29 Juli 2009

Sya'ban, Bulan Yang Mulia

Bulan sya’ban adalah pintu menuju bulan Ramadlan. Barang siapa yang berupaya membiasakan diri bersungguh-sungguh dalam beribadah di bulan ini, insya Allah ia akan menuai kesuksesan di bulan Ramadlan.

Peristiwa di bulan Sya’ban
1. Pindah Qiblat
Pada bulan Sya’ban, Qiblat berpindah dari Baitul Maqdis, Palestina ke Ka’bah, Mekah al Mukarromah. Demikianlah peristiwa ini terjadi setelah turun ayat,
“Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan di mana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya.” (QS. Al Baqarah; 144)
2. Turun Ayat Sholawat Nabi
Diturunkannya ayat tentang anjuran membaca sholawat kepada baginda Nabi saw, yaitu ayat:
“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” (QS. Al Ahzab;56)

Keutamaan Sya’ban
1. Diangkatnya Amal Manusia

Dari Usamah bin Zaid radhiyallahu ‘anhuma, dia berkata: “Saya berkata: “Ya Rasulullah, saya tidak pernah melihatmu berpuasa dalam suatu bulan dari bulan-bulan yang ada seperti puasamu di bulan Sya’ban.” Maka beliau bersabda: “Itulah bulan yang manusia lalai darinya antara Rajab dan Ramadhan. Dan merupakan bulan yang di dalamnya diangkat amalan-amalan kepada rabbul ‘alamin. Dan saya menyukai amal saya diangkat, sedangkan saya dalam keadaan berpuasa.” (HR. Nasa’i).
2. Disebut Sebagai Bulan Al Quran
Bulan Sya’ban dinamakan juga bulan Al Quran, sebagaimana disebutkan dalam beberapa atsar. Memang membaca Al Quran selalu dianjurkan di setiap saat dan di mana pun tempatnya, namun ada saat-saat tertentu pembacaan Al Quran itu lebih dianjurkan seperti di bulan Ramadhan dan Sya’ban, atau di tempat-tempat khusus seperti Mekah, Roudloh dan lain sebagainya.
Syeh Ibn Rajab al Hambali meriwayatkan dari Anas, “Kaum muslimin ketika memasuki bulan Sya’ban, mereka menekuni pembacaan ayat-ayat Al Quran dan mengeluarkan zakat untuk membantu orang-orang yang lemah dan miskin agar mereka bisa menjalankan ibadah puasa Ramadhan.

Amal di Bulan Sya’ban
Rasulullah ditanya oleh seorang sahabat, “Adakah puasa yang paling utama setelah Ramadlan?” Rasulullah Shollallahu alai wasallam menjawab, “Puasa bulan Sya’ban karena berkat keagungan bulan Ramadhan.”

Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata:
“Adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa sampai kami katakan beliau tidak pernah berbuka. Dan beliau berbuka sampai kami katakan beliau tidak pernah berpuasa. Saya tidak pernah melihat Rasulullah menyempurnakan puasa satu bulan penuh kecuali Ramadhan. Dan saya tidak pernah melihat beliau berpuasa lebih banyak dari bulan Sya’ban.” (HR. Bukhari, Muslim dan Abu Dawud).

Sesungguhnya Rasulullah Shollallu'alaihi wasallam mengkhususkan bulan Sya’ban dengan puasa itu adalah untuk mengagungkan bulan Ramadhan. Menjalankan puasa bulan Sya’ban itu tak ubahnya seperti menjalankan sholat sunat rawatib sebelum sholat maktubah. Jadi dengan demikian, puasa Sya’ban adalah sebagai media berlatih sebelum menjalankan puasa Ramadhan.

Adapun berpuasa hanya pada separuh kedua bulan Sya’ban itu tidak diperkenankan, kecuali:
1. Menyambungkan puasa separuh kedua bulan Sya’ban dengan separuh pertama.
2. Sudah menjadi kebiasaan.
3. Puasa qodlo.
4. Menjalankan nadzar.
5. Tidak melemahkan semangat puasa bulan Ramadhan.
.
Malam Nishfu Sya’ban

Pada bulan Sya’ban terdapat malam yang mulia dan penuh berkah yaitu malam Nishfu Sya’ban. Di malam ini Allah Subhanahu wata’ala mengampuni orang-orang yang meminta ampunan, mengasihi orang-orang yang minta belas kasihan, mengabulkan doa orang-orang yang berdoa, menghilangkan kesusahan orang-orang yang susah, memerdekakan orang-orang dari api neraka, dan mencatat bagian rizki dan amal manusia.

Sesungguhnya Allah ‘Azza Wajalla turun ke langit dunia pada malam nisfu sya’ban dan mengampuni lebih banyak dari jumlah bulu pada kambing Bani Kalb (salah satu kabilah yang punya banyak kambing). (HR At-Tabarani dan Ahmad). Namun Al-Imam At-Tirmizy menyatakan bahwa riwayat ini didhaifkan oleh Al-Bukhari.

Dari Aisyah radhiyallahu anha berkata bahwa Rasulullah SAW bangun pada malam dan melakukan shalat serta memperlama sujud, sehingga aku menyangka beliau telah diambil. Ketika beliau mengangkat kepalanya dari sujud dan selesai dari shalatnya, beliau berkata, “Wahai Asiyah, (atau Wahai Humaira’), apakah kamu menyangka bahwa Rasulullah tidak memberikan hakmu kepadamu?” Aku menjawab, “Tidak ya Rasulallah, namun Aku menyangka bahwa Anda telah dipanggil Allah karena sujud Anda lama sekali.” Rasulullah SAW bersabda, “Tahukah kamu malam apa ini?” Aku menjawab, “Allah dan rasul-Nya lebih mengetahui.” Beliau bersabda, “Ini adalah malam nisfu sya’ban (pertengahan bulan sya’ban). Dan Allah muncul kepada hamba-hamba-Nya di malam nisfu sya’ban dan mengampuni orang yang minta ampun, mengasihi orang yang minta dikasihi, namun menunda orang yang hasud sebagaimana perilaku mereka.” (HR Al-Baihaqi). Al-Baihaqi meriwayatkan hadits ini lewat jalur Al-’Alaa’ bin Al-Harits dan menyatakan bahwa hadits ini mursal jayyid. Hal itu karena Al-’Alaa’ tidak mendengar langsung dari Aisyah ra.
“Nabi Muhammad Shollallhu alaihi wasallam bersabda, “Allah melihat kepada semua makhluknya pada malam Nishfu Sya’ban dan Dia mengampuni mereka semua kecuali orang yang musyrik dan orang yang bermusuhan.” (HR. Thabarani dan Ibnu Hibban).

