari pernah berkata "hidup memerlukan pengorbanan, pengorbanan memerlukan perjuangan., perjuangan memerlukan ketabahan, ketabahan memerlukan keyakinan". 

Pengorbanan merupakan bagian kehidupan. Harusnya begitu. Selalu begitu. Pengorbanan adalah suatu yang mutlak dalam hidup, harus ada, tidak boleh tidak. Ibaratnya pengorbanan adalah jalan menuju tujuanmu, tujuan hidupmu. Janganlah disesali meski jalanmu tak semulus, tak selurus yang kau bayangkan, karena ada jutaan hikmah petunjukNya yang terkandung di setiap kelokan jalanmu. Gampangnya, kalau kamu mau memperoleh kebahagiaan, tentu kita harus mau melewati jalan itu, bekerja keras untuk mencapai tujuanmu, tak hanya diam di tempat atau takut pada masa depan. 

Kita yang berkerja keras, berkorban, adalah yang akan mendapat petunjuk. Meski terkadang awalnya pahit, jangan takut. ingatlah janji Tuhan, bahwa Dia akan senantiasa bersama kita, melindungi kita di saat susah maupun bahagia, selalu begitu, namun kita sendirilah yang tak pernah menyadarinya.

Selanjutnya yakinlah, percayalah pada usahamu dan di setiap kesulitan pasti akan ada hikmah yang tak kita sadari, yang mana ia akan berguna untuk hidup kita. Mungkin begitulah kodratnya, kebahagiaan tak akan hadir tanpa didahului kerja keras dan perjuangan.
"indahnya pelangi tak akan pernah hadir tanpa didahului oleh datangnya hujan"
Aku tahu, kamu tahu, namun pernahkah kita sadari bahwa setiap indahnya pelangi tak akan pernah hadir tanpa didahului oleh datangnya hujan, bila kamu terlalu sulit menemukan pelangi, pandangilah mentari esok, yang menghangatkan pagimu, ia tak pernah mendahului datangnya dinginnya malam. Tampaknya kita sebagai manusia terlalu bernafsu hingga buta akan banyak sekali tanda alam dari Tuhan yang menunjukan bahwa ada hikmah di balik segala peristiwa, termasuk saat kita sedang memperjuangkan sesuatu, sesulit apapun itu, segelap apapun itu, ingatlah bila sudah tiba saatnya, maka akan datang kemudahan, akan tiba pula cahaya terang di depan sana. Kebahagiaan adalah hasil dari sebuah kerja keras, perjuangan dan kepercayaan. Begitu juga dengan Cinta. Percayalah.

Baca Selanjutnya...

21 April 2013

Aku Ini Lamban

Izinkan. Izinkan aku berkisah lagi padamu. Semoga kamu tak bosan bila terus-menerus membacanya. Masih tentang cinta, cinta yang tak terkatakan. Aku harap kamu masih mau mengeja dengan sabar kata-kataku ini, yang kutahu masih berantakan, tak mudah dimengerti, tak terangkai indah. Iya, itu semua karena aku bukanlah pujangga, yang kamu dambakan.

Cinta terkadang hadir di saat yang tak tepat, seperti ini, aku baru merasakannya ketika kita akan berpisah, dan aku tak pernah punya waktu untuk mempersiapkan, menyusun dan mengungkapkan rasa ini. Mungkin kamu heran atau bahkan marah padaku, karena aku ini terlalu lamban, terlalu lambat mengungkapkannya. Mungkin kamu menganggapku terlalu memberi harap padamu. Mungkin kamu menganggapku main-main dengan ini semua.

Tidak. Tidak demikian. Aku tahu, kamu tahu, semua orang tahu, bahkan rembulan dan bintang yang malam ini sedang bersinar pun tahu bahwa aku tak punya kemampuan layaknya pujangga, yang bisa dengan merangkai huruf, menggubah kata, menyusun kalimat sama persis layaknya dengan perasaan yang sedang terpendam di dalam dada. Aku bukanlah pujangga itu. Aku juga bukanlah Einstein yang bisa berfikir cepat, dan mengukur semuanya dengan cermat, butuh waktu untuk memberikan keputusan. Aku bukanlah ilmuwan itu. Aku juga bukanlah seorang orator, yang mampu bicara mengungkapkan isi hati dan pikiran melalui ucapannya. 

