Entah, hari ini hujan sudah turun berapa lama, sampai-sampai mentari tak terdengar kabarnya. Sepertinya langit sedang mengabarkan kedukaannya. Ia rupanya tak ingin melepaskan musim penghujan kali ini begitu saja. Terlalu manis untuk meninggalkan kenangan yang diciptanya.
Iya ini sudah bulan April, sudah saatnya menyambut kemarau. Kemarau yang sengatnya, ditakutkan para penggarap tanah, bahkan olehku sekalipun. Namun aku mengerti, alam ini butuh keseimbangan. Keseimbangan yang Tuhan ciptakan ini, bahwa kita yang dikaruniai dua musim, sungguh luar biasa. Jangan sampai kita mengutukinya.
Entah, kapan hujan ini akan berhenti. Sampai saat ini, belum ada tanda-tanda langit akan menghentikan tangisnya. Kita sudah lama terjebak di gubuk ini, sudah berapa kisah kehidupan kita ceritakan bersama disini. Aku menikmatinya, sungguh. Rasanya begitu istimewa, setiap detik bersamamu disini mungkin akan aku ingat sepanjang hidupku. Pelangi di matamu, adalah metafora terindah yang pernah kusaksikan.
Jangan pergi sekarang di luar masih hujan biarkanlah air mata langit itu terus menggigilkan rindu. Aku masih ingin bersamamu di gubuk penantian ini. Bersama mencipta cerita indah.