Al Hafidh Ibn Rojab al Hambali dalam kitab al Lathoif mengatakan, “Kebanyakan ulama Hadits menilai bahwa Hadits-Hadits yang berbicara tentang malam Nishfu Sya’ban masuk kategori Hadits dlo’if (lemah), namun Ibn Hibban menilai sebagaian Hadits itu shohih, dan beliau memasukkannya dalam kitab shohihnya.”

Ibnu Hajar al Haitami dalam kitab Addurrul Mandlud mengatakan, “Para ulama Hadits, ulama Fiqh dan ulama-ulama lainnya, sebagaimana juga dikatakan oleh Imam Nawawi, bersepakat terhadap diperbolehkannya menggunakan Hadits dlo’if untuk keutamaan amal (fadlo’ilul amal), bukan untuk menentukan hukum, selama Hadits-Hadits itu tidak terlalu dlo’if (sangat lemah).”

Jadi, meski Hadits-Hadits yang menerangkan keutamaan malam Nishfu Sya’ban disebut dlo’if (lemah), tapi tetap boleh kita jadikan dasar untuk menghidupkan amalan di malam Nishfu Sya’ban.

Syeh Ibnu Taimiyah berkata, “Beberapa Hadits dan atsar telah diriwayatkan tentang keutamaan malam Nisyfu Sya’ban, bahwa sekelompok ulama salaf telah melakukan sholat pada malam tersebut. Jadi jika ada seseorang yang melakukan sholat pada malam itu dengan sendirian, maka mereka berarti mengikuti apa yang dilakukan oleh ulama-ulama salaf dulu, dan tentunya hal ini ada hujjah dan dasarnya. Adapun yang melakukan sholat pada malam tersebut secara jamaah itu berdasar pada kaidah ammah yaitu berkumpul untuk melakukan ketaatan dan ibadah.

Walhasil, sesungguhnya menghidupkan malam Nishfu Sya’ban dengan serangkaian ibadah itu hukumnya sunnah (mustahab) dengan berpedoman pada Hadits-Hadits di atas. Adapun ragam ibadah pada malam itu dapat berupa sholat yang tidak ditentukan jumlah rakaatnya secara terperinci, membaca Al Quran, dzikir, berdo’a, membaca tasbih, membaca sholawat Nabi (secara sendirian atau berjamaah), membaca atau mendengarkan Hadits, dan lain-lain.

Sayyidina Ali ra, Rasulullah saw bersabda:
“Jika tiba malam Nisyfi Sya’ban, maka bersholatlah di malam harinya dan berpuasalah di siang harinya karena sesungguhnya Allah Subhanahu wata’ala menurunkan rahmatnya pada malam itu ke langit dunia, yaitu mulai dari terbenamnya matahari. Lalu Dia berfirman, ‘Adakah orang yang meminta ampun, maka akan Aku ampuni? Adakah orang meminta rizki, maka akan Aku beri rizki? Adakah orang yang tertimpa musibah, maka akan Aku selamatkan? Adakah begini atau begitu? Sampai terbitlah fajar.’” (HR. Ibnu Majah)
Malam Nishfu Sya’ban dan di seluruh bulan adalah saat yang utama dan penuh berkah, maka selayaknya seorang muslim memperbanyak aneka ragam amal kebaikan. Doa adalah pembuka kelapangan dan kunci keberhasilan, maka sungguh tepat bila malam itu umat Islam menyibukkan dirinya dengan berdoa kepada Allah Subhanahu wata’ala. Nabi Muhammad Shollallahu alaihi wasallam mengatakan,
“Doa adalah senjatanya seorang mukmin, tiyangnya agama dan cahayanya langit dan bumi.” (HR. Hakim).

“Seorang muslim yang berdoa -selama tidak berupa sesuatu yang berdosa dan memutus famili-, niscaya Allah Subhanahu wata’ala menganugrahkan salah satu dari ketiga hal, pertama, Allah akan mengabulkan doanya di dunia. Kedua, Allah baru akan mengabulkan doanya di akhirat kelak. Ketiga, Allah akan menghindarkannya dari kejelekan lain yang serupa dengan isi doanya.” (HR. Ahmad dan Barraz).

Tidak ada tuntunan langsung dari Rasulullah Shollallahu alaihi wasallam tentang doa yang khusus dibaca pada malam Nishfu Sya’ban. Begitu pula tidak ada petunjuk tentang jumlah bilangan sholat pada malam itu. Siapa yang membaca Al Quran, berdzikir, berdoa, sholat malam, bersedekah dan beribadah sunnah yang lain sesuai dengan kemampuannya, maka dia termasuk orang yang telah menghidupkan malam Nishfu Sya’ban dan ia akan mendapatkan pahala sebagai balasannya.

Dalam hal ini yang patut mendapat perhatian kita adalah beredarnya tuntunan-tuntunan Nabi tentang sholat di malam Nishfu sya’ban yang sejatinya semua itu tidak berasal dari beliau. Tidak berdasar dan bohong belaka. Salah satunya adalah sebuah riwayat dari Sayyidina Ali, “Bahwa saya melihat Rasulullah pada malam Nishfu Sya’ban melakukan sholat empat belas rekaat, setelahnya membaca Surat Al Fatihah (14 x), Surah Al Ikhlas (14 x), Surah Al Falaq (14 x), Surah Annas (14 x), ayat Kursi (1 x), dan satu ayat terkhir Surat At Taubah (1 x). Setelahnya saya bertanya kepada Baginda Nabi tentang apa yang dikerjakannya, Beliau menjawab, “Barang siapa yang melakukan apa yang telah kamu saksikan tadi, maka dia akan mendapatkan pahala 20 kali haji mabrur, puasa 20 tahun, dan jika pada saat itu dia berpuasa, maka ia seperti berpuasa dua tahun, satu tahun yang lalu dan setahun yang akan datang.” Dan masih banyak lagi Hadits-Hadits palsu lainnya yang beredar di tengah-tengah kaum muslimin.

(Sumber dari “Madza fi Sya’ban”, karya Sayyid Muhammad bin Alawi Al Maliki, Muhadditsul Haromain).

Baca Selanjutnya...

26 Juli 2009

Siapakah Ahlul Bait Itu ?

Istilah AHLUL BAIT berasal dari firman Allah swt sebagaimana termaktub di dalam Al-Quran- Karim Surah Al-Ahzab:33 yang berbunyi:


وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ وَلَا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الْأُولَى وَأَقِمْنَ الصَّلَاةَ وَآتِينَ الزَّكَاةَ وَأَطِعْنَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ إِنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيُذْهِبَ عَنكُمُ الرِّجْسَ أَهْلَ الْبَيْتِ وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيراً

dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ta'atilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya. ( QS Al-Ahzab 3:33)

Dalam artikata biasa "ahlul-bait" bermakna "keluarga" atau "anggota rumahtangga. Akan tetapi dalam kaitanya dengan makna ayat tersebut, para ahli tafsir berbeza pendapat. Muhammad Jawad Maghniyyah dalam kitabnya yang berjudul "Al-Husain Wal-Quran" halaman 18-19 menerangkan, bahawa menurut riwayat 'Ikrimah dan Az-Zayyad ayat tersebut ditujukan khusus kepada para isteri Rasulullah saw kerana penafsiran ayat tersebut dikaitkan dengan ayat sebelumnya, iaitu yang berkenaan dengan para isteri beliau saw. Akan tetapi sebagian besar para ahli tafsir berpegang pada riwayat Abu Sa'id Al-Khudhariy yang mengatakan bahawa Rasulullah saw pernah menegaskan: " Ayat itu turun untuk lima orang iaitu aku sendiri,'Ali, Fatimah, Al-Hassan dan Al-Husein. Bedasarkan penegasan beliau itu maka yang dimaksudkan dengan istilah "Ahlul Bait" bukan lain adalah lima anggota keluarga Rasulullah saw.