Aku membutuhkan banyak waktu, untuk merangkai lima huruf c,i,n,t dan a hingga menjadi sebuah kalimat. Aku kesulitan. Silahkan tertawakan hal ini. Menyusun kalimat saja tidak bisa, apalagi mengungkapkannya. Dulu aku pernah cerita hal ini kepadamu, harapannya kamu mau mengerti, tapi entah sekarang kamu masih menyimpannya di pikiranmu, kuharap kamu masih mengingatnya jadi aku tak perlu menceritakannya lagi padamu disini. Ketika menulis saja aku masih menemukan kerumitan apalagi mengungkapkannya. Aku ini lucu, pintar sekali memendam rasa. Namun tak pernah diberikan keberanian mengatakannya. Selalu saja ada hal yang mengganjalnya, entah itu karena diriku sendiri, waktu, entah itu orang lain, iya karena aku terlalu lamban. Terlalu lama berpikir. 

Kamu tahu sebelum ini, aku sudah sering mengalaminya, pernah mengalaminya dengan seseorang di masa lampau, aku jatuh hati padanya, dan seperti biasa, aku selalu belajar mengeja huruf sampai menyusun kata, serta belajar mengungkapkannya, sampai aku bener-bener siap mengatakannya, lamban! biarlah. Hingga akhirnya aku merasa siap, tapi orang lain sudah mendahuluiku. Dia tak mau menungguku. Sakit. Namun sekarang aku sudah terbiasa. Iya terbiasa. Lagian dia mungkin bukan jodoh baik yang disiapkan Tuhan untukku. 

Kamu mungkin berpikir, mengatakan cinta itu mudah, tak perlu menjadi pujangga, ilmuwan atau bahkan orator handal, seperti kata pepatah, kalau sudah cinta, orang biasanya akan melakukan hal-hal gila. Iya aku mengerti. Aku ini lamban. Masalah cinta tak pernah aku kuasai dengan baik. Dan tentunya aku bukanlah orang gila yang bisa bertindak gila untuk menyatakan cinta, aku berpendapat tindakan itu hanya akan membuat sakit, entah kapan, saya yakin itu. Cinta yang tidak dipertimbangkan matang hanya akan menyakiti salah satu pihak. Oke, mungkin aku terlalu membela kelambananku dengan mengatakan demikian, tapi kenyataan memang demikian. Cinta yang spontan, akan menghasilkan hubungan yang spontan, tak continue begitu kata orang bijak. 

Aku ini lamban, karena selain kesulitan menyusun kalimat cinta, bukan seorang yang pandai mengucap. juga karena aku bukanlah pemikir yang cepat seperti einstein, meski sering bermasalah dalam hal cinta tapi otakku masih jernih untuk memikirkannya, aku tidak pernah terburu-buru, meski dengan ini aku rela tak diberi kesempatan, rela didahului orang lain, rela untuk mengorbankan rasa ini. Ah biarlah, ini hidupku aku memikirkannya untuk masa depanku, aku hanya tak mau menyakitimu dengan cinta sesaat, karena dalam cinta sesaat waktu akan menjadi pihak ketiga yang akan menjenuhkannya. Tapi persetanlah dengan itu semua, aku ini memang lamban.

Aku ini memang lamban, bertemu kamu yang ingin serba cepat, membuat hubungan kedekatan kita kalap, aku harap kamu mau mengerti, aku harap kamu masih memberikan waktu kepadaku untuk belajar mengatakan isi hati ini, mengenalmu lebih jauh, memberikan kesempatan pada hubungan kita untuk berkembang sebagaimana mestinya,tanpa perlu akselerasi. Selain aku yang masih berlatih dengan bahasa cinta, aku juga tak ingin menyakitimu, dengan hubungan yang didasari tindakan gila. Namun bila kau berpikir aku ini terlalu lamban, aku tak bisa berbuat apa-apa lagi. Mungkin ini bukanlah waktu yang tepat bagiku, bagimu juga untuk saling bertemu dalam lingkaran bernama jodoh. Mungkin Tuhan masih menyimpan jodoh yang akan berkata: "iya sayang, aku akan selalu menunggumu, menunggu keputusanmu, dan aku akan mengerti lambanmu, bukanlah sesuatu yang buruk karena itu demi kebahagiaan kita, aku rela berkorban untuk itu semua, dan ku tahu kamu juga akan memperlakukanku dengan baik" padaku. Oh indahnya. Tapi betapapun indahnya hal itu, aku masih berdoa kamulah yang akan mengatakannya padaku.

