18 April 2009

Indonesia Sedang Dijajah Lewat Industri Farmasi

”Orang miskin dilarang sakit”.

Slogan ini sangat cocok untuk diterapkan di Indonesia. Semakin hari harga obat semakin mahal. Mengapa harga obat dari hari ke hari semakin mahal? Bukankah semua obat diproduksi oleh industri dalam negeri? Jawabannya, pertama, memang semua obat di Indonesia diproduksi oleh industri farmasi dalam negeri. Namun, produsennya berbeda-beda, ada PMA (Penanaman Modal Asing), PMDN (Penanaman Modal Dalam Negeri), BUMN, dan industri menengah dan kecil. Dari sisi jumlah, industri farmasi di Indonesia sekitar 280 perusahaan. Memang sebagian besar, hampir 80% adalah perusahaan farmasi yang penanam modalnya milik dalam negeri, dan industri kecil dan menengah. Namun, sisa 20%nya adalah perusahaan asing. Dan perusahaan asing inilah yang menguasai 80% kapital dan penguasaan atas pasar. Kedua, sebagian besar bahan baku obat harus impor, yaitu sekitar 95%, baik bahan berkhasiat maupun bahan pembantu. Impor bahan baku ini semakin memperparah kenaikan harga obat karena tujuan dari ekspor-impor adalah untuk mencari keuntungan.

Kondisi ini akan diperparah dengan adanya AFTA (Asean Free Trade Area) tahun 2008, yang akan membuat obat dari Negara ASEAN leluasa masuk ke Indonesia. Begitu juga sebaliknya, obat yang diproduksi Indonesia bisa leluasa masuk ke negara ASEAN. Sekilas memang program ini sepertinya bagus, karena industri farmasi Indonesia nantinya akan lebih efisien sehingga bisa berkembang. Namun jika kita berpikir secara mendalam, maka kita akan mengetahui bahwa AFTA akan memperburuk kondisi farmasi Indonesia. Dalam industri farmasi berlaku ketentuan cGMP (current Good Manufacturing Practice) yang terdiri dari dua persyaratan utama yaitu ACTD (Asean Common Technical Dosier) dan ACTR (Asean Common Technical Requirements). ACTD dan ACTR merupakan persyaratan standart kualitas obat dan kemasan yang diberlakukan sama di semua Negara. Di Indonesia sendiri, sebagian besar industri farmasi merupakan industri kecil dan menengah. Kemungkinan besar industri kecil dan menengah ini tidak akan mampu mengikuti standart tersebut karena untuk memenuhi cGMP dibutuhkan biaya yang besar. Kalaupun dilakukan Toll Manufacturing, hanya akan menguntungkan industri besar. Toll Manufacturing adalah pabrik yang tidak memenuhi syarat bisa memproduksikan obatnya ke perusahaan yang memenuhi syarat. Perusahaan yang memenuhi syarat tentunya adalah perusahaan yang mempunyai kapital besar yang tidak lain adalah perusahaan farmasi milik asing dan pengusaha kelas kakap. Dalam Toll Manufacturing diberlakukan bahwa harga produksi ”titipan” setiap tiga bulan sekali mengalami kenaikan. Kalau setiap tiga bulan sekali harganya naik, kemungkinan besar perusahaan yang ”menitipkan” produksinya, yaitu perusahaan kecil dan menengah, akan menderita kerugian karena cost produksi lebih besar daripada harga jualnya. Akibatnya, akan banyak industri farmasi kecil dan menengah yang gulung tikar. Jadi Toll Manufacturing hanya akan menguntungkan industri besar milik asing.

Sesungguhnya, AFTA adalah salah satu cara asing untuk ’memukul’ industri farmasi Indonesia. Dengan adanya AFTA, akan banyak industri farmasi Indonesia yang gulung tikar, obat-obatan dari ASEAN akan dengan mudah masuk ke negara kita. Kita tahu bahwa jumlah penduduk Indonesia sangat besar. Dari 500 juta penduduk ASEAN, 230 jutanya adalah penduduk Indonesia. Oleh karena itu, Indonesia adalah tempat pemasaran yang bagus untuk obat-obat dari industri farmasi milik asing.

Kalau obat impor, tentunya harganya akan sangat mahal. Padahal kalau kita berbicara tentang obat, seharusnya sosial-kemanusiaan yang kita dahulukan, bukan profitnya. Kita juga sudah terkontaminasi dengan sistem kapitalis. Kalau kita lihat, orang yang makan obat, tentunya mereka sedang sakit, tetapi orang-orang tersebut dibebani pajak.

PPn 10%, belum lagi aturan yang lain-lain. Seharusnya negara menghapus pajak yang 10% ini agar masyarakatnya menjadi sehat. Kalau rakyatnya sehat, tentu negara akan menjadi kuat. Inilah gunanya negara, melindungi rakyatnya, bukan malah membuat rakyatnya sakit.