At-Tirmudziy mengetengahkan sebuah Hadis yang dibenarkan oleh Jarir, Ibnul-Mundzir, Al-Hakim, Ibnu Mardawih dan Al Baihaqiy, iaitu sebuah Hadis yang berasal dari isteri Rasulullah saw, Ummu Salamah. Ummu Salamah ra mengatakan: " Di rumahku turun ayat "innamaa yuridullahu...' (yakni ayat 33 Surah Al-Ahzab tersebut di atas) dan ketika itu di rumahku terdapat Fatimah, Al-Hasan dan Al-Husein. Rasulullah saw kemudian menutupi mereka dengan kain yang dipakainya sambil berkata: Mereka inilah ahli-baitku. Allah telah menghapuskan noda dan kotoran dari mereka dan telah mensucikan mereka". Hadis ini terkenal denagn nama "Haditsul-Kisa".

Kedudukan khussus para anggota Ahlul bait itu diperkukuh oleh kesaksian Ibnu 'Abbas ra yang mengatakan: " Aku menyaksikan sendiri selama sembilan bulan Rasulullah saw secara terus menerus menghampiri tempat kediaman 'Ali b Abi Talib setiap beliau hendak bersembahyang di masjid. Beliau selalu mengatakan: Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabaarakaatu. Sungguhlah Allah hendak menhapuskan noda dari para ahlul bait dan benar-benar hendak mensucikan kalian. Marilah bersembahyang, semoga Allah melimpahkan rahmatnya kepada kelian". Tidak diragukan lagi ucapan Rasulullah saw itu ditujukann kepada 'Ali bin Abi Talib, Sitti Fatimah Az-Zahra dan kepada dua orang cucu belaiu saw iaitu Al-Hassan dan Al-Hussain - radhiyallahu 'anhum.
Kesaksian Inbu Abbas ra itu diperkuat oleh Ibnu Jarir dan Ibnu Mardawih berdasarkan kesaksian Abul-Hamra yang yang mengatakan sebagai berikut: "Selama delapan bulan di madinah aku menyaksikan, tiap kali Rasulullah saw keluar hendak menuaikan shalat di masjid, beliau selalu menghampiri 'Ali bin Abi Talib dirumahnya. sambil berpegang pada pintunya beliau saw berucap: Marilah bersembhayang, sungguhlah bahawa Allah hendak menghapuskan kotoran dari kalian, hai ahlul-bait dan dia benar-benar hendak mensucikan kalian"

Sebuah hadis yang berasal dari Abu Hurairah ra diriwayatkan oleh Al-Hakim, Abu Ya'la, Abu Nu'aim dan Ad-Dailamiy bawasanya Rasulullah saw pernah bersabda:-
"Yang terbaik di anatar kalian ialah yang terbaik perlakuannya terhadap ahlulbaitku setelah aku kembali ke hariban Allah."

Demikian juga At-Thabraniy dalam kitabnya yang berjudul "Al-Kabir"; kedua-duanya meriwayatkan sebuah hadits berasal dari Abu Sa'id Al-Khudhariy ra yang mengatakan, bahawa Rasulullah saw bersabda sebagai berikut:-
"Sesungguhnya bahawa bagi Allah ada tiga hurumat - yakni tiga perkara yang tidak boleh dilanggar - barangsiapa menjaga baik-baik tiga perkara tersebut, niscaya Allah akan menjaga urusan agamanya (akhiratnya) dan urusan dunianya.

Barangsiapa yang tidak menjaga baik-baik tiga perkara tersebut maka tidak ada suatu apa pun baginya yang mendapat perlindungan Allah. Tiga hurumat itu ialah: Hurumat Islam (yakni kewajiban terhadap ahlulbait atau keluarga beliau saw."

Imam Muslim di dalam "Shahih" nya Bab "Fadha'il Ahlul Bait", megatakan bahawa ayat 33 Surah Al-Ahzab ditujukan kepada Muhammad Rasulullah saw, 'Ali b Abi Talib, Siti Fatimah dan dua puteranya iaitu Al-Hassan dan Al-Husin - radhiyallahu ' anhum. Demikian pula yang dikatakan oleh Imam Ahmad b hambal. Penegasan seperti itu dapat kita temukan juga dalam berbagai kitab, antara lain: " Mustadrakus-Shahihain",Ad-Dur Al-Mantsur" tulisan As-Sayuthiy",Kanzul - Ummal", "Sunah At- Tirmudziy", Tafsir At-Thabraniy", "Khasha'ish an-Nasaiy", "Tarikh Baghdad", "Al-Isti'ab", Ar-Riyadh an-Nadh-rah, "Musanad Abi Dawud", "Asad Al-Ghabah" dan lain-lain.

Penulis Tafsir "Al-Manar", Syeikh Muhammad 'Abduh, dalam menafsir ayat 84 Surah Al-An'am, antara lain mengatakan, bahawanya Rasulullah saw pernah bersabda:
"Semua anak Adam bernasab kepada orangtua lelaki (ayah mereka), keculai anak-anak fatimah. Akulah ayah mereka dan akulah yang menurunkan mereka".

Dari hadis tersebut jelaslah, bahawa putera-puteri Sitti Fatimah ra semuanya adalah anggota-anggota ahlulbait rasulullah saw. Hal itu lebih ditegaskan lagi oleh sebuah Hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhariy dalam kitab "Al-Ahkam", hadis yang menerangkan bahawa Rasulullah saw sambil menunjuk kepada dua orang cucunya, Al-hasan dan Al-Husin - radhiyallahu 'anhuma, menyatakan:
"Dua orang puteraku ini adalah Imam-Imam, baik di saat mereka sedang duduk atau pun sedang berdiri".

