29 April 2009

Mahasiswa Oh Mahasiswa...

Gampang betul mendapatkan gelar pahlawan jaman sekarang. Hanya dengan berdemo, mengutuk pemerintah dengan kata-kata kotor, berbuat anarkis sambil bakar-bakaran, menantang polisi sambil lempar batu, memblokir jalan umum dan bikin macet, kasih bogem mentah ke setiap orang yang lewat—-tentu dengan dalih mengatasnamakan rakyat—-dan jadilah sudah.

No offense bagi keluarga-kerabat Maftuh Fauzi, tapi kata teman saya, “Orang gila mati gara-gara demo di jalan kok dibilang pahlawan rakyat.” Teman saya yang lain malah bilang, “Pahlawan itu orang yang berjasa buat negara, lah ini, Maftuh, apa yang diperbuatnya buat Indonesia?” Barangkali kalau para founding fathers negeri ini masih hidup, mereka akan menangis melihat gelar pahlawan diobral begitu murahnya.

Para mahasiswa itu mungkin lupa bahwa kita baru bisa mengatakan diri kita berguna jika hidup kita sungguh bisa membawa manfaat bagi orang banyak. Para mahasiswa ini mungkin merasa sudah terlampau hebat, menganggap diri mereka dewa reformasi, padahal mereka bukan superhero dan superbody yang bisa seenaknya berbuat ini-itu mengatasnamakan rakyat, demokrasi, dan seribu satu jargon lainnya.

Barangkali memang kapasitas otak para mahasiswa itu telah menyusut ukurannya. Mereka enak-enak membakar mobil aparat, padahal mobil itu dibeli dengan uang rakyat. Pagar gedung DPR yang sebenarnya dibangun atas keringat rakyat dirusak begitu saja. Pembatas jalan tol yang dibuat untuk kepentingan rakyat juga ikut dirobohkan. Katanya mereka mendemo soal BBM, tapi malah memblokir dan membuat macet jalan, yang pada akhirnya malah membuat ongkos bensin terbuang sia-sia.

Mereka seenaknya meneriakkan nasionalisasi Freeport. Perusakan alamnya memang sungguh luar biasa, tapi apa mereka pernah mendenger setoran 1% profit untuk suku-suku di sana? Tahukah mereka untuk apa dana yang nilainya cukup besar itu digunakan? Pernahkah mereka mendengar masyarakat Desa Banti, Tembagapura yang direlokasi dan dibuatkan rumah sesuai permintaan namun bagaimana nasib rumah-rumah tersebut sekarang? Kalau mereka tahu keadaan sebenarnya, saya bertaruh mereka tak akan teriak demikian.

Mereka juga ngotot meminta nasionalisasi perusahaan-perusahaan yang sekarang dimiliki asing. Tapi mereka lupa siapa yang sesungguhnya mengobral perusahaan-perusahaan tersebut sehingga sampai ke pangkuan asing tanpa memberi keuntungan buat bangsa sendiri. Mereka lupa bahwa main rampas dengan cara yang kasar tak cuma menurunkan kredibilitas Indonesia di mata dunia, tetapi juga membuat inflasi melompat tinggi yang pada akhirnya justru makin menyengsarakan rakyat.

Mereka berdemo dengan modal nekad serta berbekal narkoba dan miras. Polisi yang sedang menjalankan tugasnya malah mereka sebut “anjing” dan mereka lempari molotov. Tapi ketika jatuh korban, mereka membawa-bawa nama Komnas HAM atau Kontras. Siapa yang sebenarnya pengecut? Mestinya mereka sadar bahwa kepala benjol, terkena pentungan, tersiram water cannon, tertabrak, tertembak, cedera, berdarah, atau bahkan mati itu adalah resiko dari demo yang anarkis. Siapa yang sebenarnya kekanak-kanakan?

Pendek kata, mereka lupa bahwa negara ada karena rakyat. Dan apa yang mereka perbuat sesungguhnya justru sesuatu yang mendzalimi dan menyakiti hati rakyat banyak. Kalau memang ingin membela kepentingan rakyat:

mengapa tidak rajin belajar, segera selesaikan kuliah, dan membuat lapangan pekerjaan untuk menampung pengangguran di negeri ini yang jumlahnya bejibun?

mengapa tidak memikirkan solusi energi alternatif yang mudah dan murah bagi rakyat, mengingat masih ada 13% rumah tangga Indonesia yang belum terjangkau listrik?

mengapa tidak menggugat oknum LSM yang melacurkan diri ke bangsa lain dan menjelek-jelekkan bangsa sendiri demi kepentingan perut mereka?

mengapa tidak mendemo para pengemplang BLBI dan menuntut mereka mengembalikan utangnya yang mencapai triliunan rupiah?

mengapa tidak mendemo production house yang memproduksi sinetron yang berpotensi mendegradasi moral bangsa ini?

dan masih banyak mengapa-mengapa lain yang seharusnya dijawab sebelum mereka turun ke jalan.

