26 Mei 2009

Pelajaran Hidup Dari Seorang Loper Koran

Rabu Malam, Tanggal 21 Mei lalu, saat itu aku sedang dalam perjalanan pulang dari tempat temanku di jalan Kaliurang, pusing dan capek “sangat setia” menemaniku dalam perjalananku ini.. Karena itulah, saya kebut Nouvo-ku saking tidak sabarnya untuk sampai kos & tidur. Kebetulan saat itu, saya melewati jalan Gayam, deket Stadion Mandala Krida. Tiba-tiba perutku kerasa sangat lapar, Saya perlambat kecepatan motorku untuk mencari warung Burjo sekedar untuk mengisi perut, pada saat mencari itu aku tidak sengaja melihat ke sebuah posko dipinggir jalan. Ketika aku lihat lebih dekat barulah aku tersadar kalau disitu ada seorang penjual koran (maaf) dengan kursi roda, koran diatas pahanya ditutupi plastik, duduk dipojokan sendirian.

“Degg...Astaghfirullah, perasaan kasihan, iba, kagum, takjub, bercampur dalam pikiranku, dia hanya penjual koran, punya kekurangan indra, tapi dia punya semangat yang besar untuk berusaha, punya semangat yang besar untuk menghadapi cobaan, punya jiwa yang besar untuk tidak menyesali semua beban yang dia pikul, tidak berputus asa, sedangkan aku hanya orang berhati kerdil, yang kadang ketika diberikan sedikit beban, sudah merasa sakit, gampang menyerah, dia lebih hebat dari aku, aku yang taunya cuma mengeluh, gampang jatuh ketika terpuruk.

Setelah berjalan beberapa saat ternyata tidak ketemu juga warung-nya, aku putuskan untuk langsung pulang, sadar jam sudah hampir menunjuk angka 11 tandanya pintu gerbang kosku ditutup, aku putuskan langsing pulang saja tak peduli lagi ma perut, gampang nanti bisa minum susu atau makan apalah dikos nanti.
Sesampai di kos setelah bersih-bersih aku rebahkan badanku yang sudah capek ini, saat itu saya kembali teringat dengan loper koran tadi, Sejenak aku bersyukur dalam hati kepada masih diberikan sedikit kehidupan lebih dari dia, diberikan sedikit nikmat lebih dari dia, diberikan rejeki lebih dari dia...

Dua hari kemudian...

Sabtu pagi, tanggal 23 Mei, aku pergi ke Kampus I UAD, saat itu pulangnya melewati Jl. Kapas, aku kembali melihat loper koran yang ku lihat hari Rabu lalu, dia “berjalan” diatas kursi roda, dia membawa koran, dengan muka yang cerah, tersenyum, seakan dia melewati semuanya tanpa beban...

Kembali aku merasa rendah di depan dia, sambil mengucap dalam hati “ Ya ALLAH... Jadikan hambamu ini dari golongan orang2 yang selalu bersyukur atas nikmatMU”. Hari ini aku dapat pelajaran dari tukang koran, pelajaran hidup yang tak ternilai.