Dengan keterangan-keterangan teresbut di atas semuanya, kiranya jelaslah sudah, bahwa yang dimaksud dengan istilah "ahlul-bait" dalam ayat 33 Surah Al-Ahzab ialah: Imam 'Ali b Abi Talib ra, isteri beliau Siti fatimah ra puteri nbungsu Rasulullah saw, Al-hasan dan Al-Husin radhiyallahu 'anhuma. Penafsir dan definasi (tarif) tersebut sepenuhnya didasarkan pada ucapan-ucapan Rasululallah saw sendiri, sebagaimana yang di riwayatkan oleh hadi-hadis Shahih. Dengan perkataan lain yang lebih tegas ialah: Rasulullah saw sendirilah yang menafsirkan ayat 33 Surah Al-Ahzab. Sedangkan beliau saw adalah seoarng Nabi dan Rasul yang oleh Allah swt dinyatakan dalam Al-Quran ul-Karim:
(Sahabat kalian (yakni Muhammad Rasulullah saw) tidak sesat dan tidak keliru. Ia tidak mengucapkan sesuatu menurut hawa nafsunya. Apa yang diucakpkannya adalah wahyu yang di wahyukan Allah kepadanya" - QS. An-Najm: 2-4)

Baca Selanjutnya...

Ahlul Bait

Frasa ahlul bait (ahl al-bayt) dibentuk dari kata ahl[un] dan al-bayt. Kata ahl[un] adalah mashdar dari kata ahila yang artinya senang, suka atau mengawini. Jika dinisbatkan dengan tempat artinya menghuni. Adapun kata al-bayt artinya adalah rumah. Secara bahasa kata ahl al-bayt berarti adalah sukkânuhu (para penghuninya).

Dalam penggunaannya, kata ahl al-bayt itu secara majazi digunakan untuk menyebut ahl bayt ar-rajul (penghuni rumah seseorang), yaitu keluarga seseorang itu. Selanjutnya, frasa ahlul bait secara tradisi lebih digunakan untuk menyebut Ahlul Bait Rasulullah saw. (ahl bayt ar-Rasûl) dan digunakan ungkapan Ahlul Bait saja. Maka dari itu, secara tradisi jika dikatakan Ahlul Bait saja maknanya adalah Ahlul Bait Rasulullah saw.1

Di dalam berbagai kamus dikatakan, ahl ar-rajul maknanya adalah istrinya; orang-orang yang terdekat dengannya (akhash an-nâs bihi);2 atau keluarganya dan mereka yang memiliki hubungan kekerabatan dengan orang itu.

Kata âlu sebenarnya berasal dari ahl[un], kemudian huruf ha’ diganti hamzah menjadi a’lun, dan karena dua hamzah berurutan maka yang kedua diubah menjadi alîf sehingga menjadi âlun. Jadi kata âlu artinya ahl[un], dan âlu al-bayt sama dengan ahl al-bayt.3

Dengan demikian, ahl al-bayt atau âlu al-bayt secara bahasa berarti istri dan putra-putri Nabi saw. serta keturunan mereka (azwajuhu, wa awlâduhu wa awlâduhum). Secara bahasa makna ahl al-bayt dan âlu al-bayt juga mencakup kerabat Beliau.

Hanya saja, terdapat nas-nas syariah yang telah membatasi siapa saja yang termasuk Ahlul Bait itu. Dengan demikian, frasa ahlul bait memiliki makna istilah sebagaimana yang ditunjukkan oleh nas-nas syariah yang ada.
Al-Quran menyatakan frasa ahlul bait sebanyak dua kali. Pertama, dalam firman Allah Swt. QS Hud [11]: 73. Ayat tersebut menceritakan tentang kisah Nabi Ibrahim as. Dengan demikian, frasa ahlul bait dalam ayat tersebut maknanya adalah ahlul bait Nabi Ibrahim as.

Kedua, Allah Swt. berfirman:

­إِنَّمَا يُرِيدُ اللهُ لِيُذْهِبَ عَنْكُمُ الرِّجْسَ أَهْلَ الْبَيْتِ وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيرًا

Sesungguhnya Allah bermaksud menghilang-kan ar-rijsa dari kalian, wahai Ahlul Bait, dan membersihkan kalian sebersih-bersihnya. (QS al-Ahzab [33]: 33).

Para mufassir berbeda pendapat dalam menafsirkan atau menentukan siapa saja yang termasuk Ahlul Bait, termasuk yang dimaksud dalam ayat ini.4

Ayat tersebut merupakan satu kesatuan dari tiga ayat, yaitu ayat sebelum dan sesudahnya. Konteks ketiganya merupakan seruan yang khusus ditujukan kepada istri-istri Nabi saw. Karena itu, Ibn Abbas, Muqatil, Said bin Jubair, Ikrimah dan lainnya mengatakan bahwa ayat tersebut khusus untuk para istri Nabi saw, dan Ahlul Bait yang dimaksud adalah istri-istri Nabi saw. Dengan demikian, jelas ayat tersebut menyatakan istri-istri Nabi saw. termasuk Ahlul Bait. Ibn Katsir menyatakan di dalam tafsirnya, “Ayat ini menyatakan, masuknya istri-istri Nabi saw. dalam barisan Ahlul Bait dalam ayat ini karena mereka adalah sebab-turunnya ayat ini. Sebab turunnya ayat jelas masuk dalam cakupan ayat, (tentang ketentuan ini) hanya ada satu kata (tidak ada perbedaan).”

Selain istri-istri Nabi saw., dalam hadis al-Kisâ’, Ummu Salamah menceritakan bahwa tatkala turun surah al-Ahzab ayat 33, Nabi saw. membentangkan kisâ’ (pakaian) Beliau menelungkupkan Ali, Fathimah, al-Hasan dan al-Husain radhiyallâh ‘anhum. Lalu Beliau bersabda:

اللَّهُمَّ هَؤُلاَءِ أَهْلُ بَيْتِي فَأَذْهِبْ عَنْهُمْ الرِّجْسَ وَطَهِّرْهُمْ تَطْهِيرً

Ya Allah, mereka adalah Ahlul Baitku. Karena itu, jauhkan ar-rijsa—kotoran, (maknawi)—dari mereka dan bersihkan mereka sebersih-bersihnya (HR Ahmad, at-Tirmidzi, al-Hakim dan ath-Thabrani).

Ahlul Bait Nabi saw. juga mencakup keluarga Beliau selain Umahatul Mukminin, Ali, Fathimah, al-Hasan dan al-Husain, yaitu mencakup semua keluarga Nabi saw. yang atas mereka diharamkan shadaqah. Nabi saw. pernah bersabda:

إِنَّا آلَ مُحَمَّدٍ لاَ تَحِلُّ لَنَا الصَّدَقَةُ

Sesungguhnya kami adalah ahlu Muhammad; tidak halal harta shadaqah bagi kami (HR Ahmad, al-Bayhaqi, al-Hakim dan Ibn Khuzaimah).5

Dari hadis tersebut dapat ditarik pengertian bahwa âlu Nabi saw. atau Ahlul Bait Beliau adalah semua orang yang atasnya diharamkan shadaqah.