Bersabarlah. Mengertilah kelambananku ini. 
Yakinlah padaku, ketika aku lamban mengungkapkan cinta padamu, bukan berarti aku tidak serius, bukan berarti aku mempermainkanmu, bukan berarti aku salah, Ada sudut pandang dari jawabanku yang tidak pernah kamu pikirkan. Percayalah aku akan mengatakannya di waktu yang tepat setelah aku memikirkan dan mempersiapkannya secara matang. Meski itu nantinya terkadang tidak seperti yang kamu harapkan, pahamilah aku ini hanya mengatakan apa yang terbaik buat kita berdua.

Mengertilah. Aku juga akan mengertimu.
Baca Selanjutnya...

Jatuh Cinta

kamu tahu?
dahulu
sebelum aku menyukai suara gesekan rintik hujan dengan dedaunan liar di luar sana
aransemen alam yang mampu menghempaskan duka lara

sebelum aku menyenangi warna-warni pelangi menggoresi langit dengan keindahan setelahnya
lukisan nan sempurna yang mampu mengukir senyum di saat perasaan sedang terbelah

sebelum aku mengagumi tulisan-tulisan pujangga yang mengisahkan betapa cantiknya alam saat itu 
metafora yang mampu membuatku berdiri kokoh kala kesabaran hati terguncang

sebelum itu semua
aku sudah menyukaimu
aku sudah menyenangimu
aku sudah mengagumimu
jatuh cinta padamu
Baca Selanjutnya...

17 April 2013

Ujian (Tidak) Nasional

Pelaksanaan Ujian Nasional (UN) tahun ajaran 2012/2013 sungguh kacau balau. UN di 11 provinsi terpaksa ditunda. Amburadulnya UN tahun ini disebabkan distribusi naskah soal yang terlambat. Beberapa soal juga tertukar sehingga ribuan peserta UN, tak bisa menjalani ujian. FYI, 11 Provinsi itu adalah Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Bali, NTT dan NTB. Kejadian ini seakan-akan seperti menabur garam di atas luka, memperparah, mengingat penyelenggaraan UN tahun-tahun sebelumnya juga dipenuhi kejadian-kejadian yang tidak seharusnya terjadi, semacam menyontek, kebocoran soal, kecurangan terkait kunci jawaban dan lain sebagainya.

Parah, saya lebih suka menyebutnya Kementrian Pendidikan Nasional sedang sakit. Iya sakit. Saya yakin dengan seyakin-yakinnya orang-orang yang duduk di kursi kementrian ini dari menteri sampai bawah-bawahannya ada adalah orang-orang yang sangat kompeten, sayang mereka sepertinya terlalu pakem pada sistem, entahlah ini karena terlalu patuh pada sistem atau memang ada udang di balik batu. Mengingat sekarang ini sudah zamannya internet, password protected & cloud computing, tapi distribusi naskah UN masih konvensional (tender, cetak, packing, distribusi dan lain-lain). Mencurigakan bukan?

Ini adalah pertama kali sepanjang sejarah pelaksanaan UN terjadi pengunduran jadwal ujian. Ini tidak semestinya terjadi, saya ulangi, tidak semestinya terjadi, saya ulangi sekali lago, hal ini tidak semestinya terjadi apalagi di zaman sekarang dan tidak boleh terjadi lagi di waktu mendatang.

Persiapan yang tidak matang dinilai menjadi titik mula karut marut pelaksanaan UN 2013. Tak habis pikir, UN, yang merupakan agenda sakral Kementrian Pendidikan Nasional, dilakukan setahun sekali, yang menghabiskan dana luar biasa besar (untuk UN SMA/SMK sederajat saja menghabiskan anggaran 800 Miliar lebih) Lalu kenapa masalah distribusi soal bisa terjadi di 11 propinsi dengan anggran untuk pelaksanaan UN segedhe itu harusnya tidak ada permasalahan dalam penyelenggaraannya. Oh dear.