Anyway, Anda mungkin heran mengapa kampus UNAS yang notabene tidak menunjukkan batang hidungnya era Mei 1998 tiba-tiba lantas mengemuka? Padahal di kampus “kecil” itu tidak banyak mahasiswa yang aktif dalam kemahasiswaan dan mengusung ideologi garis keras. Atau mungkin Anda juga bertanya-tanya mengapa kampus-kampus mainstream seperti UI, IPB, ITB, UGM, Undip, Unpad, Unair malah relatif tidak bergerak melawan pemerintah?

Ada sejumlah opsi untuk menjawab pertanyaan tersebut. Pertama, mungkin mereka tidak ada dalam peta percaturan pergerakan mahasiswa sehingga lepas dari radar pengawasan aparat dan intelijen dan bisa bebas berkoar begitu saja. Kedua, jumlah aktivis yang kecil justru merupakan peluang untuk disusupi dan dimanfaatkan guna provokasi pihak-pihak tertentu di kampus-kampus tersebut.

Tapi barangkali jawaban yang lebih pas adalah karena mereka (maaf) tidak secerdas senior-senior mereka dari kampus-kampus mainstream. Para mahasiswa dari kampus mainstream mungkin cukup intelek untuk memahami bahwa kenaikan BBM memang berdasar alasan-alasan yang rasional dan relatif tidak banyak alternatif lain selain mengurangi subsidi. Wajar jika demo yang dilakukan mahasiswa dari kampus-kampus utama tersebut hanya ala kadarnya.

Dugaan ini makin kuat mengingat demo dari UNAS dan kampus “kecil” lainnya juga makin irasional. Awalnya mereka menuntut pertanggungjawaban polisi atas meninggalnya rekan mereka. Namun, ujung-ujungnya mereka menuntut Kapolsek, Kapolda, Kapolri, hingga SBY-JK mundur karena dianggap tidak kompeten. Sungguh merupakan tuntutan demo yang terlalu garing untuk dibilang sebagai sesuatu yang lucu. Apalagi secara kasat mata terlihat adanya aksi provokasi, penyebaran fitnah, dan pembentukan opini yang hanya mencari-cari kesalahan aparat kepolisian semata.

Saya percaya aparat kepolisian dan intelijen cukup cerdas untuk bisa mengatasi persoalan-persoalan semacam ini. Mahasiswa juga perlu dikembalikan ke tempat duduknya semula sebagai agen perubahan yang mengusung nilai-nilai intelektual yang berbudi pekerti luhur. Mari sama-sama berdoa agar bangsa ini tak sampai terjebak pada chaos yang pernah terjadi sudah-sudah. Amien.

Dan ngomong-ngomong soal BBM, tahukah Anda bahwa di Simelue harga bensin mencapai Rp 20.000 per liter? Anehnya, masyarakat di sana tak banyak protes dan perekonomian masih terus berputar.

Dari Berbagai Sumber.
Baca Selanjutnya...

Wabah Flu Babi

Setelah kasus flu burung bikin heboh, sekarang muncul kasus flu babi. Kasus flu babi yang disebabkan oleh swine influenza virus (SIV) telah menewaskan 68 orang di Mexico dan menginfeksi 8 orang di Amerika Serikat semakin mengkhawatirkan. WHO telah memperingatkan bahwa flu babi sangat serius dan mengkhawatirkan dapat menjadi pandemi global, menyebar ke seluruh dunia karena menginfeksi manusia.

Di kota Mexico City’s dengan penduduk sekitar 20 juta, pemerintah telah menutup fasilitas publik selama 10 hari di antaranya sekolah, universitas, perpustakaan, dan musium. Menurut data korban flu babi di Mexico berusia antara 25 sampai 45 tahun.Pemerintah setempat telah membagikan masker-masker kepada warganya. Ribuan orang telah memeriksakan kesehatannya.

Ciri-ciri terjangkit flu burung antara lain adalah suhu badan di atas 39 derajat Celcius. Ada tiga langkah untuk memastikan apakah seseorang terjangkit Flu Babi atau tidak, yakni VCR, instalasi virus, dan peningkatan antibodi.

