23 September 2009

Sepotong Kue

Ada cerita bagus, penuh dengan hikmah:
Seorang wanita sedang menunggu di bandara suatu malam. Masih ada beberapa jam sebelum jadwal terbangnya tiba. Untuk membuang waktu, ia membeli buku dan sekantong kue di toko bandara, lalu menemukan tempat untuk duduk. Sambil duduk wanita itu membaca buku yang baru saja dibelinya.

Dalam keasyikannya membaca buku, ia melihat lelaki disebelahnya dengan begitu berani mengambil satu atau dua dari kue yang berada diantara mereka. Wanita tersebut mencoba mengabaikan agar tidak terjadi keributan. Ia membaca, mengunyah kue dan melihat jam. Sementara si Pencuri Kue yang pemberani menghabiskan persediaannya. Ia semakin kesal sementara menit-menit berlalu.

Wanita itupun sempat berpikir: "Kalau aku bukan orang baik sudah kutonjok dia!“.
Setiap ia mengambil satu kue, Si lelaki juga mengambil satu.

Ketika hanya satu kue tersisa, ia bertanya-tanya apa yang akan dilakukan lelaki itu.Dengan senyum tawa di wajahnya dan tawa gugup, Si lelaki mengambil kue terakhir dan membaginya dua.

Si lelaki menawarkan separo miliknya sementara ia makan yang separonya lagi. Si wanita pun merebut kue itu dan berpikir : “Ya ampun orang ini berani sekali, dan ia juga kasar malah ia tidak kelihatan berterima kasih”.

Belum pernah rasanya ia begitu kesal. Ia menghela napas lega saat penerbangannya diumumkan.

Ia mengumpulkan barang miliknya dan menuju pintu gerbang. Menolak untuk menoleh pada si "Pencuri tak tahu terima kasih". Ia naik pesawat dan duduk di kursinya, lalu mencari bukunya, yang hampir selesai dibacanya. Saat ia merogoh tasnya, ia menahan nafas dengan kaget.

Disitu ada kantong kuenya, di depan matanya !!! Kok milikku ada disini erangnya dengan patah hati. Jadi kue tadi adalah milik lelaki itu dan ia mencoba berbagi. Terlambat untuk minta maaf, ia tersandar sedih. Bahwa sesungguhnya dialah yang kasar, tak tahu terima kasih. Dan dia sendirilah pencuri kue itu !

Hikmah yang didapat dari kisah ini kita sering berprasangka dan melihat orang lain dengan kacamata kita sendiri serta tak jarang kita berprasangka buruk terhadapnya.

Orang lainlah yang selalu salah
Orang lainlah yang patut disingkirkan
Orang lainlah yang tak tahu diri
Orang lainlah yang berdosa
Orang lainlah yang selalu bikin masalah
Orang lainlah yang pantas diberi pelajaran

Padahal,
Kita sendiri yang mencuri kue tadi
Kita sendiri yang tidak tahu terima kasih.
Kita sering mempengaruhi, mengomentari, mencemooh pendapat, penilaian atau gagasan orang lain.
Sementara sebetulnya kita tidak tahu betul permasalahannya.

Semoga kita semua bisa mengambil pelajaran dari kisah sepotong kue ini. Amin.
Baca Selanjutnya...

Sikap Kita Terhadap Fatwa Haram Facebook

a. Anggap saja itu warning dari guru dan orangtua bahwa Facebook ada juga sisi negatifnya, yang kalau dibiarkan tumbuh, akan menjadi susah diatas lagi. Maka, perhatikan atau minimal waspada terhadap sisi negatif ini. Istilahnya, anggap saja ini adalah nasihat dari guru dan orangtua yang meyayangi kita. Sehingga kita tidak kehilangan rasa hormat dengan kiai, juga tidak bingung soal keputusan haram dan tidaknya.

b. Bahwa dasar pelarangan itu berlaku juga ketika kita sendiri melanggar. Di antaranya, tidak tahu waktu. Banyak hal kesia-kesiaan yang sebenarnya tidak pentung tapi dikerjakan, sebab mudahnya berkomunikasi lewat Facebook. Akhirnya, wajtty yang mestinya produktif jadi tidak produktif. Saya kasih contoh, makan sate pinggir saja diberitakan ke mana-mana, Tidak penting. Okelah itu masih oke; Bagaimana kalau kemudian lagi nonton di bioskop yang filmnya jelas-jelas mempertontonkan aurat, lalu di-share ke mana-mana.

c. Hal lain yang menjadikan dilarang adalah berpeluangnya Facebook untuk mencaci, menjelek-jelekkan, memfitnah, dan menebar berita buruk. Sekali lagi, ketika hal yang dilarang ini justru kita yang memakai, Facebook itu jatuhnya haram untuk kita. Seperti makan, makan kan boleh, tapi kalau berlebihan ya jadi haram.

d. Hendaknya Facebook benar-benar dijadikan satu kebaikan buat kita, buat silaturrahmi yang berguna, tukar-menukar inforasi berguna, buat dakwah, buat dagang, buat kerja dan usaha , dan yang baik-baiklah. Supafa facebook yang sebenarnya mubah atau boleh tidak berubah menjadi haram.

e. Jadi, keharamannya mengikuti perilaku. Bagi saya andai benar alim ulama mengharamkan (tertulis), tidak ada pilihan kecuali sami’naa wa atha’naa. Nyari keberkahan saja. Toh, kita tidak mati juga dengan tidak adanya facebook. Cuma kan sekarang belum ada bentuk pelarangan tertulus. Baru bersifat imbauan teknis untuk tidak menyalahgunakan Facebook atau yang sejenisnya.
Baca Selanjutnya...

Perbedaan Antara Ahlussunnah Waljamaah Dengan Syiah

Banyak orang yang menyangka bahwa perbedaan antara Ahlussunnah Waljamaah dengan Syiah  dianggap sekedar dalam masalah khilafiyah Furu'iyah, seperti perbedaan antara NU dengan Muhammadiyah, antara Madzhab Safi;i dengan Madzhab Maliki.

Karenanya dengan adanya ribut-ribut masalah Sunni dengan Syiah, mereka berpendapat agar perbedaan pendapat tersebut tidak perlu dibesar-besarkan. Selanjutnya mereka berharap, apabila antara NU dengan Muhammadiyah sekarang bisa diadakan pendekatan-pendekatan demi Ukhuwah Islamiyah, lalu mengapa antara Syiah dan Sunni tidak dilakukan ?.

Oleh karena itu, disaat Muslimin bangun melawan serangan Syiah, mereka menjadi penonton dan tidak ikut berkiprah.

Apa yang mereka harapkan tersebut, tidak lain dikarenakan minimnya pengetahuan mereka mengenai aqidah Syiah. Sehingga apa yang mereka sampaikan hanya terbatas pada apa yang mereka ketahui.

Semua itu dikarenakan kurangnya informasi pada mereka, akan hakikat ajaran Syiah. Disamping kebiasaan berkomentar, sebelum memahami persoalan yang sebenarnya.

Sedangkan apa yang mereka kuasai, hanya bersumber dari tokoh-tokoh Syiah yang sering berkata bahwa perbedaan Sunni dengan Syiah seperti perbedaan antara Madzhab Maliki dengan Madzahab Syafi'i.

Padahal perbedaan antara Madzhab Maliki dengan Madzhab Syafi'i, hanya dalam masalah Furu'iyah saja. Sedang perbedaan antara Ahlussunnah Waljamaah dengan Syiah, maka perbedaan-perbedaannya disamping dalam Furu'iyah juga dalam Ushuul.

Rukun Iman mereka berbeda dengan rukun Iman kita, rukun Islamnya juga berbeda, begitu pula kitab-kitab hadistnya juga berbeda, bahkan sesuai pengakuan sebagian besar ulama-ulama Syiah, bahwa Al-Qur’an mereka juga berbeda dengan Al-Qur’an kita (Ahlussunnah).

Apabila ada dari ulama mereka yang pura-pura (taqiyah) mengatakan bahwa Al-Qur’annya sama, maka dalam menafsirkan ayat-ayatnya sangat berbeda dan berlainan.

Sehingga tepatlah apabila ulama-ulama Ahlussunnah Waljamaah mengatakan : Bahwa Syiah adalah satu agama tersendiri.

Melihat pentingnya persoalan tersebut, maka di bawah ini kami nukilkan sebagian dari perbedaan antara aqidah Ahlussunnah Waljamaah dengan aqidah Syiah.

1. Ahlussunnah : Rukun Islam kita ada 5 (lima)
a) Syahadatain
b) As-Sholah
c) As-Shoum
d) Az-Zakah
e) Al-Haj

Syiah : Rukun Islam Syiah juga ada 5 (lima) tapi berbeda:
a) As-Sholah
b) As-Shoum
c) Az-Zakah
d) Al-Haj
e) Al wilayah

2. Ahlussunnah : Rukun Iman ada 6 (enam) :
a) Iman kepada Allah
b) Iman kepada Malaikat-malaikat Nya
c) Iman kepada Kitab-kitab Nya
d) Iman kepada Rasul Nya
e) Iman kepada Yaumil Akhir / hari kiamat
f) Iman kepada Qadar, baik-buruknya dari Allah.

Syiah : Rukun Iman Syiah ada 5 (lima)*
a) At-Tauhid
b) An Nubuwwah
c) Al Imamah
d) Al Adlu
e) Al Ma'ad

3. Ahlussunnah : Dua kalimat syahadat

Syiah : Tiga kalimat syahadat, disamping Asyhadu an Laailaha illallah, wa asyhadu anna Muhammadan Rasulullah, masih ditambah dengan menyebut dua belas imam-imam mereka.

4. Ahlussunnah : Percaya kepada imam-imam tidak termasuk rukun iman. Adapun jumlah imam-imam Ahlussunnah tidak terbatas. Selalu timbul imam-imam, sampai hari kiamat.
Karenanya membatasi imam-imam hanya dua belas (12) atau jumlah tertentu, tidak dibenarkan.

Syiah : Percaya kepada dua belas imam-imam mereka, termasuk rukun iman. Karenanya orang-orang yang tidak beriman kepada dua belas imam-imam mereka (seperti orang-orang Sunni), maka menurut ajaran Syiah dianggap kafir dan akan masuk neraka.

5. Ahlussunnah : Khulafaurrosyidin yang diakui (sah) adalah :
a) Abu Bakar
b) Umar
c) Utsman
d) Ali Radhiallahu anhum

Syiah : Ketiga Khalifah (Abu Bakar, Umar, Utsman) tidak diakui oleh Syiah. Karena dianggap telah merampas kekhalifahan Ali bin Abi Thalib (padahal Imam Ali sendiri membai’at dan mengakui kekhalifahan mereka).

