1 Mei 2011

Siapa Menabur Kebenaran, Dia Akan Menuai Kebenaran (Konflik PSSI)

Menabur angin, menuai badai.

Tak ada satupun yang bisa memastikan, kapan konflik di tubuh PSSI akan berakhir. Pendukung George Toisutta-Arifin Panigoro tetap pada keputusannya, mendukung kedua tokoh tersebut sebagai Ketua Umum dan Wakil Ketua Umum PSSI periode mendatang. 

Sementara, Komite Normalisasi (KN), yang notabene adalah perpanjangan tangan FIFA, meminta agar Toisutta-Arifin legowo. Agum Gumelar, Ketua KN, beberapa waktu lalu menyampaikan hal tersebut, pascapertemuannya dengan Joseph Blatter, Presiden FIFA, di Zurich, Swiss, beberapa waktu lalu. FIFA bergeming dengan sikapnya: menolak Toisutta dan Arifin serta dua kandidat laain, yakni Nurdin Halid dan Nirwan D Bakrie. 

Merespon FIFA, Nirwan, kepada wartawan mengaku legowo. Adik kandung Aburizal Bakrie, Ketua Umum Partai Golongan Karya (Golkar) tak kecewa dengan keputusan FIFA. "Saya tak sakit hati," kata Nirwan. Adapun Nurdin Halid, sejauh ini belum berkomentar. Sementara, Toisutta, saat bertemu pendukungnya di Hotel Sultan Jakarta, Rabu 27 April, mengatakan tak akan mundur. Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) menegaskan, dukungan yang dialamatkan kepadanya adalah amanah. "Dan saya tak akan lari dari amanah itu," tukasnya.

Dukungan terhadap Toisutta-Arifin tidak main-main. Di belakang mereka, berdiri 78 pemegang suara sah PSSI. Ke-78 pemegang suara tak akan mundur selangkah pun. Pepatah lawas bilang, sekali layar terkembang pantang kita bersurut.

Kegigihan pendukung Toisutta-Arifin membuat banyak pihak salut, meski tak sedikit pula yang bertanya-tanya heran, tak terkecuali Agum Gumelar. "Kok jadi mereka ya yang ngotot. Padahal Pak George dan Arifin biasa-biasa saja," kata Agum. 

Agum kontan mendapat serangan balik. Kelompok 78 mendesak agar Agum turun dari kabatannya. Mantan Komanda Jenderal (Danjen) Komando Pasukan Khusus TNI AD itu dinilai gagal mengemban misi. Sebagai Ketua KN, Agum diharapkan bisa melobi FIFA untuk meloloskan Toisutta-Arifin. Karena itulah, Kelompok 78 berencana mendepak Agum. Tak hanya itu, Agum juga dicap 'penumpang gelap'. 
"Gerbong pro reformasi kami sudah disusupi penumpang gelap yang memiliki kepentingan tertentu, yakni Agum Gumelar. Agum Gumelar telah merusak cita-cita kami kelompok 78 untuk mereformasi PSSI," kata Yunus Nusi, salah satu anggota Kelompok 78. (Kompas)
Gawat! Sepak bola kita diambang sanksi. Jika Kelompok 78 tetap pada pendiriannya, FIFA tak akan tinggal diam. Sederet negara sudah menjadi 'korban'. Sebut saja misalnya Bosnia, Irak, Chad, Malagasi, Nigeria, Salvador, Peru, Albania, Kuwait, Kenya, Iran, Yunani, dan Azerbaidjan pernah dikenai sanksi FIFA. 

Bila sanksi benar-benar dijatuhkan, maka tim nasional dan juara kompetisi dalam negeri kita tak  bisa mentas di pertandingan internasional. Pikiran kita menerawang ke SEA Games 2011, di mana sebagai tuan rumah, kita berharap Tim Merah Putih dalam hal ini diwakili timnas u-23 bisa meraih medali emas. Kita juga khawatir dengan kiprah Persipura Jayapura dan Sriwijaya FC di ajang AFC Cup. Sejauh ini, kedua klub papan atas Indonesia masih punya kans melangkah ke babak selanjutnya. Tak seperti tahun-tahun sebelumnya, kans Persipura dan Sriwijaya saat ini lebih baik karena ditopang permainan nan memukau. 

Pertanyaannya, haruskan ini korbankan? "FIFA tak akan memberikan sanksi. Saya percaya itu," kata Saleh Mukadar, pentolan Kelompok 78. "Jika FIFA mau memberikan sanksi, pasti sudah mereka lakukan sejak pemerintah melakukan intervensi kepada PSSI".  (Kompas)

Saleh sah-sah saja berkata seperti itu, meski dia juga tak bisa menafikan kegelisahan pihak lain ihwal sanksi FIFA. 

Kapan persoalan akan berakhir? Saya, Anda, kita semua berharap persoalan secepatnya bisa dituntaskan tanpa harus menjadikan sepak bola sebagai tumbal. Semua pihak harus berkepala dingin, juga mengedepankan hati nurani. Dengan kata lain, kepentingan pribadi dan kelompok harus dikantongi. Kedepankan semangat rekonsiliasi. 

Kita berharap, Kongres PSSI yang sudah diagendakan pada 20 Mei 2011 bisa terselenggara tanpa harus gontok-gontokan. Tak hanya kepada pendukung Toisutta-Arifin, kita juga berharap agar KN bahkan FIFA bisa lebih fair dalam mengambil keputusan. Soalnya, kegeraman pendukung Toisutta-Arifin karena baik KN maupun FIFA tak menyebutkan secara detail kenapa Toisutta-Arifin tak boleh maju sebagai calon Ketua Umum dan Wakil Ketua Umum PSSI. Sebelumnya, FIFA berpatokan kepada keputusan Komite Banding PSSI. Arifin dijegal lantaran membidani lahirnya LPI (Liga Primer Indonesia), sedangkan Toisutta terbentur masalah aktivitasnya di sepak bola nasional. Namun, bagi pendukung Toisutta-Arifin, keputusan tersebut dinilai mengada-ada.

Semua pihak merasa benar dan kebenaran menjadi samar-samar. Akan tetapi, kita tak boleh skeptis apalagi apatis. Kebenaran, seperti kata orang-orang bijak, tetaplah kebenaran. Cepat atau lambat, kita akan tahu kebenaran berpihak kepada siapa. 

Siapa menabur kebenaran, menuai kebenaran