Zaid bin Arqam menceritakan bahwa Nabi saw. pernah bersabda di Ghadir Khum:

وَأَنَا تَارِكٌ فِيكُمْ ثَقَلَيْنِ أَوَّلُهُمَا كِتَابُ اللهِ فِيهِ الْهُدَى وَالنُّورُ فَخُذُوْا بِكِتَابِ اللهِ وَاسْتَمْسِكُوْا بِهِ فَحَثَّ عَلَى كِتَابِ اللهِ وَرَغَّبَ فِيْهِ ثُمَّ قَالَ وَأَهْلُ بَيْتِي أُذَكِّرُكُمْ اللهَ فِي أَهْلِ بَيْتِي أُذَكِّرُكُمْ الله فِي أَهْلِ بَيْتِي أُذَكِّرُكُمْ اللهَ فِي أَهْلِ بَيْتِي

“Aku meninggalkan di tengah-tengah kalian tsaqalayn. Pertama, Kitabullah. Di dalamnya terdapat petunjuk dan cahaya. Karena itu, ambillah dan berpegangteguhlah padanya. (Zaid berkata).” Lalu Rasul mendorong dan menyemangati tentang Kitabullah, kemudian bersabda, “(Kedua) Ahlul Baitku. Aku memperingatkan kalian akan (perintah) Allah tentang Ahlul Baitku—Beliau mengulanginya tiga kali. (HR Muslim, Ahmad, al-Hakim, ad-Darimi, Ibn Hibban, al-Bazzar dan ath-Thabrani).

Lalu Husain bin Sabrah bertanya kepada Zaid, “Siapa Ahlul Bait Nabi saw., wahai Zaid? Bukankah istri-istri Beliau termasuk Ahlul Bait Beliau?”

Zaid menjawab, “Istri-istri Beliau termasuk Ahlul Bait Beliau, tetapi Ahlul Bait Beliau adalah orang yang diharamkan baginya shadaqah setelah Beliau.”

Husain bertanya, “Siapa mereka?”

Zaid menjawab, “Mereka âlu Ali, âlu ‘Aqil, âlu Ja’far dan âlu ‘Abbas.”

Husain bertanya lagi, “Mereka semua diharamkan (menerima) harta shadaqah?”

Zaid menjawab, “Benar.”

Menurut para ulama Maliki, Hanafi, Zaidi, Hadawiyah, Syafii, dan Hanbali, menerima shadaqah diharamkan atas Bani Hasyim. Imam Syafii, ulama Syafiiyah dan Hanbali menambahkan Bani al-Muthallib.6

Dengan demikian, Ahlul Bait adalah istri-istri Nabi saw. (sesuai surat al-Ahzab ayat 33), Ali, Fathimah binti Nabi saw, Hasan, Husain dan keturunan mereka (sesuai hadis al-Kisâ’), âlu Ali, âlu ‘Aqil, âlu Ja’far dan âlu al-‘Abbas (sesuai hadis Zaid bin Arqam). Menurut jumhur ulama, yang juga termasuk mereka yang diharamkan atasnya shadaqah adalah Bani Hasyim, dan menurut Imam Syafii ditambah Bani al-Muthallib.

Di kemudian hari, sebutan ahlul bait itu lebih disematkan kepada keturunan Sayidina Hasan ra. dan Sayidina Husain ra. Kaum Muslim menggelari mereka dengan gelar sayid atau syarif dan di sebagian negeri dengan gelar habib.

Terkait dengan sikap kita kepada Ahlul Bait, di antaranya Nabi saw. bersabda:

إِنِّي قَدْ تَرَكْتُ فِيكُمْ مَا إِنْ أَخَذْتُمْ بِهِ لَنْ تَضِلُّوْا كِتَابَ اللهِ وَعِتْرَتِي أَهْلَ بَيْتِي

Aku meninggalkan di tengah tengah kalian apa yang jika kalian ambil kalian tidak akan tersesat, Kitabullah dan ’itrah-ku, Ahlul Baitku. (HR. Tirmidzi)

Dalam hadis ini dan hadis lainnya, kita diperintahkan untuk tamassuk kepada Ahlul Bait, disandingkan dengan perintah tamassuk kepada Kitabullah. Jika terdapat perintah atau larangan tentang dua hal yang berbeda maka perintah atau larangan itu diterapkan kepada masing-masing sesuai dengan realitanya. Tamassuk kepada al-Quran adalah tamassuk sesuai dengan yang diperitahkan kepada kita, yaitu beribadah dengan lafalnya (membacanya) dan beramal sesuai dengan makna-maknanya. Adapun tamassuk kepada Ahlul Bait adalah tamassuk dengan apa yang diperintahkan kepada kita terhadap mereka, yaitu mencintai mereka, memuliakan mereka, mencontoh kesalihan dan keutamaan mereka serta disunnahkan bershalawat atas mereka. Perintah tamassuk kepada al-Quran dan kepada Ahlul Bait itu tidak bisa dipahami secara sama menurut makna bahasa. Itu karena perbedaan realita keduanya, yang satu al-Quran dan yang lain pribadi-pribadi. Selain itu, adalah karena adanya perbedaan perintah Allah; terhadap al-Quran berupa ibadah dan amal; kepada Ahlul Bait berupa kecintaan, pemuliaan, peneladanan, dan bershalawat atas mereka diantaranya dengan bacaan shalawat pada tasyahud akhir. Allâhumma shalli ‘alâ Muhammad wa ‘alâ âli Muhammad innaka Hamîd[un] Majîd[un].

Wallâh a’lam bi ash-shawâb. [Yahya Abdurrahman]



Catatan kaki:

1 Lihat, ar-Raghib al-Asfahani, Mu’jam Mufradât Alfâzh al-Qur’ân, hlm. 29

2 Lihat: Ibn Faris, Mu’jam Maqâyîs al-Lughah, i/150 dimana ia menukil dari al-Khalil ibn Ahmad pengarang al-‘Ayn; Ash-Shahib ibn ‘Ibad, al-Muhîth fî al-Lughah, 1/320.

3 Lihat: Ibn Sayidih, al-Muhkam wa al-Muhith al-A’zham, ii/210; Ibn Manzhur, Lisân al-‘Arab, xi/28; Murtadha az-Zabidi, Tâj al-‘Urûs min Jawhar al-Qâmûs, 1/6857.

4 Lihat tentang hal itu dalam Tafsîr Ibn Katsîr; Tafsir ath-Thabarî; Fath al-Qadîr oleh asy-Syaukani; Tafsîr al-Alûsî atau Rûh al-Ma’ânî fî Tafsîr al-Qur’ân al-‘Azhîm wa as-Sab’i al-Matsâniya; Zâd al-Matsîr oleh Ibn al-Jauzi; ad-Dûr al-Mantsûr oleh as-Suyuthi; Tafsîr an-Nîsabûrî; Tafsîr al-Khâzin atau Lubâb at-Ta’wîl fî Ma’ânî at-Tanzîl; Tafsîr al-Baghâwî; dsb.