Oh dear M. Nuh. Anda punya waktu 12 bulan untuk mempersiapkan agenda besar rutin ini, 12 bulan adalah waktu yang lebih dari cukup untuk mempersiapkan segalanya. Kemajuan teknologi juga sudah seharusnya membantu kita. Tapi apa yang terjadi, Kemdiknas lebih menyukai memakai cara konvensional, cara umum, cara yang menurut saya sudah ketinggalan zaman, dimana semua serba sentralistik, naskah dibuat di pusat, percetakan juga di pusat, distribusi juga serba pusat. Kondisi serupa bisa terus terjadi, bahkan dapat membuat UN gagal dilaksanakan.. Penyakit ini tidak akan berubah, kalau bukan kita yang mengubahnya.
Gagal merencanakan maka itu sama saja merencanakan kegagalan.
Saya menjadi curiga, kenapa Kemdiknas masih menggunakan metode konvensional yang semuanya serba terpusat. Saya pikir proyek penggandaan dan distribusi soal UN tiap tahun bukan proyek buat mencerdaskan anak-anak sekolah. Saya takut ini akan menjadi celah manis bagi para tikus berdasi negeri ini untuk mendapatkan proyek mendapatkan duit, fee, di DPR maupun kementerian. Mereka tak perlu belajar metode korupsinya lagi bayangkan bila proyek seperti ini diubah dengan memanfaatkan cloud computing misalnya mungkin celahnya tak bakal seluas saat menggunakan metode kolot tender tadi. Dari proses tender tidak adil. Karena pemenang tender adalah perusahaan-perusahaan yang menawarkan harga tinggi. Padahal ada beberapa perusahaan yang menawarkan harga rendah dan kapasitas baik tapi dikalahkan. Pemilihannya pun terkesan tidak transparan. Entahlah. Semoga saja hal tersebut tidak benar-benar terjadi.

Pengunduran jadwal UN di 11 propinsi ini  sudah jelas akan berdampak besar bagi psikologis para peserta ujian. Stress. Itu pasti. Bayangkan kita sebagai pelari yang sudah konsentrasi penuh mempersiapkan segalanya ketika akan Start tiba-tiba secara sepihak dan mendadak perlombaan dibatalkan. Hal ini dapat mengganggu psikologis pelari tersebut yang tidak lain adalah para siswa yang semula siap menghadapi UN, tetapi tiba-tiba batal dan diundur. Selain itu juga potensi bocornya soal juga kan lebih besar, dan besar kemungkinan siswa-siswa yang berada di 11 propinsi yang UN-nya diundur akan mendapat nilai yang lebih bagus, ketimbang yang diluar 11 propinsi tersebut. Pemerintah sudah seharusnya membuat soal baru untuk 11 propinsi tersebut. Tidak tahu apa yang terjadi sebenarnya di lapangan, saya harap pemerintah masih fair menjalankan tugasnya sebagai penyelenggara.
Ini lucu, bagaimana pemerintah bisa menyiapkan masa depan, menyiapkan Ujian Nasional saja amburadul.
Seandainya pemerintah mau memanfaatkan teknologi sebagaimana mestinya, misal cloud computing, proses pelaksanaan dari pembuatan soal di Pusat sampai pendistribusian akan menjadi sangat mudah. Masalah distribusi yang terjadi saat ini sangat mungkin tidak akan terjadi, karena kita akan mendistribusikan soal UN melalui, bahasa gampangnya, internet. Kemudian Departemen Pendidikan di setiap propinsi / daerah-lah yang bertanggung jawab dalam proses percetakan dan kemudian didistribusikan kepada setiap sekolah. Simple dan efisien bukan? Mungkin kalau memakai cloud computing, celah manis untuk dinikmatin oknum nakal bakal lebih sedikit. mikir lagi caranya korupsi gimana. Coba bayangkan bila menggunakan sistem pengadaan terpusat. Saya tahu mereka sendirilah yang dibikin ribet oleh hal yang seharusnya sederhana. Memalukannya lagi, mereka sampai  meminta bantuan kapal dan pesawat TNI untuk mengirim soal UN ke daerah-daerah. Entah kenapa Pemerintah masih mau saja menderita seperti ini. Mungkin ada urusan pribadi, urusan yang seharusnya tidak dilakuin oleh oknum-oknum di atas sana dibalik tender ini. Kenapa aku bilang begini, karena setahu saya BPK pernah menobatkan Depdiknas sebagai lembaga negara terkorup nomer tiga pada tahun 2008-2010. Mungkin saja semua itu masih berlangsung, sampai sekarang, entah sampai kapan. Sudah saatnya KPK turun tangan.