Pemerintah Meksiko mengatakan 81 orang diperkirakan tewas karena wabah virus flu babi manusia. Masyarakat diminta untuk tidak keluar rumah dalam upaya menghentikan penularan penyakit yang menurut Badan Kesehatan Dunia, WHO, bisa menjadi pendemi. Kasus yang diduga atau telah dipastikan flu babi pada manusia juga dilaporkan terjadi di Amerika Serikat dan tempat lain.

Setidaknya pada kasus yang telah dipastikan terlihat satu versi baru virus H1N1 - penyakit yang biasanya menjangkiti babi dan secara sporadis menular pada manusia. H1N1 adalah jenis virus yang menyebabkan wabah flu musiman pada manusia, namun versi yang baru ditemukan ini memuat materi genetik dari versi yang biasanya ada pada babi dan unggas.

Saat ini belum ditemukan vaksin untuk jenis baru ini namun pada kasus parah penyakit itu bisa diatasi dengan obat anti viral.Masih belum jelas keefektifan vaksin flu yang ada dalam melindungi manusia terhadap virus jenis baru ini, karena secara genetik berbeda dengan virus flu lainnya. Virus yang menyerang pernapasan ini menular lewat batuk atau bersin.

Meski sejauh ini kasus kematian akibat virus baru itu hanya terjadi di Meksiko, penyakit itu telah menyebar ke Amerika Serikat dan dugaan penularan pada manusia juga ditemukan di tempat lain:
Sebelas orang di Amerika Serikat dikonfirmasi terjangkit flu babi
Delapan kasus di satu sekolah menengah atas New York tengah diselidiki, dan 200 murid sakit ringan dengan gejala flu
Dua puluh satu murid dan tiga guru di Selandia Baru, sebagian memiliki gejala flu, yang baru kembali dari Meksico dikarantina dan diperiksa
Satu rumah sakit di Inggris yang memeriksa satu awak pesawat menyatakan tidak menemukan kasus flu burung

Meksiko lumpuh

Di Meksiko, gedung pemerintah ditutup sementara ratusan acara dibatalkan. Sekolah di dalam dan sekitar kota Meksiko ditutup hingga tanggal 6 Mei, dan sekitar 70% bar dan restoran di ibukota ini juga tutup untuk sementara. Warga diminta untuk tidak berjabat tangan, dan kedutaan besar Amerika di negara itu menyarankan pengunjung untuk menjaga jarak setidaknya 1,8m dari orang.

Menteri Kesehatan Meksiko, Jose Cordova, mengatakan sejak tanggal 13 April 1.324 orang masuk rumah sakit dengan gejala flu dan diperiksa untuk mengetahui apakah mereka terjangkit flu babi ini.

“Dalam periode yang sama, 81 orang meninggal kemungkinan karena virus ini namun hanya 20 kasus yang sudah dipastikan terjangkit flu babi,” ujarnya.

Presiden Meksiko Felipe Calderon mengumumkan sejumlah langkah darurat untuk mengatasi masalah ini.

Langkah-langkah itu antara lain kekuasaan untuk mengisolasi warga yang diduga terjangkit virus tersebut tanpa ada konsekuensi hukum setelahnya.


Kekhawatiran internasional

Di Amerika Serikat, tujuh orang di Kalifornia, dua orang masing-masing di Texas dan Kansas dipastikan terjangkit virus baru ini.

Di New York City, komisaris kesehatan kota Dr Thomas Frieden mengatakan tes awal yang dilakukan pada murid yang sakit memperlihatkan mereka kemungkinan terjangkit virus itu.

Pemeriksaan lebih lanjut akan memastikan apakah mereka terjangkit virus yang sama dengan di tiga negara bagian lain.

Sementara itu WHO mengatakan virus ini berpotensi menjadi pandemi meski terlalu dini untuk memastikan waktunya. Direktur Jendral WHO Margaret Chan mengatakan kasus kematian yang terjadi ini menyebabkan “keadaan darurat kesehatan masyarakat yang mengkhawatirkan dunia internasional” dan semua negara harus bekerjasama dalam memperketat pengawasan.

WHO meminta semua negara untuk lebih waspada terhadap gejala flu atau pneumonia yang tidak biasa yang menjangkiti warga, khususnya di kalangan warga dewasa yang sehat yang merupakan ciri-ciri pandemi di masa lalu.

Para pejabat mengatakan sebagian besar korban tewas di Meksiko sejauh ini adalah orang dewasa bukannya anak-anak atau orang tua.

Sumber: Dari berbagai sumber
Baca Selanjutnya...

24 April 2009

Ada Apa Dengan Narsis ???