6. Ahlussunnah : Khalifah (Imam) adalah manusia biasa, yang tidak mempunyai sifat Ma'shum.
Berarti mereka dapat berbuat salah/ dosa/ lupa. Karena sifat Ma'shum, hanya dimiliki oleh para Nabi.

Syiah : Para imam yang jumlahnya dua belas tersebut mempunyai sifat Ma’sum, seperti para Nabi.

7. Ahlussunnah : Dilarang mencaci-maki para sahabat.

Syiah : Mencaci-maki para sahabat tidak apa-apa bahkan Syiah berkeyakinan, bahwa para sahabat setelah Rasulullah SAW wafat, mereka menjadi murtad dan tinggal beberapa orang saja. Alasannya karena para sahabat membai’at Sayyidina Abu Bakar sebagai Khalifah.

8. Ahlussunnah : Siti Aisyah istri Rasulullah sangat dihormati dan dicintai. Beliau adalah Ummul Mu'minin.

Syiah : Siti Aisyah dicaci-maki, difitnah, bahkan dikafirkan.

9. Ahlussunnah : Kitab-kitab hadits yang dipakai sandaran dan rujukan Ahlussunnah adalah Kutubussittah :
a) Bukhari
b) Muslim
c) Abu Daud
d) Turmudzi
e) Ibnu Majah
f) An Nasa'i
(kitab-kitab tersebut beredar dimana-mana dan dibaca oleh kaum Muslimin sedunia).

Syiah : Kitab-kitab Syiah ada empat :
a) Al Kaafi
b) Al Istibshor
c) Man Laa Yah Dhuruhu Al Faqih
d) Att Tahdziib
(Kitab-kitab tersebut tidak beredar, sebab kebohongannya takut diketahui oleh pengikut-pengikut Syiah).

10. Ahlussunnah : Al-Qur’an tetap orisinil.

Syiah : Al-Qur’an yang ada sekarang ini menurut pengakuan ulama Syiah tidak orisinil. Sudah dirubah oleh para sahabat (dikurangi dan ditambah).

11. Ahlussunnah : Surga diperuntukkan bagi orang-orang yang taat kepada Allah dan Rasul Nya. Neraka diperuntukkan bagi orang-orang yang tidak taat kepada Allah dan Rasul Nya.

Syiah : Surga diperuntukkan bagi orang-orang yang cinta kepada Imam Ali, walaupun orang tersebut tidak taat kepada Rasulullah. Neraka diperuntukkan bagi orang-orang yang memusuhi Imam Ali, walaupun orang tersebut taat kepada Rasulullah.

12. Ahlussunnah : Aqidah Raj'ah tidak ada dalam ajaran Ahlussunnah. Raj'ah adalah besok diakhir zaman sebelum kiamat, manusia akan hidup kembali. Dimana saat itu Ahlul Bait akan balas dendam kepada musuh-musuhnya.

Syiah : Raj'ah adalah salah satu aqidah Syiah. Dimana diceritakan : bahwa nanti diakhir zaman, Imam Mahdi akan keluar dari persembunyiannya. Kemudian dia pergi ke Madinah untuk membangunkan Rasulullah, Imam Ali, Siti Fatimah serta Ahlul Bait yang lain.
Setelah mereka semuanya bai’at kepadanya, diapun selanjutnya membangunkan Abu Bakar, Umar, Aisyah. Kemudian ketiga orang tersebut disiksa dan disalib, sampai mati seterusnya diulang-ulang sampai ribuan kali. Sebagai balasan atas perbuatan jahat mereka kepada Ahlul Bait.
Keterangan : Orang Syiah mempunyai Imam Mahdi sendiri. Berlainan dengan Imam Mahdinya Ahlussunnah, yang akan membawa keadilan dan kedamaian.

13. Ahlussunnah : Mut'ah (kawin kontrak), sama dengan perbuatan zina dan hukumnya haram.

Syiah : Mut'ah sangat dianjurkan dan hukumnya halal. Halalnya Mut'ah ini dipakai oleh golongan Syiah untuk mempengaruhi para pemuda agar masuk Syiah. Padahal haramnya Mut'ah juga berlaku di zaman Khalifah Ali bin Abi Thalib.

14. Ahlussunnah : Khamer/ arak tidak suci.

Syiah : Khamer/ arak suci.

15. Ahlussunnah : Air yang telah dipakai istinja' (cebok) dianggap tidak suci.

Syiah : Air yang telah dipakai istinja' (cebok) dianggap suci dan mensucikan.


16. Ahlussunnah : Diwaktu shalat meletakkan tangan kanan diatas tangan kiri hukumnya sunnah.

Syiah : Diwaktu shalat meletakkan tangan kanan diatas tangan kiri membatalkan shalat.
(Jadi shalatnya bangsa Indonesia yang diajarkan Wali Songo oleh orang-orang Syiah dihukum tidak sah/ batal, sebab meletakkan tangan kanan diatas tangan kiri).

17. Ahlussunnah : Mengucapkan Amin diakhir surat Al-Fatihah dalam shalat adalah sunnah.

Syiah : Mengucapkan Amin diakhir surat Al-Fatihah dalam shalat dianggap tidak sah/ batal shalatnya.
(Jadi shalatnya Muslimin di seluruh dunia dianggap tidak sah, karena mengucapkan Amin dalam shalatnya).

18. Ahlussunnah : Shalat jama' diperbolehkan bagi orang yang bepergian dan bagi orang yang mempunyai udzur syar'i.

Syiah : Shalat jama' diperbolehkan walaupun tanpa alasan apapun.

19. Ahlussunnah : Shalat Dhuha disunnahkan.

Syiah : Shalat Dhuha tidak dibenarkan.
(padahal semua Auliya' dan salihin melakukan shalat Dhuha).


Demikian telah saya nukilkan perbedaan-perbedaan antara aqidah Ahlussunnah Waljamaah dan aqidah Syiah Imamiyah Itsna Asyariyah (Ja'fariyah). Sengaja saya nukil sedikit saja, sebab apabila kami nukil seluruhnya, maka akan memenuhi halaman blog ini.

Harapan kami semoga pembaca dapat memahami benar-benar perbedaan-perbedaan tersebut. Selanjutnya pembaca yang mengambil keputusan (sikap).

Masihkah mereka akan dipertahankan sebagai Muslimin dan Mukminin ? (walaupun dengan Muslimin berbeda segalanya).

Sebenarnya yang terpenting dari keterangan-keterangan diatas adalah agar masyarakat memahami benar-benar, bahwa perbedaan yang ada antara Ahlussunnah dengan Syiah itu, disamping dalam Furu' (cabang-cabang agama) juga dalam Ushuul (pokok/ dasar agama).

Apabila tokoh-tokoh Syiah sering mengaburkan perbedaan-perbedaan tersebut, serta memberikan keterangan yang tidak sebenarnya, maka hal tersebut dapat kita maklumi, sebab mereka itu sudah memahami benar-benar, bahwa Muslimin Indonesia tidak akan terpengaruh atau tertarik pada Syiah, terkecuali apabila disesatkan (ditipu).

Oleh karena itu, sebagian besar orang-orang yang masuk Syiah adalah orang-orang yang tersesat, yang tertipu oleh bujuk rayu tokoh-tokoh Syiah.

Akhirnya, setelah saya menyampaikan perbedaan-perbedaan antara Ahlussunnah dengan Syiah, maka dalam kesempatan ini saya menghimbau kepada Alim Ulama serta para tokoh masyarakat, untuk selalu memberikan penerangan kepada umat Islam mengenai kesesatan ajaran Syiah.

Begitu pula untuk selalu menggalang persatuan sesama Ahlussunnah dalam menghadapi rongrongan yang datangnya dari golongan Syiah. Serta lebih waspada dalam memantau gerakan Syiah didaerahnya. Sehingga bahaya yang selalu mengancam persatuan dan kesatuan bangsa kita dapat teratasi.

Selanjutnya saya , kami, umat Islam mengharap dari aparat pemerintahan untuk lebih peka dalam menangani masalah Syiah di Indonesia. Sebab bagaimanapun, kita tidak menghendaki apa yang sudah mereka lakukan, baik di dalam negri maupun di luar negri, terulang di negara kita.

Semoga Allah selalu melindungi kita dari penyesatan orang-orang Syiah dan aqidahnya. Amin

Sumber: http://www.albayyinat.net
Baca Selanjutnya...

17 September 2009

100 Tanya-Jawab Seputar Keturunan Rasulullah SAW

• Anak-anak Rasulullah
1. Berapakah anak laki-laki Rasulullah SAW?
Rasulullah mempunyai 3 orang anak laki-laki, mereka adalah: Qasim, Abdullah dan Ibrahim.
2. Berapakah anak perempuan Rasulullah SAW?
Rasulullah mempunyai 4 orang anak perempuan, mereka adalah: Fathimah, Zainab, Ruqayyah, dan Ummu Kultsum
3. Siapakah dari anak Rasul SAW yang paling besar?
Dalam masalah ini ulama berbeda pendapat, sebagian mengatakan bahwa anak Rasul yang paling besar adalah Qasim sementara sebagian yang lain mengatakan Zainab.
4. Siapakah dari anak Rasul SAW yang Allah wafatkan ketika ia masih kecil?
Semua anak laki-laki Rasul SAW meninggal ketika masih kecil, sedangkan semua anak perempuannya menikah.
5. Apakah ada diantara anak beliau yang wafat ketika beliau masih hidup?
Ya, semua anak Rasul SAW baik yang laki-laki maupun perempuan meninggal ketika beliau masih hidup kecuali Sayyidatuna Fathimah Radhiallahu 'Anha.
6. Siapakah diantara anak Rasul SAW yang mempunyai keturunan?
Tidak ada dari anak Rasul SAW yang mempunyai keturunan kecuali 3 anak perempuannya yaitu, Zainab, Ruqayyah, Fathimah Ridhwaanallahu 'Alaihinna.

