14 Desember 2012

Rindu-rindu Yang Kubiarkan Merdeka

Aku sungguh merindukanmu. Tak pernah ada alasan yang pas untuk menjelaskannya padamu. Sudah ratusan hari kusimpan rinduku di awan. Aku hanya ingin membebaskan rinduku bermain di atas sana  tanpa ada yang mengusik ketenangannya. Aku hanya ingin membebaskannya berfantasi di langit dan membuatnya beranjak dari kenangan masa lalu.

Kamu pasti tahu, betapa sulitnya menyimpan sesuatu yang kau hargai. Menyimpan rindu dalam waktu lama pun demikian, tidak pernah menjadi hal yang mudah bahkan bagi seorang ksatria Romawi sekalipun. Namun aku bisa menyimpan kerinduan pada kelembutan sosok dirimu yang selalu membisikkan kata sayang setiap malam tanpa kupinta, yang selalu mendukungku ketika ku jatuh.

Sampai pada akhirnya ketika aku pandangi langit sore ini, aku melihat burung-burung camar di balik awan itu. Ah sial, sepertinya mereka sedang merundingkan sesuatu, berpikir bagaimana menurunkan awan itu ke bumi mereka tak tega melihat rinduku terus bergelayutan tanpa tuan di atas sana.

Sungguh sebuah keajaiban, seketika langitpun menjadi gelap, mendung tebal mendarat rendah. Tanda awan-awan itu menjatuhkan tetes-tetesan rinduku ke tanah derita yang pernah menyiksanya dengan kenangan masa lalu. Sedetik kemudian turunlah hujan yang mengguyur seluruh wilayah di kota kenangan ini dan mencipta banyak genangan rindu tidak bertuan. 

Aku duduk di kursi, menghadap halaman hijau, tempat aku dan kau mencipta kenangan indah. Kini sudah berubah menjadi genangan rindu. Sungguh tak tega melihat nasibnya  disana karena ia yang pernah jadi bagian hidupku, bukanlah maksudku menelantarkannya. Ingin rasanya mengumpulkan kembali rindu-rinduku, membiarkannya riang bermain di seperti di awan. Tapi sepertinya tak mungkin, aku sudah tak mampu lagi, mungkin benar maksud si camar, membebaskan rindu menjadi dirinya sendiri, mungkin ini jalan satu-satunya buat aku dan dia. Biarlah ia menemukan jalan bahagianya sendiri, biarlah ia bersua tuannya dengan caranya sendiri, dan biarlah ia hidup dengan caranya sendiri. 

Kini ku hanya bisa menunggu kabar baik dari rindu-rinduku yang kubiarkan merdeka itu...