13 Oktober 2009

Terima Kasih Malaysia

Dalam beberapa tahun terakhir, hubungan Indonesia dan Malaysia memanas. Hubungan dua negara Islam bertetangga ini yang harusnya akur berkerjasama, malah memanas. Hal ini karena sikap Malaysia yang dengan seenaknya mengakui Pulau-pulau kecil seperti pulau Jemur, bahkan setidaknya ada dua pulau NKRI yang telah direbut oleh Malaysia yaitu pulau Ligitan dan Sipadan. Mungkin masih banyak pulau lain yang telah diklaim malaysia tetapi kita tidak menyadarinya.

Mengenai kebudayaan  setidaknya lebih dari lima produk budaya anak negeri yang diklaim Malaysia. Di antaranya adalah Reog Ponorogo asal Jawa Timur, Angklung asal Jawa Barat, Batik asal Pekalongan dan Tari Pendet dari Bali serta beberapa produk budaya lainnya. Dan Sebenarnya masih banyak masalah-masalah yang menyebabkan hubungan Indonesia dan Malaysia menjadi memburuk seperti melecehkan Lagu Kebangsaan kita “ Indonesia Raya” degan kata-kata yang tidak pantas dan menyebut bangsa Indonesia dengan sebutan Indon (ejekan kepada negeri kita) kemuadian ada yang membalasnya dengan sebutan Malingsia yang disematkan pada negri jiran tersebut karena “kebiasaannya” mengakui kesenian milik negara lain.  Walaupun demikian saya yakin itu semua ini bukan  berasal dari negara tetangga kita ini,  ini berasal dari pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab, yang menginginkan perpecahan dianatara kedua negara Islam ini, Indonesia dan Malaysia. Kecurigaanku tersebut bertamabah ketika membaca sebuah milis di internet yang menyebutkan asal-usul Lagu “Indonesia Raya” yang dilecehkan berasal dari negeri kafir, Amerika Serikat!. Semoga saja dua negeri ini tetap berpikiran positif, jangan mudah terpancing oleh otak-otak berkarat kaum Yahudi dan Amerika. Semoga...

Kasus dengan Malaysia ini seperti menjadi  tamparan keras buat para pemimpin bangsa ini agar tidak terlalu lama bergaya mencari simpati rakyat artinya semua pihak berkewajiban menjaga kesenian daerah kita, aku ambil contoh wayang kulit, angklung dan semua kesenian daerah hampir dikatakan sudah sangat jarang tampil di televisi swasta kecuali TVRI. Jadi secara tidak langsung sikap masa bodoh dan tidak perduli diri kita terhadap jenis kesenian daerah adalah ikut andil dalam pencaplokan kesenian kita oleh negara lain.

Aku melihat realita dibalik ini semua, dimana Bangsa Indonesia, tidak tua, tidak muda, semuanya begitu bersemangat mengobarkan nasionalismenya ketika ada sebuah kebudayaan, misalnya Batik, yang diklaim Malaysia bahkan ada yang sampai siap berperang demi Batik. “Kobaran api” nasionalisme yang begitu terang tergambar tersebut adalah suatu hal yang sangat jarang ditemukan sebelumnya, Siap mati demi batik,  demi wayang kulit, sungguh ironis memang disaat seperti sekarang kebudayaan kita sering dipandang sebelah mata, malah ada yang tidak mengenal wayang  tetapi disaat  Malaysia mengklaimnya nasionalisme kita begitu berkobar membelanya dan akhirnya kitapun menjadi “kenal” dengan kekayaan alam dan kebudayaan kita. Seperti  ketika Malaysia merebut pulau Ligitan dan Sipadan, sebelumnya mungkin hampir 99% rakyat Indonesia tidak mengenalnya atau bahkan Pemerntah pun mengkin tidak menganggap sebagai wilayahnya, bahkan penduduk pulau itu mungkin tidak pernah merasakan "tangan" Pemerintah, tetapi setelah semua terebut Malaysia, nasionalisme kita berkobar-kobar demi mempertahankannya walau semuanya gagal. Tetapi kita akhirnya ini bisa menyadarkan kepada kita bahwa kita mempunyai dua pulau tersebut sehingga kita menjadi tahu dan kenal akan kekayaan alam kita sebagai negara kepulauan.

Dan akupun kemudian berpikir, jangan-jangan untuk membangkitkan rasa nasionalisme yang tinggi atau agar nasionalisme kita tidak tidur terlalu lelap, Malaysia perlu “mengguggah” Indonesia lagi dengan klaim-klaim serupa.

Iya, jangan-jangan kita membutuhkan Malaysia untuk menumbuhkan dan membangkitkan nasionalisme itu..

Jangan-jangan kita membutuhkan Malaysia agar kita lebih mengurus dan melestarikan kekayaan seni budaya kita..

Jangan-jangan kita membutuhkan Malaysia agar warga negara Indonesia yang tinggal di pulau-pulau terluar menjadi diurus dan diperhatikan serta tidak  ditelantarkan agar tidak lepas seperti Sipadan-Ligitan..

Jangan-jangan kita membutuhkan Malaysia agar peralatan tempur maritim kita menjadi lebih baik atas kasus Ambalat..

Jangan-jangan kita membutuhkan Malaysia agar lebih baik mengurus sumber daya alam dan sumber daya manusia Indonesia..

Jangan-jangan kita membutuhkan Malaysia agar jutaan TKI disana terjamin kesejahteraannya karena Indonesia  tak mampu menyejahterakan mereka..

Jangan-jangan kita membutuhkan Malaysia yang telah menggratiskan biaya kuliah bagi mahasiswanya agar  pemerintah Indonesia juga menggratiskan biaya pendidikan bagi mahasiswanya..

Jangan-jangan kita membutuhkan Malaysia...

Dibalik semua pro dan kontra diantara hubungan Indonesia dan Malaysia ini, aku lebih suka berterima kasih pada Malaysia, negeri yang dianggap maling, tapi mampu menyadarkan kita tentang suatu hal yang amat sangat berharga bernama Nasionalisme. Tidak apa kita berkorban pulau tetapi nasionalisme kita menjadi bangkit melesat, berkobar. Terima kasih Malaysia telah menyadarkan Indonesia dari tidur panjangnya.

Terima kasih Malaysia...