• SAYYIDATUNA FATIMAH AZZAHRA BINTI RASULULLAH SAW
7. Kapankah Sayyidatuna Fathimah dilahirkan?
Beliau dilahirkan ketika kaum Quraisy sedang membangun Ka'bah
8. Siapakah anak Rasul SAW yang paling cinta kepada beliau?
Sayyidatuna Fathimah R.A
9. Bagaimanakah posisi Sayyidatuna Fathimah di sisi Rasul SAW?
Rasulullah SAW pernah mengatakan "فاطمة بضعة مني, فمن أغضبها فقد أضغبني" Yang artinya "Fathimah itu bagian dariku, barangsiapa menyakitinya maka ia telah menyakitiku".
10. Siapakah anak perempuan Rasul SAW yang paling kecil?
Sayyidatuna Fathimah R.A
11. Siapakah dari anak perempuan Rasul SAW yang memindahkan isi perut (jeroan) unta, dari kepala Rasul yang mulia yang diletakkan oleh 'Uqbah bin Abi Mu'aith?
Sayyidatuna Fathimah R.A
12. Apakah nama kuniyah Sayyidatuna Fathimah?
Ummu Abiiha.(أمّ أبيها )
13. Siapakah anak perempuan yang membalut luka Rasul ketika dalam Perang Uhud?
Sayyidatuna Fathimah R.A
14. Siapakah dari anak perempuan Rasul yang merupakan penghulu wanita yang beriman (سيدة نساء المؤمنين ) ?
Sayyidatuna Fathimah R.A
15. Adakah yang meminang Sayyidatuna Fathimah sebelum Sayyidina 'Ali?
Ya ada, Sayyiduna Abu BAkar dan 'Umar Radhiallahu 'Anhuma telah meminang Sayyidatuna Fathimah akan tetapi Rasul menolak keduanya.
16. Mengapa Rasul SAW menolak pinangan/lamaran Sayyiduna Abu bakar dan Sayyiduna 'Umar atas anak perempuannya Sayyidatuna Fathimah?
Itu karena usia Sayyidatuna Fathimah masih kecil, Dari Buraidah Radhiallahu 'anhu mengatakan : Sayyiduna Abu Bakar dan Sayyiduna 'Umar telah meminang Sayyidatuna Fathimah lalu Berkata Rasul SAW" sesungguhnya ia masih kecil, lalu Sayyiduna 'Ali meminangnya sampai menikah dengannya ".
17. Berapakah keturunan Sayyidatuna Fathimah?
Beliau mempunyai 3 orang anak laki-laki yaitu; Hasan, Husain dan Muhsin beserta 2 orang anak perempuan yaitu; Ummu Kultsum dan Zainab.
18. Bagaimanakah Sayyiduna 'Ali mensifati pekerjaan istrinya?
قال : (جرت باالرحى حتى أثرت بيدها, واستقت بالقربة حتى أثرت في نحرها, وقمّت البيت حتى اغبرت ثيابها, و أوقدت القدر حتى دكنت ثيا بها و أصابها من ذلك ضر)
Sayyiduna 'Ali berkata ( beliau -Sayyidatuna Fathimah- menggunakan ulekan sampai membekas ditangannya, lalu beliau mengambil air dengan qirbah –wadah yang terbuat dari kulit- sampai mengenai tubuh bagian atas beliau, dan beliau menyapu sampai bajunya penuh dengan debu, dan beliau menyalakan tungku sampai bajunya berubah –mungkin hitam terkena arangnya- dan dengan sebab itu jari tangan beliau terluka.
19. Bagaimanakah Sayyiduna 'Ali membagi tugas rumahtangga antara istri dan ibunya?
قال الامام علي بن أبي طالب رضي الله عنه مخاطبا لأمه : (اكفي فاطمة الخدمة خارجا, وتكفيك هي العمل في البيت, العجن, والخبز, والطحن)
Sayyiduna 'Ali berkata kepada ibunya : (janganlah Fathimah bekerja di luar rumah, cukuplah ia bekerja di dalam rumah seperti mengadoni, membuat roti, dan menumbuk gandum).
20. Berapa lamakah Sayyidatuna Fathimah hidup setelah ayahnya SAW wafat?
Sayyidatuna Fathimah hidup selama 6 bulan saja.
21. Kapankah Sayyidatuna Fathimah wafat?
Beliau wafat pada hari selasa, pada bulan Ramadhan tahun 11 H.
22. Berapakah usia beliau ketika hari wafatnya?
Usia beliau adalah 28 tahun.
23. Siapakah yang menyolati jenazah beliau?
Sayyiduna 'Abbas bin Abdul Muththalib yang telah menyolati beliau.
24. Dimana dan kapankah Sayyidatuna Fathimah di makamkan?
Beliau di makamkan di pemakaman Baqi' pada malam hari.

• SAYYIDATUNA ZAINAB BINTI RASULULLAH SAW
25. Berapakah usia NAbi SAW ketika Sayyidatuna zainab dilahirkan?
Usia beliau saat itu adalah 30 tahun.
26. Siapakah anak perempuan Nabi yang paling besar?
Sayyidatuna Zainab R.A
27. Dengan siapakah Sayyidatuna Zainab binti Rasul SAW menikah?
Beliau menikah dengan anak bibinya(sepupu), yaitu abu al-'ash bin rabi'
28. Apakah Sayyidatuna Zainab mengenal Abu al-'Ash bin Rabi'?
Ya beliau megetahuinya, karena ia adalah anak dari bibinya yang bernama Halah binti Khuwailid, dan ia juga sering mengunjungi rumah Rasul SAW, disamping itu ia juga memperoleh posisi yang tinggi disisi bibinya Khadijah binti Khuwailid R.A.
29. Apakah Sayyidatuna Zainab mempunyai keturunan?
Ya, beliau mempunyai keturunan dari suaminya Abu al-'Ash bin Rabi' seorang anak laki-laki yang bernama 'Ali dan seorang anak perempuan yang bernama Umamah.
30. Apakah Sayyidatuna Zainab termasuk orang yang dikepung dari kelompok Bani Hasyim?
Tidak, karena beliau tinggal di rumah suaminya dan tatkala beliau mendengar kabar tentang pengepungan itu beliau merasakan kepedihan.
31. Apakah pekerjaan Abu al-'Ash bin Rabi' yang merupakan suami dari Sayyidatuna Zainab?
Beliau bekerja sebagai pedagang.
32. Apakah Abu al-'Ash bin Rabi' mengikuti perang Badar?
Ya ia mengikuti perang tersebut sebagai bagian dari pasukan kafir quraisy karena pada saat itu beliau belum beriman.
33. Kapankah Abu al-'Ash bin Rabi' masuk islam?
Beliau masuk islam pada tahun 7 H.
34. Apakah Rasul SAW menolak Abu al-'Ash bin Rabi' untuk anaknya Sayyidatuna Zainab setelah mereka berbeda agama?
Ya, Rasul SAW mengambil Abu al-'Ash bin Rabi' dan menikahkannya dengan puterinya Zainab ketika ia datang sebagai muslim.
35. Kapankah 'Ali bin Abu al-'Ash bin Rabi' wafat?
Ia wafat ketika usianya mendekati baligh, setelah ayahnya memeluk agama islam.
36. Kapankah Sayyidatuna Zainab wafat?
Beliau wafat pada tahun 8 H.
37. Siapakah yang menyolati jenazahnya Sayyidatuna Zainab?
Yang menyolatinya adalah Ayahnya sendiri yaitu Rasulullah SAW.
38. Kapankah Abu al-'Ash bin Rabi' wafat?
Ia wafat pada masa pemerintahan Khalifah Sayyiduna Abu Bakar al-Shiddiq pada tahun 12 H.
39. Siapakah anak perempuan yang digendong oleh Rasul SAW ketika beliau sedang menunaikan ibadah sholat?
Ia adalah cucu beliau sendiri yaitu, Umamah binti Abi al-'Ash bin Rabi'.
40. Dengan siapakah Umamah binti Abi al-'Ash bin Rabi' menikah?
Beliau menikah dengan Sayyiduna 'Ali bin Abi Thalib setelah wafatnya Sayyidatuna Fathimah al-Zahra, lalu setelah Sayyiduna 'Ali wafat maka Mughirah bin Naufal bin Harits bin 'Abdul Muththalib al-Hasyimi yang menikahinya. Akan tetapi dari keduanya tidak membuahkan keturunan.

• SAYYIDATUNA RUQAYYAH BINTI RASUL SAW.
41. Berapakah usia Nabi SAW ketika Sayyidatuna Ruqayyah dilahirkan?
Saat itu usia nabi telah mencapai 33 tahun.
42. Siapakah suami pertama dari Sayyidatuna Ruqayyah R.A?
'Utbah bin Abi lahab
43. Mengapa 'Utbah bin Abi lahab menceraikan istrinya Sayyidatuna Ruqayyah R.A?
Karena ia dipaksa oleh ibu dan ayahnya, hal itu dikarenakan ajakan Rasulullah SAW untuk memeluk agama Islam.
44. Siapakah anak perempuan Rasul SAW yang hijrah ke Habasyah?
Salah satu orang yang pertama kali hijrah ke Habasyah adalah Ruqayyah binti Rasul SAW beserta suaminya Sayyiduna 'Utsman bin 'Affan R.A
45. Siapakah anak perempuan Rasul SAW yang mengikuti hijrah dua kali (Habasyah dan Madinah)?
Ia adalah Sayyidatuna Ruqayyah binti Rasulullah SAW.
46. Apakah Sayyidatuna Ruqayyah memiliki keturunan?
Ya, beliau mempunyai seorang anak laki-laki dari suaminya Sayyiduna 'Utsman yang dilahirkan di Habasyah yang bernama 'Abdullah.
47. Kapankah Sayyiduna 'Abdullah bin 'Utsman bin 'Affan wafat?
Beliau wafat pada bulan Jumadil Ula pada tahun ke-4 hijrah.
48. Siapakah yang turun ke makam Sayyiduna 'Abdullah bin 'Utsman untuk memakamkannya?
Ia adalah ayahnya sendiri, Sayyiduna Utsman bin 'Affan.
49. Berapakah usia 'Abdullah bin 'Utsman ketika ia wafat?
Usianya baru 6 tahun.
50. Siapakah anak perempuan Rasul SAW yang pertama kali wafat?
Sayyidatuna Ruqayyah R.A.
51. Sakit apakah yang menyebabkan Sayyidatuna Ruqayyah wafat?
Beliau terkena penyakit cacar air/campak.
52. Kapankah Sayyidatuna Ruqayyah R.A wafat?
Beliau wafat setelah perang badar, ketika itu Zaid bin Haritsah ingin mengabarkan kemenangan kaum muslimin pada Perang Badar lalu ia menemukan Sayyiduna 'Utsman sedang memakamkan istrinya Sayyidatuna Ruqayyah di pemakaman Baqi'.

