8 April 2010

Hari Gini Gak Setor Ke Kantong Ane, Apa Kata Temen Ane?

“Bermain air di kolam terpercik muka sendiri“ Itulah yang dialami Direktorat Jenderal Pajak dan Pemerintah hari-hari ini.

Semboyan ‘Hari Gini Ngga Bayar Pajak, Apa Kata Dunia’ yang terkesan ngeledek wajib pajak yang lalai itu kini meludahi muka mereka sendiri! Seakan sebagai lembaga yang yang bersih dan jujur menampung uang rakyat, Direktorat Jenderal Pajak gencar meneriakkan “Apa Kata Dunia” di berbagai media masa maupun bilboard. Terkesan kental mereka sebagai pihak yang tak bermasalah dalam persoalan penerimaan pajak atau rasio wajib pajak terhadap jumlah penduduk berpotensi wajib pajak. Sebaliknya tergiring opini seakan rakyatlah yang tidak mempunyai tanggung jawab membayar pajak bagi negeri yang telah memberi ‘banyak’ (?) bagi kehidupan mereka.

Tak perlu berkilah panjang lebar, dari dulu khalayak ramai tahu tak ada pegawai pajak yang miskin (hidup sewajarnya sesuai gaji PNS-nya).  Temen saya mengaku mengenal beberapa PNS Ditjen Pajak setingkat Gayus yang kekayaannya aduhai, padahal semasa kecil di desanya tak sepotong sawahpun dimiliki oleh orang tuanya. Tentu bukan monopoli Ditjen Pajak, fenomena diatas juga terjadi di instansi pemerintah lainnya yang tergolong basah.

Tak perlulah berkilah itu hanya ulah oknum jika sebuah kasus terbongkar, karena telah begitu banyak kasus dan  ’oknum’ selama ini. Bagi saya sebagai rakyat, jika ada penyalahgunaan kewenangan yang dimiliki oleh sebuah instansi maka jelas ada yang salah di dalam instansi itu, paling tidak pada sistem pengawasan maupun para pengawasnya. Jadi? Ya! pimpinannya juga salah!

Dalam soal para Gayuser di Ditjen Pajak dan target penerimaan pajak hal pertama yang harus dibereskan adalah lembaga itu sebelum ngeledek para wajib pajak. Kini tentu semakin banyak rakyat yang semula telah curiga dan agak reluctant membayar pajak menjadi jengkel uang mereka ditilep para tikus laknat itu. Mereka yang semestinya mendapat pembelajaran kesadaran membayar pajak malah mendapat tontonan bagaimana uang yang mereka usahakan dari cucuran keringat diembat tikus got pegawai pajak. Benar-benar kontra produktif!

Imbauan Ditjen Pajak itu kini terdengar seperti “Hari Gini Gak Setor Ke Kantong Ane, Apa Kata Temen Ane?”

Sementara dunia telah memasuki era informasi berikut paradigma transparansi yang menuntut pengelolaan organisasi yang bersih (good governance), kita masih bergelimang dalam lumpur nista yang menertawakan klaim sebagai bangsa yang religius.

“Hari Gini Korupsi Pajak, Apa Kata Dunia?”