30 Desember 2013

Bunga Tidurku

ragaku kini jauh darimu
terbaring lemah di sisi lain dunia
tanganku tak mampu menjangkaumu
pelukku tak lagi bisa menghangatkanmu
pundakku tak cukup kuat lagi menjadi tempat bersandarmu

ku ingin engkau percaya padaku
bahwa di setiap pejam mataku
engkau selalu menjadi kisah yang paling sempurna
engkau selalu menjadi topik yang paling menyenangkan
engkau selalu menjadi nyanyian yang paling merdu untuk kumainkan 
di setiap bunga tidurku
memabukkanku dalam wewangian surgawi

kau harus tetap tersenyum
hingga saat aku terjaga 
mendapati senyummu terbit 
itu telah cukup sadarkan aku 
bahwa adamu telah mengadakan aku
Baca Selanjutnya...

6 Desember 2013

Mengapa Kita Masih Saja Menangisi Hal-hal yang Sama?

Seorang motivator dipercaya untuk mengisi suatu acara motivasi di kotanya, dengan percaya dirinya yang luar biasa, dia menerima tawaran itu apalagi teman-teman motivatornya juga diberikan kepercayaan yang sama. Biasanya dia akan memberikan wejangan berupa motivasi, kalau kamu kenal Mario Teguh, mungkin dia versi tiruannya.
Mendadak dia berpikir semua pembicara di acara tersebut adalah motivator maka dia iingin berbicara kepada para seluruh orang yang hadir dengan sesuatu yang berbeda dari lainnya, apalagi dia dapat giliran tampil di hampir di penghujung acara, mungkin ia ingin acara menjadi segar kembali, tidak kaku.
Tibalah gilirannya untuk berbicara, tidak seperti motivator lainnya, dia malah mengisi waktunya di panggung dengan komedi, ia menyulap panggungnya menjadi seperti acara "StandUp Comedy", setelah bercerita panjang lebar, tidak ada satupun hadirin yang tidak tertawa saat itu, semua tertawa mendengar ceritanya. Ternyata waktunya di panggung masih panjang, diapun kemudian menceritakan komedi yang tidak jauh berbeda dengan kisah yang pertama, tapi kali ini, hanya sebagian penonton yang tertawa. Lalu dia yang sedari awal ingin membuat penonton segar kembali, melihat ini, dia pun berusaha mengendalikan suasananya, lalu ia kemudian bercerita kembali tentang humor yang hampir sama lucunya dengan ceita humor yang pertama, dan tidak ada seorang pun yang tertawa mendengar kisah lucunya. Singkat cerita ia pun meninggalkan panggung dengan tubuh lemas dan muka lesu, ia tak pernah membayangkan bahwa keputusannya untuk tampil beda, benar-benar menghancurkan reputasinya.

Ada banyak pelajaran yang bisa kita petik di petikan cerita diatas. Banyak sekali. Tentang kecerobohan motivator yang memilih "jalan lain" yang mungkin bukan keahliannya dan parahnya ia melakukannya tanpa persiapan. Tapi bukan itu yang ingin aku bahas lebih disini.

Mari kita pahami sikap penonton, mereka tertawa terpingkal-pingkal seperti orang gila lalu berubah menjadi seperti seorang yang tak kenal arti tawa sebelumnya, kenapa?

Kenapa? Benar sekali, para penonton mendengar tiga cerita humor yang hampir serupa dari motivator tersebut, jadi mungkin mereka menganggap cerita kedua dan terakhir sudah (terlalu) "biasa" bagi mereka, sehingga mereka pun tidak lagi tertawa ketika tendengar cerita ketiga. 

Ijinkan aku bertanya, kepada diriku sendiri dan kepadamu, Kita semua tahu, kita mungkin tak bisa tertawa, tertawa lagi dan terus menerus tertawa, menertawakan suatu hal yang sama, tetapi kenapa kita masih saja menangis, menangis lagi dan terus menerus menangis, menangisi suatu hal yang sama setiap saat?

Baca Selanjutnya...