5 Hadis yang sama dengan lafal agak berbeda juga diriwayatkan oleh al-Bukhari, Muslim, Abu Dawud, an-Nasai dan Ibn Majah.

6 Lihat, Dr. Sa’di Abu Habib, al-Qâmûs al-Fiqhi, 1/29-30; tentang pendapat Imam Syafii lihat juga Al-Azhari, Tahdzîb al-Lughah, 5/201, al-Maktabah asy-Syamilah ishdar tsani.
Baca Selanjutnya...

Point Of View

Kemarin Ketika duduk berdua dengan sobat yang sudah lama tak jumpa, disela-sela ngobrol dan melepas kerinduan ini dia bercerita tentang sebuah kisah, kisah sangat menggugah pikiranku, banyak pelajaran hidup yang dapat kita ambil dari cerita temanku ini. Dan disini saya ingin berbagi dengan temen-teman melalui blog, harapanku kalian juga bisa mengambil hikmah dari cerita ini. Kisahnya adalah sebagai berikut:

Beberapa tahun yang silam, seorang pemuda terpelajar dari Semarang sedang berpergian naik pesawat ke Jakarta. Disampingnya duduk seorang ibu yang sudah berumur. Si pemuda menyapa, dan tak lama mereka terlarut dalam obrolan ringan.” Ibu, ada acara apa pergi ke Jakarta ?” tanya si pemuda. “Oh… saya mau ke Jakarta terus “connecting flight” ke Singapore nengokin anak saya yang ke dua”,jawab ibu itu.” Wouw… hebat sekali putra ibu” pemuda itu menyahut dan terdiam sejenak.Pemuda itu merenung. Dengan keberanian yang didasari rasa ingin tahu pemuda itu melanjutkan pertanyaannya.” Kalau saya tidak salah ,anak yang di Singapore tadi , putra yang kedua ya bu??Bagaimana dengan kakak adik-adik nya??”" Oh ya tentu ” si Ibu bercerita :”Anak saya yang ketiga seorang dokter di Malang, yang keempat kerja di perkebunan di Lampung, yang kelima menjadi arsitek di Jakarta, yang keenam menjadi kepala cabang bank di Purwokerto, yang ke tujuh menjadi Dosen di Semarang.”"

Pemuda tadi diam, hebat ibu ini, bisa mendidik anak-anaknya dengan sangat baik, dari anak kedua sampai ke tujuh. ” Terus bagaimana dengan anak pertama ibu ??”Sambil menghela napas panjang, ibu itu menjawab, ” anak saya yang pertama menjadi petani di Godean Jogja nak”. Dia menggarap sawahnya sendiri yang tidak terlalu lebar.”

Pemuda itu segera menyahut, “Maaf ya Bu….. kalau ibu agak kecewa ya dengan anak pertama ibu, adik-adiknya berpendidikan tinggi dan sukses di pekerjaannya, sedang dia menjadi petani ??? “

Apakah kamu mau tahu jawabannya??????

Dengan tersenyum ibu itu menjawab,
” Ooo …tidak tidak begitu nak….Justru saya sangat bangga dengan anak pertama saya, karena dialah yang membiayai sekolah semua adik-adiknya dari hasil dia bertani”

Hikmah dan pelajaran yang dapat kita peroleh dari kisah ini: Semua orang di dunia ini penting. Buka matamu, pikiranmu, hatimu. Intinya adalah kita tidak bisa membuat ringkasan sebelum kita membaca buku itu sampai selesai. Orang bijak berbicara "Hal yang paling penting adalah bukanlah SIAPAKAH KAMU tetapi APA YANG SUDAH KAMU LAKUKAN".

Terima Kasihku pada Ali, atas sharing kisahnya...
Baca Selanjutnya...

12 Juli 2009

Doaku Di Hari Ulang Tahunku....

Hari ini 13 Juli 2009, aku genap berumur 22 Tahun. Alhamdulillah Ya ALLAH Engkau masih memberi kesempatan pada hamba. Pada hari semuanya jadi luar biasa hanya karena Allah Yang Maha Pemurah telah limpahkan barokah dan kasih sayang Nya. Sehingga di Ulang Tahun ini, tidaklah cukup sekedar berucap dan memuji kebesaranMU melainkan juga menegaskan betapa  hamba yg lemah ini begitu membutuhkan pertolongan dan ridhoMU.

Ya Allah, Terima kasih telah memberiku Kehidupan yang sangat Indah dan bermakna.
Terimakasih telah meminjamkanku keluarga yang amat kubanggakan.
Terimakasih Engkau beri Hamba figur (Alm) Abahku yang menjadi sumber motivasiku.
Terimakasih Engkau beri Hamba Umi' selalu bersedia menjadi tempatku bersandar.
Terimakasih Telah memberiku Kakak-kakak yang penuh perhatian dan menyayangiku
Terimakasih Engkau beri Hamba lagi adik perempuan yang baik, pengertian, dan menghargaiku serta membuat suasana Rumah lebih hidup.
Terimakasih atas telah Engkau berikan teman-teman yang mengajarkan Hamba tentang hidup.
Terimakasih Engkau telah pernah menghadirkan sosok-sosok yang menggoreskan kenangan di kanvas hatiku.Terimakasih telah Engkau beri Hamba sahabat-sahabat yang membuatku lebih berarti.

Terimakasih untuk semua talenta yang Kau percayakan kepada Hamba,
Terimakasih telah pernah memberiku Pahitnya Hidup, sehingga Hamba lebih tawakal dalam mengecap Manis-Mu.
Terima kasih Telah pernah membuatku patah hati, sehingga Hamba mengerti arti dan makna cinta sebenarnya.
Terimakasih atas Cinta-Mu yang telah memberikan Inspirasi dalam tiap bait yang hamba buat, tiap siluet yang hamba gores, dan tiap tajwid yang hamba baca.
Terimakasih untuk setiap rizki yang barokah telah Kau beri, Ya Allah tuntun Hamba agar jauh dari serakah dan Tamak, tuntun Hamba agar dapat kubelanjakan di jalan-Mu dan atas nama-Mu.

Ya ALLAH Izinkan Hamba berdoa di hari milad ini,

Bismillaahirrohmaanirrohiim...

Alhamdulillaahirobbil ‘aalamiin..
Alhamdulillaahirobbil ‘aalamiin..
Alhamdulillaahirobbil ‘aalamiin..

Hamdan Yuuwaafii ni’amahu wayukaafii maziidah. Yaa robbana lakal hamdu kamaa yambaghii lijalaali wajhika wa’adhiimi sulthoonik. Wa shollal loohu ‘alaa sayyidina muhammaddin wa’alaa aalihii wa shohbihii ajma’iin.