• SAYYIDATUNA UMMU KULTSUM BINTI RASULULLAH SAW
53. Siapakah suami pertama dari Sayyidatuna Ummu Kultsum R.A.?
'Utaibah bin Abi lahab
54. Apakah Sayyidatuna Ummu Kultsum mempunyai keturunan?
Beliau tidak mempunyai keturunan sama sekali.
55. Mengapa 'Utaibah bin Abi Lahab menceraikan istrinya Sayyidatuna Ummu Kultsum?
Karena ada desakan dari bapak dan ibunya, hal itu dikarenakan ajakan Rasulullah SAW untuk memeluk agam Islam.
56. Kapankah Sayyiduna 'Utsman menikah dengan Sayyidatuna Ummu Kultsum binti Rasulullah SAW?
Beliau menikahinya pada bulan Rabi' tahun 3 H, dan hal itu setelah saudaranya Ruqayyah binti Rasul wafat.
57. Kapankah Sayyidatuna Ummu Kultsum wafat?
Pada bulan Sya'ban tahun 9 H.
58. Siapakah dari anak perempuan Nabi SAW yang disifatkan oleh Sayyiduna Ans bin Malik dengan perkataannya :(شهدنا بنت رسول صلى الله عليه وآله وسلم, ورسول الله صلى الله وعليه وسلم جالس على القبر فرأيت عينيه تدمعان فقال : "هل منكم رجل لم يقارف الليلة" فقال أبو طاحة : أنا, قال : فانزل في قبرها, فنزل في قبرها فقبرها)
(Kami menyaksikan anak perempuan Rasulullah SAW, dan Rasulullah SAW duduk di atas pemakaman, dan aku melihat kedua mata beliau menangis sambil berkata: Apakah diantara kalian para lelaki ada yang tidak berdosa malam ini? Maka Abu Thalhah berkata : Saya, lalu Nabi berkata : Turunlah kedalam makamnya, maka ia turun lalu menguburkannya (Sayyidatuna Ummu Kultsum binti Rasulullah SAW

• QASIM DAN 'ABDULLAH IBNAA RASULULLAH SAW.
59. Siapakah ibu dari kedua anak Rasulullah SAW, Qasim dan Abdullah?
Ibunya adalah Khadijah binti Khuwailid R.A.
60. Dimanakah kedua anak Rasul SAW itu dilahirkan?
Mereka berdua dilahirkan di Makkah al-Mukarramah.
61. Dimanakah mereka berdua wafat?
Mereka wafat di tanah kelahirannya Makkah al-Mukarramah.

• IBRAHIM BIN RASULULLAH SAW.
62. Siapakah ibu dari Sayyiduna Ibrahim bin Rasul SAW?
Ia adalah Sayyidatuna Mariah al-Qibthiyah.
63. Kapankah Sayyiduna Ibrahim dilahirkan?
Beliau dilahirkan pada bulah Dzulhijjah tahun 8 H.
64. Kapankah sayyiduna Ibrahim bin Rasul SAW wafat?
Beliau wafat pada hari selasa yang merupakan hari kesepuluh dari bulan Rabi' al-awwal tahun 10 H.
65. Pada umur berapakah Sayyiduna Ibrahim bin Rasul SAW wafat?
Pada saat itu usianya masih sekitar 17bulan.
66. Apakah yang dikatakan Rasulullah SAW pada sore hari dari kematian anaknya, Sayyiduna Ibrahim?
قال : إنّ العين تدمع, والقلب يحزن, ولا نقول إلا ما يرضى ربنا, وإنابفراقك يا إبراهيم لمحزونون
Berkata Rasulullah SAW: sesungguhnhya mata menangis, dah hati bersedih, dan kami tidak mengatakan kecuali apa yang Tuhan kami ridhai, dan dengan sebab perpisahan denganmu wahai Ibrahim kami menjadi orang-orang yang bersedih.
67. Kejadian alam apakah yang terjadi bertepatan dengan kematian putera Nabi SAW, Sayyiduna Ibrahim?
Pada saat itu terjadi gerhana matahari, dari Abu Hurairah diriwayatkan :(خسفت الشمس على عهدى رسول الله صلى عليه وآله وسلم, فخرج يجرّ رداءه حتي انتهى إلى المسجد, وثاب الناس إليه, فصلى بهم ركعتين, فانجلت الشمس فقال: إنّ الشمس والقمر آيتان من آيات الله, وإنهما لا يخسفان لموت أحد, وإذا كان ذاك فصلوا وادعوا حتى يكشف ما بكم, وذاك أنّ ابنا للنبي صلى الله عليه وآله وسلم مات يقال له: إبراهيم, فقال الناس في ذاك.)
( Terjadi gerhana matahari pada zaman Nabi SAW, lalu beliau keluar sambil membawa ridanya sampai berhenti disebuah masjid dan orang-orang sudah berkumpul di sana, maka mereka semua shalat 2 raka'at, setelah itu nampaklah matahari seperti biasanya lalu beliau berkata : sesungguhnya matahari dan bulan merupakan dua ayat dari sekian banyak ayat-ayat Allah, dan keduanya tidak akan tenggelam -menjadi gerhana- karena kematian seseorang, maka dari itu shalatlah kalian semua dan berdo'alah sampai Nampak jelas apa yang ada pada kalian. Demikian itu karena anak Nabi SAW wafat, orang-orang mengatakan bahwa itu semua karena wafatnya Ibrahim bin Rasulullah SAW.)
68. Siapakah yang menyolati Sayyiduna Ibrahim?
Yang menyolatinya adalah ayahnya sendiri, Rasulullah SAW.

• SAYYIDUNA HASAN 'ALI BIN ABI THALIB
69. Kapankah Sayyiduna Hasan dilahirkan?
Beliau dilahirkan pada pertengahan bulan Ramadhan pada tahun ke-3 H.
70. Siapakah yang mengadzani di telinganya Sayyiduna Hasan bin 'Ali R.A?
Rasulullah SAW yang telah mengadzani beliau, dan memerintahkan agar beliau dicukur rambutnya, dan bersedekah dengan ukuran perak dan ber'aqiqah dengan dua ekor kambing.
71. Siapakah yang menyusui Sayyiduna Hasan R.A?
Yang menyusuinya adalah Lubabah binti al-Harits R.A dengan menggunakan hak susu anaknya yang bernama Qutsam, dan ia -Lubabah binti al-Harits- adalah istri dari Anas bin Abdul Muththalib. (maka Sayyiduna Hasan dan Qutsam menjadi saudara sesusuan).
72. Apakah nama Kuniyah dari Sayyiduna Hasan bin 'Ali R.A?
Kuniyahnya adalah Abu Muhammad.
73. Bagaimanakah letak persamaan/kemiripan Sayyiduna Hasan dengan kakeknya Rasulullah SAW.?
Orang-orang menyamakan beliau dengan kakeknya SAW, di antara bagian dada sampai kepalanya.
74. Kapankah Sayyiduna Hasan bin 'Ali R.A wafat?
Beliau wafat pada tahun ke-50 H.

• SAYYIDUNA HUSAIN BIN 'ALI BIN ABI THALIB.
75. Kapankah Sayyiduna Husain dilahirkan?
Beliau dilahirkan pada hari kelima dari bulan Sya'ban pada tahun ke-4 H.
76. Apakah Kuniyah dari Sayyiduna Husain?
Kuniyahnya adalah Abu 'Abdillah.
77. Bagaimanakah letak persamaan/kemiripan Sayyiduna Husain dengan kakeknya, Rasulullah SAW?
Orang-orang menyamakan beliau dengan kakeknya Rasulullah SAW antara bagian dada dan telapak kaki.
78. Dimanakah Sayyiduna Husain bin 'Ali R.A dibunuh?
Beliau dibunuh di tanah karbala yang berada di Iraq.
79. Kapankah Sayyiduna Husain bin 'Ali R.A wafat sebagai Syahid?
Beliau wafat sebagai syahid pada tahun 61 H.

• SAYYIDATUNA ZAINAB BINTI 'ALI BIN ABI THALIB
80. Sebagai apakah Sayyidatuna Zainab binti 'Ali bin Abi Thalib dikenal?
Beliau dikenal sebagai wanita terhormat dari kalangan Bani Hayim
81. Dengan siapakah Sayyidatuna Zainab binti 'Ali bin Abi Thalib menikah?
Beliau menikah dengan sepupunya yaitu, 'Abdullah bin Ja'far bin Abi Thalib.
82. Apakah Sayyidatuna Zainab binti 'Ali bin Abi Thalib mempunyai keturunan?
Ya, dari pernikahannya dengan 'Abdullah bin Ja'far mempunyai 4 orang anak laki-laki dan satu orang anak perempuan mereka adalah : 'Ali, 'Aun, 'Abbas, Muhammad dan Ummu Kultsum.
83. Dimanakah letak keberanian Sayyidatuna Zainab yang sudah masyhur itu?
Tatkala Syammar bin Jausyan berusaha untuk membunuh Sayyiduna 'Ali Zainal 'Abidin setelah peperangan di Karbala padahal beliau dalam keadaan sakit, lalu Sayyidatuna Zainab berkata : kamu tidak boleh membunuhnya sebelum kamu membunuhku.
84. Kapankah Sayyidatuna Zainab binti 'Ali bin Abi Thalib wafat?
Beliau wafat pada bulan Rajab di tahun 62 H.

• SAYYIDATUNA UMMU KULTSUM BINTI 'ALI BIN ABI THALIB.
85. Dengan siapakah Sayyidatuna Ummu Kultsum menikah?
Beliau menikah dengan Sayyiduna 'Umar bin Khaththab.
86. Beapakah maskawin yang diberikan oleh Sayyiduna 'Umar kepada Sayyidatuna Ummu Kultsum?
Beliau memberikan 40000 dirham, sebagai penghormatan karena beliau keturunan dari Nabi Muhammad SAW.
87. Apakah Sayyidatuna Ummu Kultsum mempunyai keturunan dari pernikahannya dengan Sayyiduna 'Umar?
Ya, beliau mempunyai dua orang anak yang bernama, Zaid dan Ruqayyah.
88. Dengan siapakah Sayyidatuna Ummu Kultsum menikah setelah suaminya Sayyiduna 'Umar terbunuh?
Beliau menikah dengan sepupunya yaitu, 'Aun bin Ja'far bin Abi Thalib sampai ia wafat, lalu menikah lagi dengan saudara dari 'Aun bin Ja'far, yaitu Muhammad bin Ja'far bin Abi Thalib sampai ia wafat, setelah itu menikah lagi dengan saudara dari dua suaminya yang awal yang bernama 'Abdullah bin Ja'far bin Abi Thalib sampai Sayyidatuna Ummu Kultsum wafat.

• SAYYIDUNA 'ALI ZAINAL 'ABIDIN BIN HUSAIN BIN 'ALI BIN ABI THALIB.
89. Siapakah ibu dari Sayyiduna 'Ali Zainal 'Abidin? Dan kapankah ibunya tersebut wafat?
Ibunya bernama (شهربانو) بنت (يزدجرد) / Syahribanu binti Yazdajrd dan beliau itu raja terakhir dari kerajaan Persia, dan ibunya itu wafat setelah melahirkan Sayyiduna 'Ali Zainal 'Abidin.
90. Dimanakah Sayyiduna 'Ali Zainal 'Abidin dilahirkan?
Beliau dilahirkan di Kufah yang merupakan ibukota dari Khilafah kakeknya yaitu, Sayyiduna 'Ali bin Abi Thalib.
91. Kapankah beliau dilahirkan?
Beliau dilahirkan pada tahun 38 H.
92. Kapan dan dimanakah beliau wafat?
Beliau wafat di kota Madinah pada tahun 94 H.
93. Siapakah Sayyiduna 'Ali Zainal 'Abidin itu?
Beliau adalah 'Ali Zainal 'Abidin bin Husain bin 'Ali bin Abi Thalib, dan Neneknya adalah Sayyidatuna Fathimah al-Zahra al-Bathul binti Rasulullah SAW.