Mungkin Anda sudah tahu. Dalam mitologi Yunani kuno, konon seorang pemuda bernama Narcissus sedang berjalan-jalan menyusuri danau. Suatu saat ia membungkuk di tepi danau hendak meminum sedikit airnya. Narcissus baru sadar betapa tampan dirinya dari bayangan yang tercermin di atas permukaan danau dan jatuh cinta pada bayangannya sendiri. Ia mencoba mengulurkan tangannya dan hendak mencium bayangannya sendiri. Sayangnya, Narcissus kemudian tergelincir dan mati tenggelam. Para dewa mereinkarnasi jasadnya menjadi bunga yang dinamai bunga narcissus.

Agak sulit menebak kapan pertama kali gelombang narsis 2.0 menyerbu dunia maya di Indonesia. Sejak kali pertama blog menjadi populer di Indonesia, gelagatnya memang sudah terlihat. Orang-orang ngeblog hanya untuk menunjukkan bahwa dirinya eksis di dunia maya—-atau lebih parah lagi, biar nongol kalau kita googling namanya. Tapi gelombang yang agak santer mungkin terjadi ketika Friendster menjadi sangat ngetren ditunjang dengan murahnya ponsel-ponsel berkamera VGA.

Bisa ditebak, semua jadi berlomba-lomba mengoptimalkan jumlah foto di Friendster. Foto dilakukan di mana saja demi kejar setoran. Posenya juga benar-benar gak nahan—-dengan gaya diimut-imutkan, didekatkan kamera dengan angle yang tinggi, sudut bibir sedikit dimonyongkan, dan mata disipitkan agar mirip artis Jepang. Kalau kurang, Photoshop bisa dikerahkan untuk memanipulasi foto, terutama untuk menyembunyikan jerawat dan tanda lahir yang tidak diinginkan.

Friendster mendadak jadi aneh. Kosakata baru seperti “akyu”, “luthu”, “kamuwh” mendadak jadi populer. Friendster sontak penuh dengan glitter dan blip animasi yang menyolok mata. Profil ditulis dengan kombinasi huruf kapital dan huruf kecil yang menyusahkan pembacanya. Jumlah teman dan testimonial sudah menjadi indikator populer tidaknya seseorang. Inilah mengapa akhirnya saya menutup Friendster sejak sekitar setahun lalu.

Kini, penderita narcissistic personality disorder (NPD) nampaknya justru kian akut. Kehadiran Facebook (dan microblogging seperti Twitter dan Plurk) agaknya membuat narsisme kian populer. Banyak anak sekolah merengek minta dibelikan Blackberry dengan alasan untuk menunjang tugas—-padahal hanya untuk update status atau chatting dengan teman di jam pelajaran. Mejeng di kafe dan mall menjadi rutinitas wajib dengan “sengaja” menonjolkan Blackberry. Walhasil, ponsel berfitur canggih itu hanya digunakan sepersekian dari kemampuan maksimalnya.

Dulu, bermain laptop cuma menjadi privilege para eksekutif muda. Tapi sekarang, banyak anak muda yang pamer laptop di coffee shop. Masa bodoh dengan spesifikasi, chipset, dan semacamnya. Kalau perlu beli Apple yang lebih cute dan seksi—-walaupun tak tahu bagaimana mendayagunakan MacOS. Hotspot gratisan menjadi target utama demi mengakses Facebook atau bermain game online. Kalau perlu, pesan minum satu tapi buat barengan dan pura-pura cuek nongkrong berjam-jam.

Kamera SLR, yang dulunya cuma dipakai para profesional, kini menjadi kamera sejuta umat. Dengan dalih hobi dan meningkatkan kreatifitas, kamera canggih ini malah cuma jadi senjata untuk menambah foto-foto narsis dengan resolusi tinggi. Kamera yang setidaknya dibanderol Rp 7-15 juta menjadi tidak optimal karena setting yang dipakai hanya default/auto. Album di Facebook penuh dengan foto diri sendiri. Yang lebih parah, setiap teman di-tag di foto-foto tersebut.

Facebook memang fenomena. Ia bisa membuat penggunanya seolah wartawan infotainment yang selalu memburu informasi tentang dapur orang lain. Ia membuat penggunanya sibuk memelototi status orang lain, memberi komentar, atau bergantian menulis di wall orang lain. Sama seperti yang terjadi di Friendster, makin gaul di Facebook berarti makin eksis. Hari ini add 100 orang, besok 200, minggu depan 1000 orang—-padahal yang benar-benar dikenal cuma 50an saja. Menulis notes di Facebook menjadi wajib, walaupun cuma asal comot dari tulisan/blog orang lain.

