28 November 2012

Bidadari Itu Bernama Waktu

aku berkenalan dengan gadis
senyumannya berseri bak mentari fajar
matanya berkilauan bagaikan bintang
wajahnya bersinar layaknya rembulan
tak perlu dulu kau tahu siapa dia
biarkan aku bercerta tentangnya dengan puisi ini
dia layaknya bidadari yang terdampar di bumi

di pandangan pertama, hatiku begitu tergoda
sepertinya ia juga merasakannya
pandangan matanya
hangat menyentuh tubuhku
dia mengatakan padaku
akulah satu-satunya
iya. akulah satu-satunya

ia memanggilku raja kecil
aku menyebutnya bidadari langit
ia suka melihat senyumku menyapanya
aku suka mendengarkan dongeng perjalanannya
ia menunjukkan kecantikan langit
aku mengingatkannya untuk bersyukur
ia mengajariku bagaimana cara mencintai
aku membimbingnya bagaimana menunjukkannya
ia memberiku harap
aku mengucap janji akan bersama selamanya
tapi ia tak pernah membalas janjiku

saat ini,
aku tak akan pernah menjadi ganteng
tapi ia tak pernah melihat fisik
aku tak perlu macho
karena ia selalu bersamaku
aku tak perlu dekat dengannya
karena ia selalu dekat denganku
aku tidak harus menjadi kuat 
karena dia tidak akan menyakitiku 
aku tidak harus cerdas 
karena ia akan selalu menjadi menemani perjalanan hidupku
aku tidak harus kaya 
karena ia tak membutuhkan harta
aku hanya harus menjadi diriku
diriku yang sebenarnya
diriku yang apa adanya
diriku dengan segala kekurangan
aku hanya perlu melakukan yang terbaik untuknya
dia selalu berkata, ia mencintaiku
tapi tak pernah membalas janjiku

hingga akhirnya datang hari esok
pagiku menjadi gelap
aku tersentak dari lelap tidurku 
aku terbangun dari mimpi indahku
mentari fajar itu tak muncul
aku sadar bahwa ia telah pergi
meninggalkanku seorang dalam kesendirianku
sejak saat itulah aku menyadarinya

aku menangis pilu
mengadu pada langit
merajuk pada bintang
mengiba pada rembulan
namun ia tak pernah kembali
aku kembali menangis

aku menyesal 
tak pernah berucap terima kasih atas segala cerita kehidupan yang ia bawa
aku menyesal
tak pernah memberikan yang terbaik selagi masih bersama
meski ia telah meninggalkanku tanpa pamit

selama aku mengenalnya
aku tak pernah menyadari
betapa berharganya ia bagiku
sampai ia pergi meninggalkanku
ia tak akan pernah kembali

kenalkan,
bidadari itu bernama waktu