• SAKINAH BINTI HUSAIN BIN 'ALI BIN ABI THALIB.
94. Apakah nama asli dari Sakinah binti Husain?
Nama asli beliau adalah Aminah, ibunya yang bernama Rubab binti Amri al-Qais yang telah memberi beliau laqob dengan nama Sakinah, maka akhirnya nama laqob itu mengalahkan nama aslinya.
95. Siapakah yang menikahai Sayyidatuna Sakinah binti Husain bin 'Ali bin Abi Thalib?
Sepupunya yang bernama 'Abdullah bin Hasan bin 'Ali bin Abi Thalib yang telah menikahi Sayyidatuna Sakinah, tetapi beliau terbunuh di karbala sebelum bergaul dengan istrinya, setelah itu beliau menikah lagi dengan Mush'ab bin Zubair, lalu beliau menikah lebih dari satu orang.
96. Siapakah yang lebih tua antara Sakinah binti Husain dengan saudara laki-lakinya Zainal 'Abidin?
Sayyiduna Zainal 'Abidin lebih tua 10 tahun dari saudara perempuannya Sayyidatuna Sakinah.
97. Kepada siapakah Sayyiduna Mush'ab bin Zubair meminang Sayyidatuna Sakinah binti Husain?
Beliau meminangnya kepada saudara laki-lakinya yaitu Sayyiduna 'Ali Zainal 'Abidin.
98. Apakah yang diberikan Sayyiduna Mush'ab bin Zubair kepada Sayyidatuna Sakinah binti Husain sebagi maskawin?
Beliau memberikannya 1.000.000 dirham sebagai maskawin.
99. Kapankah Sayyidatuna Sakinah binti Husain wafat?
Beliau wafat pada tahun 100 H.
100. Dimanakah Sayyidatuna Sakinah binti Husain dimakamkan?
Beliau dimakamkan di Madinah al-Munawwarah.


Sumber:
Kitab أولاد الرسول Karya Al-Habib Dr. 'Alwi bin Hamid bin Syihabuddin

Baca Selanjutnya...

14 September 2009

Kemerdekaan Kita Milik Siapa ???

Ini sebenarnya kisahku 4 tahun silam, aku tiba-tiba teringat kejadian ini pada hari kemerdekaan bulan lalu, kejadian ini terjadi pada 17 Agustus 2005. Di hari itu di saat rakyat Indonesia merayakan hari yang mereka sebut dengan hari kemerdekaan dan seperti biasa mereka sambut dengan menyelenggarakan upacara bahkan dengan pesta-pesta perlombaan, yang sebagian mereka menyebutnya sebagai tradisi. Tapi aku lebih menyebutnya pesta pora, tanpa ada renungan terhadap jasa para pahlawan. Apa Artinya sebuah perayaan kemerdekaan apabila hanya untuk lomba-lomba yang tidak akan membawa manfaat seperti mengajak rakyat untuk menghargai jasa para pahlawan atau setidaknya tahu jasa pahlawan atas kemerdekaan Indonesia, Siapa sajakah mereka, apa jasa-jasanya. Aku yakin para peserta lomba kenerdekaan di negeri ini akan “kelabakan” menjawab pertanyaan yang seharusnya sangat mudah bagi kita yang katanya bertanah air satu, tanah air Indonesia. Sayapun berkesimpulan lomba-lomba tersebut hanyalah akan membakar uang belaka tanpa ada manfaat bagi rakyat. Alangkah baiknya apabila uang yang digunakan untuk mengadakan "pesta pora" kemerdekaan itu kita kumpulkan untuk rakyat kita yang belum beruntung dan menyelenggarakan acara-acara yang jauh bermanfaat seperti renungan kemerdekaan. Ini jauh lebih bermanfaat.


Oke, sekarang kembali ke kisah tadi, kejadian ini bermula saat aku akan pulang seusai upacara bendera di Alun-alun Kotaku, kebetulan Kelasku dulu (ketika itu masih sekolah di MAN 2 Banjarnegara kelas 3) ditunjuk untuk mengikuti upacara di Alun-alun, ketika itu aku melihat sosok wanita tua yang lebih pantas untuk kupanggil nenek dan kulihat sang wanita tua itu berjalan perlahan dan nampak terlihat letih dari wajahnya berjalan perlahan memikul barang dagangan yang amat berat kurasa jika di pikul oleh sang wanita tua tersebut. Wanita tua itu berjalan di antara mereka yang sedang merayakan pesta hari yang di bernama kemerdekaan. Aku rasa hari itu lebih pantas di rayakan oleh sang wanita tua tersebut. Karena aku sangat yakin sang wanita tua itu pasti telah merasakan penderitaan yang tidak pernah kita rasakan di mana saat negara ini belumlah merdeka dan hatiku bertanya mengapa wanita tua yang telah merasakan pedihnya hidup di masa itu namun tidak dapat merayakan hari kemerdekaannya.


Lama mataku tertuju kepadanya. Entahlah mungkin sang wanita tua itu tidak bisa merayakan ini semua karena ada hal yg lebih penting baginya. Aku rasa sesuap nasi yang dia cari untuk hari ini dan esok hari jauh lebih penting ketimbang hari kemerdekaan yang di rayakan oleh sebagian bangsa ini lalu hati ku bertanya apakah pantas bagi bangsa ini merayakan semua ini?

Aku yakin hampir semua yang merayakan semua ini tidak pernah merasakan pedih nya penderitaan di masa penjajahan itu namun mengapa bangsa ini dengan bangga merayakan kemerdekaan di atas penderitaan sang wanita tua atau bahkan aku yakin presiden kita sekarang sekalipun tidak merasakan pedihnya hidup di masa itu. Namun sang wanita yang kuyakini telah merasakan pedihnya hidup di masa itu tidaklah dapat marasakan hari kemerdekaannya.


Hatiku berkata bukankah lebih pantas ini semua di rayakan oleh sang wanita tua ketimbang aku, mereka atau bahkan Presiden kita sekalipun yang merayakannya.

Mungkin penggalan kisahku tadi bukan satu-satunya kisah yang menyiratkan sebuah pertanyaan “Kemerdekaan Indonesia milik siapa???”. Masih ada anak kecil turun ke jalanan membaur di sela-sela barisan mobil mewah menunggu lampu merah mati. Berpakaian lusuh dengan tatapan kosong. Anak-anak penerus generasi sedang mengamen demi sesuap nasi, meminta-minta ke sana kemari. Hidup bagai beralaskan hangat bumi, teriknya mentari bernafaskan udara panas akibat pencemaran asap BMW konglomerat negeri ini.

Pedagang pinggiran dengan susah di sertai kesabaran yang tinggi. mencari nafkah buat anak dan istri lalu tiba-tiba harus mati-matian mempertahankan lapaknya dari amukan aparat Satpol PP. Rumah-rumah kumuh tempat istirahat di buldozzer paksa oleh pihak berwenang dengan surat yang kadang-kadang gak jelas asal-usulnya.

Sungguh malang nasib rakyat kecil, ketika pejabat berebut kursi dengan manis seribu janji saat kampanye, rakyatpun dijadikan amunisi. Setelah dapat kursi, selalu saja menjadi kulit kacang yang lupa akan kulitnya dan rakyat kecilpun gigit jari.


Kemerdekaan di negeri ini. Tak ubahnya suatu kemerdekaan yang hanya bayangan semu. Atau merdeka hanya untuk kalangan menengah ke atas. Dan rakyat pun harus kembali gigit jari.

Sadarkah kita? Tuhan perintahkan laut tuk menegur kita dengan tsunaminya. Sadarkah kita? Tuhan perintahkan bumi tuk menegur kita dengan gempanya. Sadarkah kita. Allah perintahkan angin untuk menegur kita dengan taupannya? Ternyata kesadaran itu cuma kiasan semu. Hingga sampai detik ini. Telinga ini pun lelah mendengar suara-suara dalam bentuk kecurangan, ketidakadilan, penindasan dll.

Kejadian rakyat ketahuan mencuri seekor ayam. Akibatnya pun di sepak di terjang. Sampai babak belur. Setelah itu bui pun dengan senang hati mengandungnya berbulan-bulan. Lalu mengapa pejabat yang korupsi uang rakyat berjumlah miliaran? Tidak terjadi apa-apa? Sungguh terasa mulut ini bersalah jika berucap merdeka. 

Ya Allah di manakah mata bangsa ini yang membiarkan pejuang yang meneteskan darah demi bangsa ini namun harus hidup susah dan menderita bahkan harus mecari sesuap nasi di hari kemerdekaan yang seharusnya dia rayakan, kehidupan layak yang di rasakan bangsa Indonesia sekarang ini berkat tetesan darah dari pejuang kita.

Ya Allah bukakanlah mata bangsa ini untuk dapat menghargai para pahlawan yang mengorbankan semua untuk bangsa ini namun dengan mata yang buta bangsa ini membiarkan mereka menderita di hari kemerdekaannya.

Baca Selanjutnya...

10 September 2009

Siapa Wahabi Itu ???

Ustadz Abu Ubaidah hafizhahullah menuliskan, “Wahhabi bukanlah sebuah gelar yang dicetuskan oleh pengikut Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah, namun dari musuh-musuh dakwah, baik karena politik saat itu seperti Turki atau para pecinta kesyirikan dari kalangan kaum Sufi dan Rafidhah dengan tujuan melarikan manusia dari dakwah yang beliau emban dan menggambarkan bahwa beliau membawa ajaran baru atau mazhab yang kelima yang menyelisihi empat mazhab.” (Meluruskan Sejarah Wahabi, hal. 76).

Beliau juga mengungkapkan, “Ditinjau secara kaidah bahasa Arab, gelar Wahhabi nisbat kepada Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah adalah keliru. Nisbat yang benar -kalau mau jujur- adalah “Muhammadiyah”, karena nisbat kepada namanya yaitu Muhammad, bukan ayahnya yang tidak ada sangkut pautnya yaitu Abdul Wahhab.” (Meluruskan Sejarah Wahabi, hal. 76). Beliau melanjutkan, “Aneh bin ajaibnya, gelar ini diingkari oleh orang-orang Nejed, hal yang menunjukkan kepada kita bahwa gelar ini hanyalah impor dari luar negeri Nejed yang disebarkan oleh musuh-musuh dakwah, terutama Turki waktu itu. Betapapun begitu, ternyata Allah menghendaki nama Wahhabi sebagai nisbat kepada al-Wahhab (Maha Pemberi), yang merupakan salah satu nama Allah.” (Meluruskan Sejarah Wahabi, hal. 77). Syaikh Muhammad Rasyid Ridha rahimahullah mengatakan, “Sesungguhnya faktor penyebab tuduhan miring kepada Wahhabi adalah politik semata, untuk melarikan kaum muslimin dari mereka…” (al-Mukhtar min Majalah Manar, hal. 16. Dinukil dari Meluruskan Sejarah Wahabi, hal. 81).

