30 September 2010

Hidup Adalah Pilihan

Beberapa bulan lalu, saat itu aku lagi melepas penat di kebun dekat Posko KKN sambil memandangi sekeliling kebun, ditemani angin sejuk dan 2 buah mangga yang baru kupetik. Sungguh nikmat rasanya mengingatkan pada suasana alam di kampung halaman.

Selang beberapa saat, dua buah mangga itu pun habis bersamaan dengan tenggelamnya sang surya. Aku pun segera bergegas kembali ke Posko KKN sebelum azan maghrib berkumandang. Namun ketika baru saja berdiri, tak sengaja aku mendengar sebuah percakapan, kemudian aku pun mencari sumber suara itu, mengingat di kebun itu cuma ada aku seorang, setelah kucari ternyata suara itu berasal dari pecakapan dua biji mangga  yang telah kubuang disana. Dengan sembunyi-sembunyi ku sengaja mendengarkannya.

Biji yang pertama berkata, “Akhirnya buahku dimakan oleh Faik, Sekarang Aku ingin tumbuh besar. Aku ingin menjejakkan akarku sangat dalam di tanah ini, dan menjulangkan tunas-tunasku di atas kerasnya tanah ini. Aku ingin membentangkan semua tunasku, untuk menyampaikan salam pada saat musim semi. Aku ingin merasakan kehangatan matahari, serta kelembutan embun pagi di pucuk-pucuk daunku dan aku pun ingin membagi buahku kepada seluruh mahluk Allah, sehingga hidupku akan berguna bagi semua.”

Biji mangga yang kedua bergumam. “Ah, Aku takut. Jika kutanamkan akarku ke dalam tanah ini, aku tak tahu, apa yang akan kutemui di bawah sana. Bukankah disana sangat gelap? Dan jika kuteroboskan tunasku keatas, bukankah nanti keindahan tunas-tunasku akan hilang? Tunasku ini pasti akan terkoyak. Apa yang akan terjadi jika tunasku terbuka, dan siput-siput mencoba untuk memakannya? Dan pasti, jika aku tumbuh dan merekah, semua anak kecil akan berusaha untuk mencabutku dari tanah. Dan mungkin apabila aku sudah tumbuh besar dan berbuah pasti buahku dilempari Faik dan buahku yang jatuh akan dia makan dengan lahap, seperti dia memakan daging buahku tadi, huft.. Tidak, akan lebih baik jika aku menunggu sampai KKN-nya Faik selesai dan dia pergi dari sini sehingga semuanya aman.” 

Aku tersenyum mendengarkan omongan kedua biji mangga itu. "huft... ada-ada aja"

Beberapa pekan kemudian, Aku kembali ke kebun itu lagi kembali kulihat biji mangga kedua itu sedang menunggu dalam kesendirian, warnanya sudah tak segar lagi dan layu. Namun Aku tak melihat biji yang pertama, tapi tak lama kemudian aku sadar akan keinginannya untuk tumbuh, dan ternyata kutemukan sebuah pohon mangga setinggi 1 meter didekatku, Oh ternyata biji itu telah tumbuh dengan cepat. 

Aku seperti tak tega melihat biji mangga yang kedua, kuambil dia, ingin kuucap dia, agar dia terhibur.. namun naas, ternyata biji itu sudah berlubang dibagian bawahnya dan membusuk.

 "kenapa kamu bisa begini, andai  dulu kau mau menjejakkan akarmu dan tumbuh disini kamu tidak akan seperti ini, maaf kan aku yang telah membuatmu takut"

"....selalu saja ada pilihan dalam hidup. Selalu saja ada skenario yang harus kita jalani. Namun, seringkali kita berada dalam kepesimisan, ketakutan, keraguan, dan kebimbangan yang kita ciptakan sendiri. Kita kerap terbuai dengan alasan-alasan untuk tak mau melangkah, tak mau menatap hidup. Karena hidup adalah pilihan, maka, hadapilah itu dengan gagah. Dan karena hidup adalah pilihan, maka, pilihlah dengan bijak. Tiap pilihan selalu ada resiko yang mengiringinya. Namun jangan sampai rasa takut, ragu dan bimbang menghentikan langkah kita..."