Imagine, sebagai orang awam seperti saya, mungkin ini imajinasi goblog saya, bagaimana sebuah surat kabar nasional yang berkantor di Jakarta misalnya, bisa mendistribusikan hariannya ke seluruh pelosok negeri dalam waktu hitungan jam saja, ditambah lagi mereka melakukan ini setiap hari, jelas persiapan sangat mepet, bandingkan dengan Depdiknas dengan UN sebagai agenda sakral, agenda penting, berlangsungnya tahunan pula, sudah jelas waktu yang tersedia adalah sangat sangat lama. 360 hari, lalu kenapa masih saja terlambat?  Kalau UN diadain setiap minggu wajar kalau terjadi keterlambatan distribusi soal. Aneh, punya waktu setahun masih saja ada yang belum dapat soal kalaupun dapat ada yang tertukar soalnya. Busyet deh, kayak sinetron aja. Makin aneh lagi 11 propinsi yang diundur pelaksanaan UN-nya terletak di Indonesia bagian tengah, bukan di ujung Sabang atau Merauke sana. Apa yang sebenarnya terjadi?

Kalau sudah begini kan aneh rasanya kalau kita masih menyebutnya Ujian Nasional dimana ujian tidak dilaksanakan serempak seluruh nusantara tak ubahnya seperti ujian biasa. Kesakralan UN terusik dan ini adalah raport merah dari departemen yang sudah disuplai oleh 20% anggaran negara dari ketidaksiapan, ketidaksungguhannya dalam menyelenggarakan UN. Semoga Pemerintah khususnya Departemen Pendidikan belajar dari kejadian ini dan cukup sekali ini saja pengunduran jadwal pelaksanaan UN dan tidak terjadi lagi di masa-masa mendatang.
Apabila anak-anak yang belum siap, dibilang kemalasan dan apabila pemerintah yang belum  siap, adanya alasan.

Baca Selanjutnya...

10 April 2013

Hakikat Cinta

"Mbak, taksi-ne wes teko ning ngarepan"

Terdengar suara perempuan dengan logat khasnya dari arah ruang tamu, itu suara Bi Rinah, pembantu di kos ini. Taksi inilah yang akan mengantarkan temanku, Citra, ke Adisucipto, bandara di kota pelajar ini. Ya dia akan pulang kampung, setelah menempuh masa studynya di kota ini. Temenku ini, lebih tepatnya aku sebut sebagai sahabat, kita dekat satu sama lain sejak awal kuliah di Jogja. Sebenarnya aku sudah menyiapkan kendaraan untuk mengantarnya namun dia ngotot nggak mau, dia memang begitu orangnya, ngga suka ngerepotin orang lain, termasuk aku, sahabatnya sekalipun.

Suara Bi Rinah yang sebenarnya kecil, khas ng itu cukup bisa membuat aku dan Citra terkejut, tersadar dari lamunan kita masing-masing. Entah pembicaraan apa yang habis kita bincangkan, aku lupa detailnya saat itu, yang jelas perpisahan ini, walau bukan untuk selamanya, tapi kehidupan yang membuat kita harus berpisah dengan kisahnya masing-masing, dia kembali ke kampungnya melanjutkan kisahnya dan aku juga akan segera pergi dari kota ini, iya pergi untuk kembali, kembali ke tanah kelahiran, dengan kisahku sendiri. Entah kapan lagi, kita bisa bertemu lagi, bukan masalah jarak, ini lebih ke masalah kesempatan, apakah kita masih mempunyai kesempatan bertemu? menghabiskan waktu, menentang kesepian? Sungguh sebenarnya aku tak mampu membayangkannya. Citra pun begitu, matanya begitu sembab, menahan tangis, meski ia mencoba tegar, tapi sejatinya kesedihannya tak bisa disembunyikan, ia terlalu berduka untuk menutupinya. Aku selama seminggu ini mencoba menghiburnya, namun sepertinya aku belum berhasil.