Lihatlah pernyataan tulus salah seorang penguasa Saudi Arabia Raja Abdul ‘Aziz bin Abdur Rahman alu Su’ud rahimahullah tatkala menyampaikan ceramah di Mina pada musim haji tahun 1365 H yaitu pada tanggal sepuluh Dzulhijjah, “…sesungguhnya saya ini adalah seorang salafi (pengikut salaf/para sahabat). Dan akidah saya adalah salafiyah yang saya berusaha untuk terus berjalan di atas aturannya yang tegak di atas Al Kitab dan As Sunnah.” Beliau pun mengatakan, “Mereka menjuluki kami dengan Wahabiyah. Padahal pada hakikatnya kami ini adalah Salafi yang terus berusaha menjaga agama kami serta mengikuti Kitabullah dan Sunnah Rasul-Nya…” (lihat Tabshir Al Khalaf bi syar’iyatil Intisab ila As Salaf karya Syaikh Dr. Milfi bin Na’im bin ‘Imran Ash Sha’idi).

Syaikh Doktor Nashir bin Abdul Karim Al ‘Aql mengatakan, “Salaf adalah generasi awal umat ini, yaitu para sahabat, tabi’in dan para imam pembawa petunjuk pada tiga kurun yang mendapatkan keutamaan (sahabat, tabi’in dan tabi’ut tabi’in, red). Dan setiap orang yang meneladani dan berjalan di atas manhaj mereka di sepanjang masa disebut sebagai salafi sebagai bentuk penisbatan terhadap mereka.” (Mujmal Ushul Ahlis Sunnah wal Jama’ah fil ‘Aqidah, hal. 5-6) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sebaik-baik orang adalah di jamanku (sahabat), kemudian orang sesudah mereka (tabi’in) dan kemudian orang sesudah mereka (tabi’ut tabi’in).” (HR. Bukhari dan Muslim)

Kata salaf itu sendiri sudah disebutkan oleh Nabi dalam haditsnya kepada Fathimah, “Sesungguhnya sebaik-baik salafmu adalah aku.” (HR. Muslim). Artinya sebaik-baik pendahulu. Kata salaf juga sering digunakan oleh ahli hadits di dalam kitab haditsnya. Bukhari rahimahullah mengatakan, “Rasyid bin Sa’ad berkata ‘Para salaf menyukai kuda jantan. Karena ia lebih lincah dan lebih berani.” Al Hafizh Ibnu Hajar menafsirkan kata salaf tersebut, “Maksudnya adalah para sahabat dan orang sesudah mereka.” dan contoh lainnya masih banyak. Maka ungkapan pengasuh website al-ikhwan.net yang mengatakan, “istilah Salaf ataupun Salafi, maka itu tidak aku temukan dalam Al-Kitab maupun As-Sunnah, maka tidak perlu dihiraukan sedikitpun.” (Dirasah fi Al Aqidah Al Islamiyah) adalah sebuah ketidakpahaman atau berpura-pura bodoh. Dan keduanya sama-sama pahit. Oleh sebab itu kiranya Ustadz perlu menyimak keterangan berharga dari Ketua Dewan Syari’ah Pusat Partai Keadilan Sejahtera yang menerangkan kepada kita bahwa, “Salafi adalah suatu manhaj yang berupaya kembali pada rujukan asli, yaitu: al-Qur’an dan Sunnah sebagaimana yang telah difahami dan diamalkan oleh generasi salaf yang shalih.” (lihat Ittijah Fiqih Dewan Syari’ah Partai Keadilan Sejahtera yang ditanda tangani DR. Surahman Hidayat, MA –semoga Allah memberikan hidayahnya kepada kita dan beliau- tertanggal 28 Juli 2005).

Maka orang-orang yang memberikan tuduhan miring kepada Wahabi, Salafi atau dakwah Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab perlu untuk mengintrospeksi dan berkaca diri. Bukankah mereka yang mengajak kita untuk mengokohkan ukhuwah dan ishlah? Lalu mengapa sedemikian teganya mereka mencemari nama baik beliau serta dakwah yang beliau serukan, terlebih lagi tuduhan itu tidak sesuai dengan kenyataan yang ada? Hati siapakah yang menerima hal ini? Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab sendiri mengatakan, “Kami ini -dengan senantiasa memuji Allah- adalah orang yang ittiba’ (mengikuti tuntunan Nabi), bukan mubtadi’ (orang yang membuat perkara bid’ah) dan kami mengikuti Al Kitab dan As Sunnah serta para pendahulu yang salih dari umat ini di atas madzhab Ahlus Sunnah wal Jama’ah yang telah diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya.” (‘Aqidah Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab As Salafiyah karya Syaikh Shalih Al ‘Abud hal. 220. Dinukil dari Tabshir Al Khalaf bi syar’iyatil Intisab ila As Salaf).

Dengarkanlah penuturan seorang ulama besar di masa kini al-’Allamah Syaikh Abdul ‘Aziz bin Baz rahimahullah, “Wahabiyah bukanlah mazhab kelima sebagaimana yang disangka oleh orang-orang tidak mengerti dan orang-orang yang sengaja berpaling dari kebenaran. Akan tetapi ia hanyalah dakwah kepada akidah salafiyah serta memperbaharui ajaran-ajaran Islam dan Tauhid yang telah mulai luntur.” (Fatawa beliau 3/1306. Lihat Tabshir Al Khalaf bi syar’iyatil Intisab ila As Salaf). Inilah Ahlus Sunnah wal Jama’ah atau Salafiyah, tidak ada bedanya. Syaikh Dr. Ibrahim bin ‘Amir Ar Ruhaili hafizhahullah mengatakan, “Bukan termasuk kategori perbuatan bid’ah barang sedikitpun apabila Ahlus Sunnah menamai dirinya Salafi. Sebab pada hakikatnya istilah Salaf sama persis artinya dengan isitlah Ahlus Sunnah wal Jama’ah…” (Mauqif Ahlis Sunnah, 1/63. Dinukil dari Tabshir Al Khalaf bi syar’iyatil Intisab ila As Salaf). Maka seorang salafi adalah setiap orang yang mengikuti Al Kitab dan As Sunnah dengan pemahaman salafush salih serta menjauhi pemikiran yang menyimpang dan bid’ah-bid’ah dan tetap bersatu dengan jama’ah kaum muslimin bersama pemimpin mereka. Itulah hakikat salafi, meskipun orangnya tidak menamakan dirinya dengan istilah ini (lihat kalimat penutup risalah Tabshir Al Khalaf bi syar’iyatil Intisab ila As Salaf).

Tidak Menghormati Perbedaan Furu’iyyah?


Setelah kita mengenal siapakah Wahabi yang tidak lain adalah Ahlus Sunnah itu sendiri, maka kiranya pernyataan atau anggapan di atas yang mengesankan bahwa mereka tidak menghormati perbedaan furu’iyyah adalah mengada-ada dan ‘informasi yang tidak bertanggung jawab’.

Tidak usah jauh-jauh. Tidakkah mereka melihat bagaimana Syaikh Al Albani rahimahullah dan mayoritas para ulama Saudi berbeda pendapat dalam hal hukum mengenakan cadar, sebagaimana perbedaan pendapat ulama mazhab yang terdahulu? Tidakkah mereka melihat bagaimana perbedaan pendapat Syaikh Al Albani dengan banyak ulama Saudi tentang meletakkan tangan di atas dada ketika I’tidal? Tidakkah mereka melihat perbedaan pendapat antara para ulama yang mewajibkan mandi sebelum shalat Jumat dengan yang tidak mewajibkannya, atau perbedaan mereka tentang wajib tidaknya mengqashar shalat bagi orang yang sedang bersafar, atau perbedaan mereka tentang ‘mustauthin’ sebagai salah satu syarat sah untuk mengadakan shalat Jumat, atau perbedaan mereka tentang hukum mencukur sisa jenggot yang lebih dari satu genggaman tangan, dan sekian banyak perbedaan furu’iyyah lainnya?

Apakah gara-gara perbedaan ini mereka berpecah belah, bergolong-golongan, mendirikan berbagai macam kelompok, atau mengobarkan fanatisme mazhab? Bukankah selama ini dakwah salafiyah hanya mengajak untuk kembali kepada al-Qur’an dan as-Sunnah as-Shahihah dengan pemahaman salaful ummah. Bukankah selama ini dakwah salafiyah menyeru umat Islam untuk melepaskan diri dari belenggu hizbiyah dan taklid buta. Bukankah selama ini dakwah salafiyah yang menyemarakkan dunia penerbitan di tanah air dengan buku-buku ilmiah yang bermutu dan dapat dipertanggung jawabkan. Bukankah selama ini para da’i dan aktifis telah banyak menimba ilmu dari para pengasuh madrasah salafiyah yang sangat mengenal seluk beluk perbedaan madzhab fiqhiyah semacam Ibnu Taimiyah, Ibnu Katsir dan Ibnul Qayyim rahimahumullah. Ataukah mereka tidak sempat membaca buku-buku fikih yang dikarang oleh para ulama seperti Syarh Al Mumti’ karya pakar fikih masa kini Syaikh Ibnu ‘Utsaimin atau Tamamul Minnah dan Shifat Shalat Nabi karya ahli hadits abad ini Syaikh Al Albani rahimahumallah. Aduhai, di manakah fikih waqi’ yang selama ini mereka dengung-dengungkan? Apakah ketika para ulama mengajak umat untuk memilih pendapat yang lebih kuat berlandaskan dalil dan argumentasi yang kuat adalah sebuah tindakan yang tidak menghormati perbedaan furu’iyyah? Sungguh hal itu adalah cara berpikir yang sangat sempit. Wallahul musta’an.

Apabila saudara-saudara kami masih merasa ragu tentang hal ini, padahal perkaranya sudah sangat jelas, silakan membaca dengan hati dan pikiran yang jernih tentang bagaimanakah kebijakan sikap para ulama Salafi -atau yang mereka juluki dengan nama Wahabi ini- di dalam Kitabul ‘Ilmi hal. 265-286 karya Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin rahimahullah dalam pembahasan berjudul Al Khilaf baina Al ‘Ulama. Berikut ini kami nukilkan sedikit penjelasan beliau agar jelas bagi kita bagaimanakah sikap kita yang semestinya dalam mengatasi perselisihan yang ada di antara para ulama. Syaikh menjelaskan, “Maka kewajiban bagi setiap orang yang memahami dalil untuk setia mengikuti dalil tersebut meskipun dia harus menyelisihi sebagian imam selama hal itu tidak bertentangan dengan ijma’ (konsensus umat Islam). Barang siapa yang meyakini bahwa ada orang selain Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang wajib diambil pendapatnya demi mengerjakan atau meninggalkan sesuatu dalam semua keadaan dan waktu, sesungguhnya dia telah bersyahadat kepada selain Rasul dan menyematkan pada orang tersebut keistimewaan risalah. Sebab tidaklah memungkinkan bagi orang selain Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang pendapatnya dihukumi seperti ini. Kecuali hanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sajalah yang disifati demikian. Tidak ada satu orang pun kecuali pendapatnya bisa diambil atau ditinggalkan selain Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.” (Kitabul ‘Ilmi, hal. 282).