(Segala puji bagi Allah yang menguasai sekalian alam. Pujian yang memadai nikmat-Nya yang selaras dengan kebaikan-Nya. Wahai Tuhan hamba, bagi-Mu segala puji yang layak bagi keagungan dan kebesaran kekuasaan-Mu. Sholawat serta salam semoga tetap dilimpahkan kepada junjungan nabi besar Muhammad Saw, keluarga dan sahabat-sahabat semuanya.)

Ya Allah, Hari ini telah sampai usia hamba dalam kedewasaan jadikanlah hamba menjadi khusuk dan tawaduk dalam menerimah hikmah dan berkahmu bertambah usia dalam hitungan hamba, kerkurangan pula usia hamba dalam hitunganmu.

Ya Allah, Ya Bashir, Yang Maha Melihat, sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui rahasia hamba yang tersembunyi dan amal perbuatan hamba yang nyata, maka terimalah ratapanku. Engkau Maha Mengetahui keperluan hamba, maka kabulkanlah permohonan hamba.

Ya Allah Ya Rohman Ya Rohiim, tolong mantapkanlah aqidahku, sempurnakanlah ibadah hamba, dan baguskanlah akhlak hamba. Jadikanlah hamba benci pada perbuatan kufur, fasiq, maksiat dan durhaka serta masukkan hamba pada golongan orang yang mendapat petunjuk. Sesungguhnya hamba bermohon kepada-Mu iman yang kekal, yang terus melekat dalam hati hamba. hamba bermohon agar Engkau berikan pada diri hamba keyakinan yang sungguh2 pada diri-Mu sehingga hamba mampu mengetahui bahwa tiada sesuatu yang menimpa hamba selain dari yang Engkau tetapkan bagi hamba. Maka tolong jadikan hamba rela terhadap apapun yang Engkau bagikan kepada hamba.

Ya Allah Yang Maha Pengasih lebih dari segala yang pengasih, sesungguhnya Engkau adalah pelindung bagi hamba di dunia ini dan di akhirat nanti. Sebagaimana Engkau telah menunjuki hamba untuk memilih Islam, maka tolong janganlah Engkau mencabutnya dari diri dan hati hamba. 


Ya Allah Ya Waliyy, Yang Maha Melindungi, lindungilah hamba dari murka-Mu dan siksa neraka. Berilah kepada hamba khusnul khotimah, sudahilah amalan hamba dengan kebaikan.

Wafatkanlah diri hamba dalam keadaan muslim dan dalam keadaan khusnul khotimah. Tolong wafatkan hamba dalam iman dan Islam secara sempurna dalam keridhoan-Mu, dan gabungkanlah hamba ke dalam orang2 yang sholeh dengan tanpa nista dan cobaan.

Ya Allah Ya Ghoffar Ya ‘Afuuw, Yang Maha Mengampuni Yang Maha Pemaaf, ampunilah segala dosa2 hamba, dan condongkan diri hamba pada kebaikan. Tolong peliharalah daging dan kulit hamba dari siksa kubur dan neraka. Dan janganlah Engkau hinakan hamba di hari kiamat nanti. Sesungguhnya Engkau tidak menyalahi janji. Berilah kepada hamba taubat nasuha dan taubat sebelum mati, ketenangan ketika hendak mati, keampunan dan rahmat sesudah mati, keampunan ketika dihisab, serta berilah hamba cahaya dan perlindungan kelak dalam kubur hamba.

Ya Allah, Ya Wahhab, Yang Maha Penganugerah, cintakanlah hamba pada iman dan peliharalah ia di hati hamba. Bencikanlah hamba pada perbuatan kufur, fasiq, maksiat dan durhaka, serta masukkanlah hamba dalam golongan orang2 yang mendapat petunjuk.

Ya Allah Ya Fattaah Ya ‘Aliim, berilah hamba tambahan ilmu pengetahuan dan gabungkanlah hamba ke dalam kalangan orang-orang yang sholeh dan berilmu.


Ya Allah, Ya Haadii Ya ‘Aliim, Yang Maha Pemberi Petunjuk Yang Maha Mengetahui, berikanlah kepada hamba hidayah untuk berbuat baik dan menuntut ilmu, dan tetapkanlah hamba pada kebaikan setelah Engkau berikan petunjuk kepada hamba. Berilah hamba kemampuan untuk berada dalam kebaikan dan kebenaran serta menjauhi apa-apa yang Engkau larang dan perbuatan sia-sia. Berilah hamba ilmu yang bermanfaat bagi urusan akhirat hamba. Berilah hamba ilmu yang bisa melancarkan urusan dunia hamba.

Ya Allah, Ya ‘Aliyy Ya Hasiib, tolong terimalah amalan hamba. Berilah hamba petunjuk dan kekuatan untuk mampu selalu taat dan bersyukur kepada-Mu. Rahmatilah hamba sehingga mampu meninggalkan segala kejahatan selama hidup hamba, dan rahmatilah hamba sehingga mampu tinggalkan segala keburukan dan hal-hal yang sia-sia. Karuniakanlah kepada hamba sikap pandang yang baik terhadap kebaikan dan segala yang membuat-Mu makin ridho terhadap diri hamba.

Ya Allah Ya Ghoffar, Sesungguhnya tidak ada yang dapat mengampuni dosa selain Engkau. hamba bermohon agar Engkau hapuskan apa-apa yang Engkau ketahui dari dosa hamba. Ampunilah kesalahan hamba terhadap-Mu, dan bebaskanlah hamba dari padanya. Hindarkanlah diri hamba dari dosa terhadap sesama manusia, dan bebaskanlah hamba dari padanya.

Ya Allah Ya Ghofuur, janganlah Engkau biarkan di diri hamba suatu dosa pun kecuali Engkau ampunkan, tiada kesusahan dalam diri hamba kecuali Engkau lapangkan, tiada suatu hajat keperluan kecuali Engkau penuhi dan mudahkan. Mudahkanlah segenap urusan hamba dan lapangkanlah dada hamba, terangilah hati hamba dan sudahilah seluruh amal perbuatan hamba dengan amal yang sholeh.

Hamba berlindung kepada-Mu dari kejahatan yang telah hamba perbuat, serta keburukan yang ditimbulkan darinya. hamba juga berlindung kepada-Mu dari kejahatan yang bersembunyi di waktu malam dan siang hari.

Hamba bermohon kepada-Mu segala kebaikan baik yang cepat maupun lambat dan berikanlah kepada hamba rahmat-Mu wahai Tuhan Yang Maha Pengasih dari segenap yang pengasih.

Sesungguhnya hamba mengakui segala nikmat yang telah Engkau berikan kepada hamba. Tolong cukupkanlah diri hamba dan keluarga hamba dengan harta dan rizki-Mu yang halal, hindarkan dan jauhkan hamba dari segala yang haram. Puaskanlah hamba dengan nikmat dan anugerah yang telah Engkau berikan, dan gantilah apa-apa yang hilang dan lepas dari hamba dengan kemurahan dan kebajikan dari-Mu.