"Sudah waktunya kamu berangkat Citra," kataku pelan, "Kamu sudah siap? Ngga ada yang ketinggalan kan?"

"Hmmm iya, semua sudah siap, semua sudah ...... " Tiba-tiba tangisnya pecah, dia menangis sejadi-jadinya, menundukkan mukanya ke bawah kursi tampat dia duduk. 

"Tenang, Citra.. Sudah jangan menangis," sambil menepuk pundaknya, "memang berat, ketika kamu harus merelakan dan meninggalkan kenangan indahmu disini. Aku tahu. aku juga ngalamin hal tersebut. Aku juga akan pergi dari kota ini" 

Citra masih menangis dan terus menangis. 

"Sudahlah jangan menangis, bersyukurlah pada Tuhan, kita pernah dipertemukan di kota ini, diberi kesempatan untuk menjalin hubungan ini"

Setelah sedikit tenang, dia berdiri,
"Iya kawan, aku berangkat saja sekarang, semakin aku lama aku disini, tangisku akan semakin menjadi-jadi. Tapi kenapa kamu begitu tegar? Tidak adakah rasa sedih? Bukankah kau baru menyatakan rasa kamu padaku semalam, bahwa kamu suka padaku. Kamu nulis hal ini di blog bukan?"

Glek. Benar-benar seperti tersambar petir di siang bolong, mukaku merah. Astaga, ternyata dia membacanya. Dan sekarang, aku ngga tahu harus mulai dari mana untuk menjelaskannya.

"Astaga, kamu membacanya?", kataku gugup, namun kemudian aku mencoba tersenyum, "Ya begitulah adanya perasaanku padamu saat ini, tapi tentu kamu juga telah membacanya bukan pesanku di tulisan itu, aku ngga bisa menjelaskan hal ini padamu saat ini, terlalu complicated, lagian taksi di luar sudah lama menunggu, mungkin suatu saat nanti kita bisa membicarakannya lebih intim lagi, semoga masih ada kesempatan untuk kita."

"Iya semoga aja, tapi kenapa kamu tak mencoba mengungkapkannya lebih awal? Kenapa sekarang kamu tidak terlihat sedih? Apa yang kamu tulis itu benar bukan?"  
Tanya Citra, dengan antusias, agaknya kesedihannya sedikit terkikis rasa penasarannya ini.

Aku kembali tersenyum, 
"Semuanya bukankah sudah aku ceritakan di blog, tentang alasan ini semua? Iya benar, aku suka padamu, aku ngga kelihatan sedih kah saat ini? Kamu ngga tahu, hatiku ini sedang menangis, tidakkah kau mendengarnya? Aku hanya mencoba tegar, aku pernah membaca buku, disana disebutkan inti hakikat dari sebuah cinta adalah melepaskan. Semakin sejati cinta kita maka kita akan semakin rela kita melepaskannya. Walau kita saat ini akan berpisah, percayalah kalau memang cinta ini sejati, ia pasti akan mempertemukanku denganmu nanti, tak peduli apapun hambatannya, ia akan membawa kembali diriku padamu dengan cara apapun bahkan dengan cara yang tidak pernah kita pikirkan sebelumnya, takdir Tuhan tak pernah salah alamat dan tiap hati sudah punya kuncinya sendiri, ngga usah khawatir" 

Citra tersenyum, dia sepertinya mengerti yang kumaksud, kebijaksanaan cinta, meski masih terlihat bersedih, sekarang dia sudah agak tenang, 
"Aku mengerti sekarang, akan aku pegang janjimu, saat kita bersua kembali suatu saat nanti, semoga belum terlambat ketika aku dipertemukan kembali denganmu, aku pamit ya, kasihan taksi diluar sudah terlalu lama menungguku, terima kasih ya, terima kasih atas semuanya, sampai jumpa lagi ya" 