Syaikh juga menasihatkan kepada segenap penuntut ilmu untuk berlapang dada dalam menyikapi perbedaan pendapat yang muncul dari hasil ijtihad yang dibenarkan. Beliau rahimahullah memaparkan, “Hendaknya dia berlapang dada ketika menghadapi masalah-masalah khilaf yang bersumber dari hasil ijtihad. Sebab perselisihan yang ada di antara para ulama itu bisa jadi terjadi dalam perkara yang tidak boleh untuk berijtihad, maka kalau seperti ini maka perkaranya jelas. Yang demikian itu tidak ada seorangpun yang menyelisihinya dimaafkan. Bisa juga perselisihan terjadi dalam permasalahan yang boleh berijtihad di dalamnya, maka yang seperti ini orang yang menyelisihi kebenaran dimaafkan. Dan perkataan anda tidak bisa menjadi argumen untuk menjatuhkan orang yang berbeda pendapat dengan anda dalam masalah itu, seandainya kita berpendapat demikian niscaya kitapun akan katakan bahwa perkataannya adalah argumen yang bisa menjatuhkan anda.”

Beliau melanjutkan, “Yang saya maksudkan di sini adalah perselisihan yang terjadi pada perkara-perkara yang diperbolehkan bagi akal untuk berijtihad di dalamnya dan manusia boleh berselisih tentangnya. Adapun orang yang menyelisihi jalan (manhaj) Salaf seperti dalam permasalahan akidah, maka dalam hal ini tidak ada seorangpun yang diperbolehkan untuk menyelisihi Salafush shalih. Akan tetapi pada permasalahan lain yang termasuk medan pikiran, tidaklah pantas menjadikan khilaf semacam ini sebagai alasan untuk mencela orang lain atau menjadikannya sebagai pemicu permusuhan dan kebencian.” (Kitabul ‘Ilmi, hal. 28-29).

Beliau rahimahullah juga mengatakan, “Maka menjadi kewajiban para penuntut ilmu untuk tetap memelihara persaudaraan meskipun mereka berselisih dalam sebagian permasalahan furu’iyyah. Hendaknya yang satu mengajak saudaranya untuk berdiskusi dengan cara yang santun dan didasari keinginan untuk mencari wajah Allah serta untuk memperoleh ilmu. Dengan cara inilah akan tercapai hubungan baik, dan sikap keras dan kasar yang ada pada sebagian orang akan bisa lenyap. Sebab terkadang perselisihan justru menyulut terjadinya pertengkaran dan permusuhan di antara mereka. Keadaan seperti ini tentu menggembirakan musuh-musuh Islam. Padahal persengketaan yang terjadi di antara umat ini merupakan sebab datangnya bahaya yang sangat besar. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan taatilah Allah dan Rasul-Nya, dan janganlah kalian berselisih yang akan menceraiberaikan dan membuat kekuatan kalian melemah. Dan bersabarlah sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar.” (QS. Al Anfaal : 46).” (lihat Kitabul ‘Ilmi, hal. 31).

Mentabdi’ dan Mengkafirkan Para Ulama? 

Kaum Wahabi suka mengkafirkan? Ini bukan tuduhan yang baru. Bahkan sejak masa hidup Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah tuduhan dan fitnah semacam ini pun sudah muncul. Salah seorang cucu beliau Syaikh Abdul Lathif rahimahullah mengatakan, “Setiap orang berakal yang mengetahui perjalanan hidup Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah, niscaya akan mengetahui bahwa beliau adalah orang yang sangat mengagungkan ilmu dan ulama, dan termasuk manusia yang paling keras melarang mengkafirkan mereka, mencela, atau menyakiti mereka; bahkan beliau sangat menghormati dan membela mereka. Beliau tidak mengkafirkan kecuali orang yang dikafirkan oleh Allah dan Rasul-Nya serta disepakati umat tentang kekufurannya seperti orang yang menjadikan tandingan dan tuhan selain Allah.” (Majmu’ah Rasa’il, 3/449. Dinukil dari Meluruskan Sejarah Wahabi, hal. 149).

Jangankan mengkafirkan ulama, bahkan merendahkan dan mendiskreditkan para ulama merupakan pantangan yang harus dijauhi oleh seorang Salafi. Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin -semoga Allah merahmatinya dan menempatkannya di dalam Jannah-Nya- menasihatkan kepada setiap penuntut ilmu, “Sudah menjadi kewajiban bagi para penuntut ilmu untuk menghormati para ulama dan memosisikan mereka sesuai kedudukannya, dan melapangkan dada-dada mereka dalam menghadapi perselisihan yang ada di antara para ulama dan selain mereka. Dan hendaknya hal itu dihadapinya dengan penuh toleransi bagi orang yang telah berusaha menempuh jalan (kebenaran) namun di dalam keyakinan mereka dia telah berbuat kekeliruan. Ini adalah poin yang sangat penting. Sebab ada sebagian orang yang sengaja mencari-cari kesalahan orang lain dalam rangka melontarkan tuduhan yang tak pantas kepada mereka, dan demi menebarkan keraguan di hati orang lain dengan celaan yang mereka dengar. Ini termasuk kesalahan yang terbesar. Apabila menggunjing orang awam saja termasuk dosa besar, maka menggunjing orang yang berilmu jauh lebih besar dan lebih berat dosanya. Karena dengan menggunjing orang yang berilmu akan menimbulkan bahaya yang tidak hanya mengenai diri orang alim itu sendiri, akan tetapi mengenai dirinya dan juga ilmu syar’i yang dibawanya…” (Kitabul ‘Ilmi, hal. 41).

Cukuplah Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah sendiri yang menceritakan kepada anda tentang sikap beliau dalam hal ini. Ketika menanggapi berbagai tuduhan pengkafiran yang diarahkan kepadanya, Syaikh mengatakan dengan tenang, “Barang siapa yang menyaksikan keadaan kami dan menghadiri majelis ilmu kami serta bergaul dengan kami, niscaya dia akan mengetahui secara pasti bahwa semua itu adalah tuduhan palsu yang dicetuskan oleh musuh-musuh agama dan saudara-saudara setan untuk melarikan manusia dari tunduk dan memurnikan tauhid hanya kepada Allah saja dengan ibadah dan meninggalkan seluruh jenis kesyirikan.” (al-Hadiyyah as-Saniyyah hal. 40. Dinukil dari Meluruskan Sejarah Wahhabi hal. 150 karya Ustadz Abu ‘Ubaidah Yusuf As Sidawi jazaahullahu khairal jazaa’).
Wahabisme
Selama ini, Wahabi selalunya mengklaim diri (bahkan ingin memonopoli) istilah Ahlusunnah untuk dirinya, padahal itu adalah 'klaim kosong' belaka. Selama ini, di luar Saudi, mereka adalah minoritas, termasuk di Indonesia. Untuk agar diakui oleh kaum muslimin lain sebagai Ahlusunnah, maka mereka mengangkat isu 'pertikaian dengan Syiah'....sehingga muncul isu Syiah vs Sunni, sehingga kaum Wahabi di dalam pertikaian itu dimasukkan ke jajaran Ahlusunah. Apakah ia Ahlusunnah? Jelas gak...semua mazhab Ahlusunah (Hanafi, Maliki, Syafi'i dan Hambali) membolehkan tawassul, tabarruk, ziarah kubur...dst. Tetapi Wahabi gimana? Lantas, dilihat dari berdirinya, siapa yang mendirikan Wahabisme dan siapa yang menyokongnya? Semua jawabannya adalah orang Munafik (Muhammad bin Abdul Wahhab + Aali Saud) dan Inggris pro Zionis Israel.

Makanya dalam kasus tadi (Sunni-Syiah), pengikut Wahabism paling getol dalam memanas-manasi pertikaian antara kedua kelompok itu. Kenapa dan ada apa? Jika kaum Sunni tidak lagi bertikai dengan kaum Syiah, maka kaum Sunni akan mengarahkan moncong meriamnya ke arah kaum Wahabi...dan ini tentu tidak mereka harapkan. Makanya mereka terus berusaha agar, Sunni-Syiah harus terus bertikai, agar dia bisa aman menyebarkan ajarannya di tengah-tengah masyarakat Ahlusunah sejati, dan diakui sebagai Ahlusunah ketika berperang melawan Syiah. Metode 'adu domba' inilah yang diajarkan Inggris kepada Muhammad bin Abdul Wahab (pendiri Wahabisme) dan Aali Saud pendiri Saudi Arabia (penyokong gerakan Wahabisme).

Lha sekarang tergantung kita, masihkah kita mengakui bahwa Wahabisme tergolong Ahlusunauh? Jika tidak, maka sedari sekarang kita harus umumkan ke publik (dimanapun dan kapanpun) bahwa Wahabisme bukan Ahlusunnah, tetapi ia adalah sekte esmpalan Islam yang bisa tumbuh berkembang karena dukungan dana negara kaya minyak (Saudi) dan negara-negara adi daya (USA + Eropa, terkhusus Inggris). Kalau tidak, maka sedari dulu dia sudah hancur seperti sekte-skte sempalan Islam lain yang pernah muncul di Indonesia...

Yang jelas kaum Wahabi gak suka disebut Wahabi, mereka minta disebut Salafy/i

Sebagian Wahabi, untuk girangin hati mereka, mereka pura-pura bangga disebut Wahabi karena berasal dari "Nama Allah"...tetapi ketika kita sebut-sebutmereka terus dengan sebutani Wahabi, eh malah marah...gak konsisten sama sekali!

Terkadang mereka juga ngomong; "Julukan Wahabi itu gak betul dan gak sesuai dengan sastra Arab, karena pendirinya adalah Muhammad (bin Abdul Wahab), maka harusnya disebut Muhammadiyah, bkan Wahabiyah". Tapi kita jawab: "Kalau memang begitu, maka sebutan Hanafiyah, Malikiyah, Syafi'iyah, Hambaliyah, Asyariyah...dst adalah salah donk, karena seperti Syafi'iyyah harusnya Muhammadiyah juga, karena pendirinya bernama Muhammad bin Idris Al-Syafi'i (nisbah ke kakek). Ato Ahmadiyah buat Hambaliyah, karena pendirinya Ahmad bin Hambal?" Nah lho disini mereka gak bisa ngomong apa-apa...alias teler!

