2 Januari 2010

Happy New Year, Inikah Yang Dirayakan? Ironis!

Tahun baru 2010 Masehi sudah berlalu satu hari. Tapi aroma tahun baru ini masih saja terasa, satu hari sebelumnya yang namanya terompet dan mercon sudah mulai terdengar di mana-mana. Beberapa tempat termasuk mall, jalan-jalan, kampung-kampung dan kantor pemerintah sudah mulai menghias diri dengan pernik-pernik tahun baru. Bahkan ada juga yang sudah mempersiapkan banyak makanan, minuman bahkan acara special khusus tahun baru. Parahnya, ada juga yang punya ritual khusus di malam tahun baru yaitu mandi kembang ataupun "mandi" kembang api di tepat tengah malam tapi aku lebih suka menyebutnya ritual pembakaran duit, daripada dibakar buat kembang api kenapa nggak disumbangin ke masjid aja? Huft.. Jahiliyyah modern....

Banyak banget hal-hal nggak bener yang berkembang di tengah masyarakat berkaitan dengan tahun baru. Sudahlah tahun baru Masehi sendiri bukan termasuk bagian dari Islam, perayaannya sendiri malah cenderung ke arah maksiat. Tidak ada satu hal pun yang bisa diambil hikmah kebaikannya dari perayaan tahun baru Masehi ini.

Lalu bagaimana dengan mengucapkan selamat tahun baru? Tahun baru yang diperingati setiap 1 Januari itu sebenarnya juga bukan tahun baru Islam sama sekali. 1 Januari adalah tahun baru Masehi yang dihitung mulai dari kelahiran Mesias yang disebut juga Masehi. Nah, lho ternyata tahun baru 1 Januari ini tak terlepas dari budaya Kristen yang notabene tak ada ajarannya dalam Islam. Yang namanya ucapan ‘selamat tahun baru’ pada 1 Januari, pasti sebelumnya ada embel-embel ‘ucapan selamat natal’. Tak usah latah dengan mengucapkan ‘selamat tahun baru’ baik kepada temanmu yang Kristiani ataupun yang muslim.

Aku paling malas menerima ucapan selamat ataupun salaman dari teman yang sekadar mengucapkan selamat tahun baru 1 Masehi. Ku jawab, “Maaf, aku tak merayakan tahun baru Masehi.” Kadang ada teman yang ngeyel dan sinis mengatakan bahwa toh mau tak mau kita tetap memakai penanggalan Masehi untuk semua urusan. Oke, memang kita memakai penanggalan Masehi tersebut yang dimulai dari Januari hingga Desember, tapi itu bukan berarti kita juga dengan seenaknya bisa mengadopsi perayaan kaum Masehi itu yang penuh dengan kejahiliyahan.

Kesepakatan menggunakan penanggalan Masehi itu masalah siapa yang berkuasa dan siapa yang dikuasai aja kok. Karena Amerika cs yang dibekingi Kapitalis saat ini berkuasa, gak heran kalo kalender Masehi yang dibikin semarak perayaannya. Begitu sebaliknya, bila satu ketika nanti Islam berjaya kembali seperti sebelumnya ketika Khilafah Islam belum runtuh, maka so pasti kalender Hijriah pasti dijadikan standard penanggalan internasional. Hal ini sudah terbuktikan kok sebelumnya ketika kekuasaan Kekhilafahan Islam membentang mulai dari Timur Tengah hingga ke Spanyol dan Bulgaria. Islam menaungi dua per tiga dunia euy. Keren banget kan?

Nah, sekarang ini bukan saatnya kamu membebek di acara-acara or ucapan selamat tahun baru Masehi. Bila pun 1 Januari dijadikan hari libur nasional dan internasional, let it that way. Biarkan saja begitu tanpa ikut-ikutan latah mengucapkan or merayakan sesuatu yang bukan bagian dari ajaran Islam.

Aneh banget melihat orang-orang berteriak kegirangan dengan menghitung mundur detik menuju pergantian tahun ketika jarum jam berjalan menuju angka 12 malam. Mereka bersorak-sorak, meniup terompet, mercon, membakar uangnya melalui kembang apnya disaat banyak orang hidup dibawah garis kemiskinan, minuman-minuman keras, berangkulan dan berpesta maksiat. So, what? Trus mau apa bila detik jarum jam telah melewati angka 12 malam? Toh, kemaksiatan terus berjalan, yang miskin tetep aja miskin, angka busung lapar terus meningkat di saat penjualan kembang api semakin laris. Ironis! Inikah yang dirayakan?