"Iya, Citra, peganglah janji itu. Sampai jumpa, Hati-hati, jaga dirimu"

Kemudian dia menyalami tanganku erat-erat, tak pernah seerat ini sebelumnya ia menggenggam tanganku, sebelumnya, matanya tajam menatap mataku, seolah menegaskan bahwa ia sangat menanti pertemuan selanjutnya. Setelah itu ia melepaskan tanganku sambil tersenyum ia berkata, "Iya, akan ku jaga diriku untukmu", lalu masuk ke taksi, melambaikan tangan dan pergi meninggalkan diriku yang hatinya masih berserakan di kota ini, sendiri menyelamatkan hati.
"Ketika kamu mencintai seseorang, biarkanlah ia pergi kemana dia mau, karena jika ia cinta sejatimu, ia pasti akan kembali menjemput takdirnya, hidup bersamamu selamanya, sebenernya sesederhana itu cinta, hanya manusia yang biasanya membuatnya rumit"


Baca Selanjutnya...

9 April 2013

Tentang Cinta yang Tidak Dikatakan

Entah, hari ini hujan sudah turun berapa lama, sampai-sampai mentari tak terdengar kabarnya. Sepertinya langit sedang mengabarkan kedukaannya. Ia rupanya tak ingin melepaskan musim penghujan kali ini begitu saja. Terlalu manis untuk meninggalkan kenangan yang diciptanya.

Iya ini sudah bulan April, sudah saatnya menyambut kemarau. Kemarau yang sengatnya, ditakutkan para penggarap tanah, bahkan olehku sekalipun. Namun aku mengerti, alam ini butuh keseimbangan. Keseimbangan yang Tuhan ciptakan ini, bahwa kita yang dikaruniai dua musim, sungguh luar biasa. Jangan sampai kita mengutukinya. 

Entah, kapan hujan ini akan berhenti. Sampai saat ini, belum ada tanda-tanda langit akan menghentikan tangisnya. Kita sudah lama terjebak di gubuk ini, sudah berapa kisah kehidupan kita ceritakan bersama disini. Aku menikmatinya, sungguh. Rasanya begitu istimewa, setiap detik bersamamu disini mungkin akan aku ingat sepanjang hidupku. Pelangi di matamu, adalah metafora terindah yang pernah kusaksikan. 

Jangan pergi sekarang di luar masih hujan biarkanlah air mata langit itu terus menggigilkan rindu. Aku masih ingin bersamamu di gubuk penantian ini. Bersama mencipta cerita indah. 

Langit masih terlalu berduka, Tetaplah disini, sampai mentari menghapus air matanya. Sekarang dengarkanlah kisahku tentang cinta yang tidak dikatakan, dimana ia akan tetap bernama cinta selamanya, seperti cintaku padamu.......  


Baca Selanjutnya...

4 April 2013

A Letter For You

Ini tentang kamu. Jujur, sebenarnya aku nggak bisa nulis kata-kata tentangmu dengan baik, nggak bisa mengatakan sesuatu tentangmu seperti yang aku inginkan. Gampangnya nulis aja ngga bisa apalagi mengatakannya. Aku hanya tahu bahwa aku bisa mengetik kata-kata saja. Menceritakan tentang kamu juga merupakan hal rumit yang lain. Tapi tak ada salahnya aku ketik saja kata-kata ini, seperti biasa, mengalir bak air. Entahlah kamu akan membacanya atau tidak, kamu akan mengetahui kata-kata ini terangkai pun entah. Sebagaimana kamu nggak tahu apa yang aku rasakan tentangmu di saat ini. Tapi biarlah kata-kata ini menceritakan dengan caranya sendiri. 

Ketika kutulis judul ini, awalnya aku berpikir ini akan mudah. Iya seperti yang tadi aku bilang tadi, tinggal membiarkan kata-kata ini berjalan dengan sendirinya menceritakan semuanya. Tapi kenyataannya, kata-kata pun seperti masih malu untuk muncul berkisah. Butuh waktu untuk membuat kata-kata itu keluar. Padahal cerita ini sudah aku pendam sejak lama.