Hamba bermohon pada-Mu kebaikan yang diminta oleh hamba-hamba-Mu yang sholeh. Dan hamba berlindung pada-Mu dari kejahatan yang hamba-hamba-Mu yang sholeh meminta perlindungan dari padanya. Berilah kepada hamba apa yang telah Engkau janjikan kepada hamba dengan perantara rasul-rasul-Mu. Ya Allah, hamba bermohon kepada-Mu kebaikan yang dimohonkan oleh Nabi-Mu, Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam dan hamba berlindung pada-Mu dari kejahatan sebagaimana yang diminta oleh Nabi-Mu Muhammad Saw. Buatlah diri hamba lebih mengenal Rasul-Mu, dan gerakkan serta mudahkan hamba dalam meneladani Rasul-Mu Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Ya Allah, hamba bermohon kepada-Mu iman yang sempurna, keyakinan dan aqidah yang benar, ibadah yang baik, akhlak yang bagus, rizki yang halal, baik, luas dan berlimpah, hati yang khusyu’, lidah dan hati yang selalu berdzikir kepada-Mu.

Ya Allah Ya Jabbaar Ya Qowiyy, Yang Maha Perkasa Sang Maha Sumber Kekuatan, berilah hamba kesehatan dan vitalitas fisik sepanjang usia hamba, agar hamba bisa kuat dan giat beribadah kepada-Mu dan juga mampu memberikan kemanfaatan bagi seluruh makhluk-Mu.

Tolong berikanlah kepada hamba surga-Mu, segala nikmat di dalamnya dan apapun yang bisa mendekatkan hamba kepadanya, baik dari ucapan maupun amal perbuatan.

Lindungilah hamba dari neraka-Mu serta apapun yang bisa mendekatkan hamba kepadanya, baik dari ucapan maupun amal perbuatan.

Subhana robbika robbil ‘izzati ‘amma yashifuun wa salaamun ‘alal mursaliin.

Wal hamdulillaahi robbil ‘aalamiin.

AAMIIN.......

Baca Selanjutnya...

2 Juli 2009

Abstraks PKM 2009 Minyak Goreng Anti Kanker By Faik

Makanan yang mengalami proses penggorengan tidak hanya berefek meningkatkan kadar kolesterol darah serta menyebabkan kenaikan risiko terjadinya stroke dan penyakit jantung koroner. Dari hasil penelitian ternyata makanan yang mengalami proses penggorengan menghasilkan senyawa pemicu kanker (karsinogen). Eden Tareke dkk., memaparkan hasil penelitiannya yang berjudul “Analysis of Acrylamide, a Carsinogen Formed In Heated Foodstuffs” bahwa makanan yang mengalami penggorengan, dapat merangsang pembentukan senyawa pemicu kanker bernama Akrilamida.

Selain mengandung Akrilamida, minyak goreng juga mengandung lemak yang harus diperhatikan pula. Berdasarkan analisa, minyak yang beredar di masyarakat lebih banyak mengandung minyak jenuh daripada minyak tidak jenuh. Maka minyak goreng tersebut tidak baik bagi kesehatan apabila dikonsumsi karena kandugan minyak jenuh yang lebih banyak dapat menyebabkan berbagai macam penyakit seperti kanker. Berdasarkan analisa, minyak goreng yang beredar di masyarakat, minyak goreng sayur, lebih banyak mengandung minyak jenuh daripada minyak tak jenuh.

Dari hal tersebut maka diperlukan sebuah inovasi
pada minyak goreng, sehingga masyarakat, khususnya penderita kanker tidak perlu khawatir lagi dalam mengkonsumsi makanan yang mengalami proses penggorengan. Inovasi tersebut berupa minyak goreng alami dari kombinasi minyak kelapa jenis Virgin Coconut Oil dan Pandanus Conoidus Lam . Dimana minyak kelapa adalah minyak goreng yang aman dikonsumsi, sedangkan minyak dari buah merah yang sudah digunakan secara tradisi telah digunakan sebagai minyak goreng oleh suku pedalaman Papua dan mempunyai kandungan senyawa yang unggul dan berkhasiat sebagai anti kanker. Tidak menutup kemungkinan minyak dari kombinasi tersebut dapat berkhasiat sebagai antivirus dan antibiotik dikarenakan dari kombinasi tersebut mengandung senyawa-senyawa unggul.

Virgin Coconut Oil atau VCO adalah minyak yang dihasilkan dari buah kelapa segar. Berbeda dengan minyak kelapa biasa, VCO dihasilkan tidak melalui penambahan bahan kimia atau pun proses yang melibatkan panas yang tinggi. Keuntungan proses ini adalah minyak yang diperoleh dapat tahan sampai 2 tahun tanpa menjadi tengik. Selain warna dan rasa yang berbeda, VCO mempunyai asam lemak yang tidak terhidrogenasi seperti pads minyak kelapa biasa. VCO menjadi populer karena manfaatnya untuk kesehatan tubuh. Hal ini disebabkan VCO mengandung banyak asam lemak rantai menengah (Medium Chain Fatty Acid/MCFA). Sifat MCFA yang mudah diserap sampai ke mitokondria akan meningkatkan metabolisme tubuh. Penambahan energi yang dihasilkan oleh metabolisme itu menghasilkan efek stimulasi dalam seluruh tubuh manusia sehingga meningkatkan tingkat energi yang dihasilkan. Kandungan asam laurat (C-12) menyebabkan efek kesehatan dari VCO hampir sama dengan air susu ibu (ASI). Hal ini dikarenakan asam laurat dalam tubuh manusia akan diubah menjadi monolaurin. Monolaurin sendiri bersifat sebagai antivirus, antibakteri dan antiprotozoa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa monolaurin dapat merusak membran lipid virus diantaranya virus HIV, influenza, Hepatitis C, dan cytomelagovirus. VCO bisa dikombinasikan dengan minyak lain yang mengandung zat penting seperti zat anti oksidan.

Dari hasil analisis Fourier Transform Infra Red (FTIR) yang telah dilakukan menunjukkan bahwa seluruh gugus fungsional yang terdapat dalam VCO dan minyak buah merah muncul sebagai gugus fungsional dalam spektra kombinasi tersebut. Artinya, semua senyawa aktif yang terdapat dalam VCO dan minyak buah merah dapat dipertahankan dalam campuran dan karena tidak terjadi reaksi kimia yang merugikan.

Dari hal-hal tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa kombinasi VCO dan buah merah dapat dikombinasikan menjadi minyak goreng anti kanker. Dengan adanya minyak goreng ini maka masyarakat khususnya penderita kanker ini dapat menikmati makanan yang mengalami proses penggorengan tanpa harus khawatir akan adanya senyawa-senyawa berbahaya sekaligus bisa dijadikan terapi alternetif bagi penderita kanker.

By : Faik Fauzi
Via Hayati
Siti Hajar Nur Safita

Baca Selanjutnya...