28 September 2010

Berdoalah Dengan Bijak

Saat sedang surfing di dunia maya, aku menemukan sebuah cerita penuh inspirasi di sebuah milis, yang menyadarkan diri ini akan arti sebuah kebijaksanaan dalam berdo'a. Sebelumnya cerita ini ada dalam bahasa Inggris, tetapi telah aku terjemahkan dengan GoogleTranslateceritanya adalah sebagai berikut:

Suatu ketika, ada seorang anak yang sedang mengikuti sebuah lomba mobil balap mainan. Suasana sungguh meriah siang itu, sebab ini adalah babak final. Hanya tersisa 4 orang sekarang dan mereka memamerkan setiap mobil mainan yang dimiliki. Semuanya buatan sendiri, sebab, memang begitulah peraturannya.

Ada seorang anak bernama Mark. Mobilnya tak istimewa, namun ia termasuk dalam 4 anak yang masuk final. Dibanding semua lawannya, mobil Mark lah yang paling tak sempurna. Beberapa anak menyangsikan kekuatan mobil itu untuk berpacu melawan mobil lainnya. Yah, memang, mobil itu tak begitu menarik. Dengan kayu yang sederhana dan sedikit lampu kedip diatasnya, tentu tak sebanding dengan hiasan mewah yang dimiliki mobil mainan lainnya. Namun, Mark bangga dengan itu semua, sebab, mobil itu buatan tangannya sendiri.

Tibalah saat yang dinantikan. Final kejuaraan mobil balap mainan. Setiap anak mulai bersiap di garis start, untuk mendorong mobil mereka kencang-kencang. Di setiap jalur lintasan, telah siap 4 mobil, dengan 4 “pembalap” kecilnya. Lintasan itu berbentuk lingkaran dengan 4 jalur terpisah diantaranya. Namun sesaat kemudian, Mark meminta waktu sebentar sebelum lomba dimulai. Ia tampak berkomat-kamit seperti sedang berdoa. Matanya terpejam, dengan tangan bertangkup memanjatkan doa. Lalu, semenit kemudian, ia berkata,”Ya, aku siap!”. Dor. Tanda telah dimulai.

Dengan satu hentakan kuat, mereka mulai mendorong mobilnya kuat-kuat. Semua mobil itu pun meluncur dengan cepat. Setiap orang bersorak-sorai, bersemangat menjagokan mobilnya masing-masing. “Ayo..ayo… cepat..cepat, maju..maju”, begitu teriak mereka. Ahha…sang pemenang harus ditentukan, tali lintasan finish pun telah terlambai. Dan, Mark lah pemenangnya. Ya, semuanya senang, begitu juga Mark. Ia berucap dan berkomat-kamit lagi dalam hati. “Terima kasih.”

Saat pembagian piala tiba, Mark maju ke depan dengan bangga. Sebelum piala itu diserahkan, ketua panitia bertanya. “Hai jagoan, kamu pasti tadi berdoa kepada Tuhan agar kamu menang, bukan?”. Mark terdiam. “Bukan, Pak, bukan itu yang aku panjatkan” kata Mark. Ia lalu melanjutkan, “Sepertinya, tak adil untuk meminta pada Tuhan untuk menolongmu mengalahkan orang lain. “Aku, hanya bermohon pada Tuhan supaya aku tak menangis, jika aku kalah.”

Semua hadirin terdiam mendengar itu. Setelah beberapa saat, terdengarlah gemuruh tepuk- tangan yang memenuhi ruangan. 

Renungan untuk kita semua:
Sepertinya anak-anak tampaknya lebih punya kebijaksanaan dibanding kita semua. Mark, tidaklah bermohon pada Allah untuk menang dalam setiap ujian. Mark, tak memohon Allah untuk meluluskan dan mengatur setiap hasil yang ingin diraihnya. Anak itu juga tak meminta Allah mengabulkan semua harapannya. Ia tak berdoa untuk menang, dan menyakiti yang lainnya. Namun, Mark, bermohon pada Allah, agar diberikan kekuatan saat menghadapi itu semua. Ia berdoa, agar diberikan kemuliaan, dan mau menyadari kekurangan dengan rasa bangga.

Mungkin, telah banyak waktu yang kita lakukan untuk berdoa pada Allah untuk mengabulkan setiap permintaan kita. Terlalu sering juga kita meminta Allah agar orang lain "jatuh" agar kita menjadi nomor satu, menjadi yang terbaik, menjadi pemenang dalam setiap ujian, dapat nilai "A" di mata kuliah yang bergengsi (baca: AOMK) Terlalu sering kita berdoa pada Allah, untuk menghalau setiap halangan dan cobaan yang ada di depan mata. Padahal, bukankah yang kita butuhkan adalah bimbingan-Nya, tuntunan-Nya, dan panduan-Nya? 

Kita sering terlalu lemah untuk percaya bahwa kita sebenarnya kuat. Kita sering lupa dan sering merasa cengeng dan lebay dengan kehidupan ini. Tidak ada semangat perjuangan yang ingin kita lalui. Tentunya, Allah memberikan kita ujian yang berat bukan untuk membuat kita cengeng, lemah dan mudah menyerah. Sesungguhnya Allah sedang menguji hamba-Nya yang shaleh.