Aku mengenal kamu, memang tak cukup lama, terkadang aku mempertanyakannya kepada Tuhan kenapa baru sekarang aku dipertemukan, kenapa ngga dari dulu sehingga aku bisa mengenalmu lebih dalam. Suatu waktu ketika aku sedang (kembali) mempertanyakan hal ini, aku tersadar bahwa Tuhan selalu mempunyai rencana di setiap kejadian. Dan kemudian aku mengerti bahwa waktu yang singkat ini membuat segalanya lebih indah. Indah? Mungkin bukan kata indah disini, tapi lebih kesimpelan yang indah, atau apalah itu, aku tak bisa menemukan kata yang benar-benar pas untuk menggambarkan ini. Kesimpelan inilah yang mencipta keakraban layaknya sahabat ini. Keakraban inilah yang menjadi awal munculnya rasa ini. Perasaan yang sama sekali tak pernah kuduga selama ini.

Awalnya biasa saja, iya biasa saja, sampai keakraban itu membuat kita dekat, entahlah cuma aku yang ngerasa dekat atau kamu juga merasakan hal sama denganku, yang jelas aku lebih suka menyebut kita dekat. Dekat, saling mengenal hingga saling membantu. Sampai rasa yang tak kuduga itu datang, Aku suka padamu, pada hadirmu. Ketika sadar jarak akan segera memisahkan kita saat itu, karena memang waktu ini terlalu singkat, aku berusaha memberikanmu yang terbaik karena suatu hari, kamu akan menjadi sebuah memori bagi sebagian orang. Aku hanya akukan yang terbaik untukmu selagi masih bisa bersua. Dari perubahan perilakuku belakangan mungkin kamu sudah merasakan tentang rasaku padamu atau masih meragukannya, sehingga kamu terkesan tak tahu atau tak mau tahu, entahlah.

Sayang hingga jarak memisahkan kita, aku belum berani mengungkapkannya padamu. Kenapa? Terlalu rumit untuk diceritakan, awalnya aku ingin menceritakannya disini, tapi ah terlalu complicated. Aku berpikir ini yang terbaik, meski aku harus rela mengubur dalam-dalam rasaku. Aku hanya tidak ingin menyakitimu. Iya aku tidak ingin menyakitimu. Meski kamu mungkin berpikir bahwa aku bukanlah gentleman yang hanya bisa merangkai kata, tapi aku lega akhirnya aku bisa menceritakan ini semua disini, meski endingnya penuh misteri, aku harap aku bisa menceritakannya padamu suatu saat nanti. Meski kita sudah dipisahkan jarak, aku harap kita masih menjalin keakraban seperti dulu. Aku ingin perjalanan keakraban sebagai sahabat ini tak dirusak oleh perasaanku ini. Kalau Tuhan memang menghendaki kita berjumpa dan bersatu, kita pasti akan bersua. Pancarkan terus pesonamu. Sampai jumpa di perjumpaan selanjutnya.
"Biarlah setiap detik bersamamu dulu menjadi sesuatu yang akan kuhargai sepanjang hidupku"


Baca Selanjutnya...

2 April 2013

Siksaan Jarak

satu purnama sudah
kita terpisah satu sama lain
merenda kehidupannya masing-masing
menyemai sepi setiap malam

ketika angin malam menggigilkan kerinduan
aku tak lagi mengerti
aku tak lagi ada disampingmu
tak bisa memelukmu hangat
tak bisa lagi menyelimuti hatimu

jarak yang sejauh ini antara kau dan aku
apa ada yang menyenangkan dibalik ini semua?
aku tak bisa menuntun tanganmu saat kau berjalan seorang diri
aku tak bisa berada disimu, melindungimu setiap waktu
aku tak bisa lagi menghapus air matamu saat kau menangis

kini,
aku hanya bisa berharap pada perasaan ini
yang akan membuatku selalu ada di sekelilingmu, meski tak nyata
sambil membayangkan lekukan indah wajahmu dalam foto
dan terus mencoba menyebut namamu dalam setiap doaku
mengharap kau bertahan dalam siksaan jarak ini
sampai waktu mempertemukan kita kembali

bertahanlah, 
sejauh apapun jarak memisahkan
selama kita masih dalam perasaan dan kepercayaan yang sama, 
jarak hanya akan menjadi sebuah ilusi

Baca Selanjutnya...