Kata habib Hasan As-Segaf (Yordania)..."Mereka gak mau disebut Wahabi karena sebutan itu terkesan negatif, makanya mereka benci dengan sebutan itu. Sewaktu Wahabi hendak diekspor ke luar negeri Saudi, maka diganti dengan sebutan Salafy, untuk menghilangkan kesan negatif untuk wahabisme. Jadi Salafy dan Wahaby itu ibarat dua wajah dalam satu keping uang." Makanya kalau anda temui sebutan Salafy (pakai Y) ato salafi (pakai i) itu semua adalah Wahabi tulen...

Dan untuk mengetahui apakah situs/blog/portal itu bermuatan Wahabi ya gampang aja, walaupun bermerek islam/muslimah/sunah/hijab/jilbab/quran/dst yang bernuansa Islam namun bisa dilihat akidah mereka yang selalu mudah mensyirikkan dan membid'ahkan, itu yang pertama. Yang kedua, lihat link-linknya; kalau ada nama ulama-ulama mereka yang pasti adalah Bin Baz, Utsaimin, Aali Syeikh, Rabi', Ubaidan..dan beberapa ulama Wahabi lain. Ciri-ciri ini harus diberitahukan kepada saudara-saudara kita kaum muslimin, karena dana mereka cukup kuat maka mereka membuat situs puluhan dan semua pekerjanya juga persenanya besar.

Pustaka: 
"Dewa Cinta"
http://burdah25.multiply.com
Baca Selanjutnya...

9 September 2009

"Go Green" With Sonokimia

Sekilas sonochemistry
Sonic atau suara dengan frekuensi sangat tinggi disebut ultrasonic. Suara ultrasonik yang menjalar di dalam medium cair memiliki kemampuan terus menerus membangkitkan semacam gelembung atau rongga (cavity) di dalam medium tersebut yang kemudian secepat kilat meletus. Gelembung-gelembung yang meletus tadi bisa menghasilkan energi kinetik luar biasa besar yang berubah menjadi energi panas. Penciptaan dan luruhnya gelembung yang cepat memberikan efek transfer energi panas yang juga cepat. Gelembung-gelembung tadi bisa mencapai suhu 5000 Kelvin, bertekanan 1000 atm, dan memiliki kecepatan pemanasan-pendinginan 1010 K/s. Selama terjadinya gelembung-gelembung, kondisi fisika-kimia suatu reaksi bisa berubah drastis namun suhu medium yang teramati tetaplah dingin karena proses terbentuk dan pecahnya gelembung tadi terjadi dalam skala mikroskopik.
Karena beberapa proses kimia dengan bantuan ultrasonik dalam medium cair bisa berlangsung lebih optimum pada suhu relatif rendah (yang juga berarti membutuhkan asupan energi lebih kecil), maka metode sonokimia dipertimbangkan memenuhi syarat kimia hijau.
Sonokimia skala laboratorium dan contoh penelitian
Kita tahu bahwa laboratorium kampus atau mungkin sekolah memiliki bak pembersih ultrasonik (ultrasound cleaning bath), lalu apa yang bisa kita lakukan?

Bak pembersih ultrasonik portable
Bak pembersih ultrasonik portable
Umumnya alat pembersih ultrasonik portable memiliki frekuensi 40 hingga 60 kHz (ada yang mencapai 400 kHz) dan bisa diatur suhunya hingga paling tidak 70 oC. Dengan alat seperti ini, aneka penelitian skala laboratorium bisa dilakukan, misalnya untuk mengekstrak bahan aktif dari bahan alam. Alat tersebut juga dapat dimanfaatkan dalam memodifikasi struktur mikro material, dalam sintesa organik, pengolahan limbah dan sebagainya.
Dalam jurnal internasional Ultrasonics Sonochemistry (sebuah jurnal ilmiah yang memiliki kekhususan bidang sonokimia terbitan Elsevier), dimuat banyak contoh proses ekstraksi menggunakan bantuan bak pembersih ultrasonik.  Senyawa penting dari bahan alam yang mungkin sensitif terhadap perlakuan panas bisa diekstrak dengan metode sonokimia, misalnya senyawa saponin ginseng, yang disebutkan dalam jurnal tersebut bisa diisolasi tiga kali lebih cepat dibanding metode soxhlet.  Soxhlet adalah alat ekstraksi konvensional yang menerapkan prinsip sirkulasi pelarut yang menguap dan mengembun melewati bahan matriks sekaligus membawa senyawa target. Tentu saja proses ekstrasi soxhlet membutuhkan masukan energi lebih besar ketimbang proses sonokimia karena harus menguapkan pelarut agar terjadi proses sirkulasi. Soxhlet dingin atau ekstraksi counter currentmungkin bakal memberikan yield yang sama tapi tentu saja membutuhkan waktu lebih panjang untuk mendapatkan yield yang setara dengan proses ekstraksi sonokimia. Ekstraksi capsaicinoids dari cabai juga bisa dilakukan menggunakan metode dan alat yang sama demikian juga aneka senyawa aktif dari bahan alam lain.
Dalam teknologi material misalnya, sintesa kristal logam ukuran nano atau mikro bisa dilakukan lebih efisien dengan menggunakan bantuan sonokmia. Disebutkan dalam sebuah artikel bahwa Sb2O3 nanobelts (NBs) dan needle-like Sb8O11Cl2(H2O)6 microcrystallines (MCs) dapat dibuat secara sonokimia pada suhu kamar dalam bak pembersih ultrasonik. Preparasi karbon nanosheet dari karbon black juga pernah dikerjakan menggunakan alat yang serupa. Dalam dunia polimer, sintesis polianilin nanofibers menggunakan metode sonokimia adalah salah satu contohnya.
Perbedaan morfologi mikrokristal (A) needle-like Sb8O11Cl2(H2O)6 dengan proses sonokimia frekuensi rendah dan (B) kristal tak-beraturan Sb8O11Cl2(H2O)6 MCs dengan proses pengadukan biasa
Perbedaan morfologi mikrokristal (A) needle-like Sb8O11Cl2(H2O)6 dengan proses sonokimia frekuensi rendah dan (B) kristal tak-beraturan Sb8O11Cl2(H2O)6 MCs dengan proses pengadukan biasa
Reaksi kimia organik dengan bantuan sonokimia tak ketinggalan juga diteliti. Sintesis satu tahap senyawa amida tersubstitusi, sintesis arilhidrazon pada suhu kamar, sintesis 2,3-epoksil-1,3-diaril-1-propanondikombinasi dengan katalis antar muka adalah sedikit dari banyak contoh reaksi organik yang memanfaatkan sonokimia.
Banyak poses pengolahan limbah cair (misalnya zat warna atau material organik) bisa ditingkatkan efisiensinya dengan bantuan sonokimia. Contoh penelitiannya adalah degradasi C.I. Direct Black 168 menggunakan abu layang/H2O2 yang digabung dengan sonokimia, atau dekontaminasi air dari polutan mikroorganisme atau peningkatan efisiensi proses penghilangan senyawa fosfor biologis.
Peluang skala laboratorium dan aplikasi industri
Untuk ukuran penelitian di laboratorium, investasi bak pembersih ultrasonik tidaklah teramat mahal dan tidak mengkonsumsi energi listrik terlalu besar. ukurannya yang portable dan banyaknya aneka ragam proses kimia yang bisa dieksplorasi sudah semestinya menjadikan cabang kimia ini sebagai salah satu topik penelitian yang HOT.
Sebuah diagram alir proses kimia menggunakan prinsip sonokimia (gambar diambil dari http://www.hielscher.com/ultrasonics/index.htm)
Sebuah diagram alir proses kimia menggunakan prinsip sonokimia 
Dalam skala massal, tentu saja yang dibutuhkan oleh industri adalah alat yang memiliki kapasitas besar dan mudah dalam proses instalasinya. Hal ini sudah dipertimbangkan oleh dunia penelitian dan industri di luar negeri dengan mengembangkan alat pembangkit ultrasonik berkekuatan besar yang mudah dipindah-pasangkan berbentuk menyerupai corong atau tanduk (horn). Frekuensi yang dihasilkan bisa berkisar belasan hingga mencapai 1000 kHz dengan daya mencapai ribuan watt. Demikian pula, untuk meningkatkan produktifitas, alat tersebut bisa dipasang dalam satu rangkaian terintegrasi dengan reaktor. Nah, sekarang tinggal bagaimana kalangan industri mau berinvestasi dan mengejawantahkan proses sonokimia dalam proses produksi mereka.
Rangkaian seri ultrasonik-horn untuk proses skala industri (gambar diambil dari http://www.hielscher.com/ultrasonics/index.htm)
Rangkaian seri ultrasonik-horn untuk proses skala industri
Pustaka
[1] http://en.wikipedia.org/wiki/Sonochemistry
[2] http://www.scs.uiuc.edu/suslick/britannica.html
[3] Ultrasonics Sonochemistry, 8 (2001) 347-352.
Baca Selanjutnya...

3 September 2009

Sebelum Kau Mengeluh...

1. Hari ini sebelum kamu mengatakan kata-kata yang kurang baik, pikirkan tentang seseorang yang tidak dapat berbicara sama sekali.

2. Sebelum kamu mengeluh tentang rasa dari makananmu, pikirkan tentang seseorang yang tidak punya apapun untuk dimakan.

3. Sebelum kamu mengeluh tidak mempunyai apa-apa, pikirkan tentang seseorang yang meminta-minta dijalanan.

4. Sebelum kamu mengeluh bahwa kamu buruk, pikirkan tentang seseorang yang berada pada tingkat yang terburuk di dalam hidupnya.

5. Sebelum kamu mengeluh tentang suami atau istrimu, pikirkan tentang seseorang yang memohon kepada Allah untuk diberikan teman hidup.


6. Hari ini sebelum kamu mengeluh tentang hidupmu, pikirkan tentang seseorang yang meninggal terlalu cepat.

7. Sebelum kamu mengeluh tentang anak-anakmu, pikirkan tentang seseorang yang sangat ingin mempunyai anak tetapi dirinya mandul.

8. Sebelum kamu mengeluh tentang rumahmu yang kotor karena pembantumu tidak mengerjakan tugasnya, pikirkan tentang orang-orang yang tinggal dijalanan.

9. Sebelum kamu mengeluh tentang jauhnya kamu telah menyetir, pikirkan tentang seseorang yang menempuh jarak yang sama dengan berjalan.

10. Dan disaat kamu lelah dan mengeluh tentang pekerjaanmu, pikirkan tentang pengangguran, orang-orang cacat yang berharap mereka mempunyai pekerjaan seperti anda.

11. Dan sebelum kamu menunjukkan jari dan menyalahkan orang lain, ingatlah bahwa tidak ada seorangpun yang tidak berdosa.
Baca Selanjutnya...