Bisa disimpulkan bahwa we have trained our selves and our communities to be narcissistic. Memang benar, Freud pernah mengatakan bahwa narsis “is an essential part of all of us from birth.” Manusia, by its nature, memang punya hasrat ingin dicintai, dihormati, dan dipuji. Namun segala sesuatu yang berlebihan tentu tidak bisa dibenarkan. Apalagi kalau ujung-ujungnya justru membuat kita sombong dan cenderung menganggap remeh orang lain.

Dalam mitosnya, ketampanan Narcissus sampai membuat orang mempertanyakan umurnya kepada peramal Tiresias. Kata Tiresias, “Narcissus bisa hidup lama, kecuali jika dia belajar mengetahui dirinya sendiri.” Jadi, jangan terlalu narsis deh, kalau kita ingin berumur panjang. :)

Sumber: http://nofieiman.com
Baca Selanjutnya...

18 April 2009

Solusiku Untuk Palestinaku

Sobat, sebagai remaja, sebenarnya kita bisa ngasih jalan keluar untuk mecahin sebuah problem. Baik kecil maupun gede. Kenapa? Karena kita punya akal. Ga perlu nunggu sekolah bertahun-tahun. Gelar yang berderet-deret. Asal kita punya maklumat alias pengetahuan, dan mampu merangkainya dengan analisa yang bagus, pasti solusi bakal kita dapatkan. Demikian juga untuk problem sebesar dan sekompleks masalah Palestina. Remaja sebenarnya bisa urun rembug. Ngasih masukan dan memberi pemecahan yang jernih.

Sobat, siapapun pasti miris mlihat berita di televisi, membaca info di koran, soal negeri tercinta Palestina. Negeri para Nabi dan Rasul ini (khususnya Jalur Gaza) lagi dibombardir oleh tentara israel yang biadab. Puluhan pesawat tempur menghancurkan rumah, masjid, dan sekolah. Dengan alasan tempat itu adalah markas Hamas. Ratusan tank memasuki kota dan menembak siapapun yang dianggap musuh oleh Israel. Ribuan nyawa kaum muslimin melayang. Resolusi PBB ga digubris israel. Para politisi sibuk ngebahas siapa yang salah dan siapa yang benar. Padahal sudah jelas, israel tuh bangsa penjajah. Sementara makin banyak mayat bayi, anak-anak dan wanita bergelimpangan di jalan. Rintihan saudara kita disana seakan ga didengar. Dunia Islam sekedar mengecam, protes dan mengutuk serangan itu. Tanpa berbuat apa-apa. Mesir malah menutup perbatasannya, penduduk Palestina yang mau mengungsi ke negerinya, justru disambut dengan tembakan. Apa-apaan nih? Mana sih ukhuwah kita? Dasar sekat nasionalisme murahan.

Hhm…sobat, sekelumit cerita tadi rasanya udah lebih dari cukup untuk nulis kisah tragisnya derita Palestina. Problem Palestina butuh solusi segera. Nah, kita dari imud mau beri sedikit masukan buat khususnya buat para penguasa negeri-negeri Islam, yang sekedar diam ga berkutik. Padahal gaji mereka dari pajak rakyatnya. Nah, saat sang rakyat butuh, kok malah tutup mulut. Ya, mereka hanya diam atau pura-pura diam, meski punya persenjataan canggih, militer yang katanya profesional dan penduduk yang berjumlah miliyaran.

Mungkin mereka masih bingung nyari solusi kali. Oke deh, aku bantu urun usul, menurut analisaku, solusi untuk Palestina ada 3 menu utama:

1. Bagi korban
Mau ga mau, dalam peperangan pasti ada korban. Untuk para korban, rekan-rekan kita yang ada di Palestina, kudu kita bantu dengan obat-obatan, makanan dan petugas medis. Ini mutlak, karena ga ada jalan keluar yang lain. Kecuali kita ungsikan mereka keluar dari medan peperangan. Masalahnya sekat nasionalisme telah bikin kita lupa diri.

2. Bagi penyerang
Fisik kudu dilawan dengan fisik. Penyerangan kudu disambut dengan penyerangan juga. Tentara kudu dilawan dengan tentara. Problem utama dari Palestina adalah keberadaan bangsa Israel (laknatullah). Mau tidak mau, agresi mereka yang ngawur dan ga tahu aturan itu, kudu dilawan dengan militer. Masalahnya, rakyat Palestina ga punya kekuatan militer. Kalaupun ada, sangat ga seimbang. Bantuan kemanusiaan yang ada di Rafah, Mesir, saat ini malah ga mau masuk ke Gaza, karena takut diserang israel. Kenapa? Karena ga ada perlindungan dari tentara kaum muslimin. Ga bakal tank hancur dengan batu atau senapan. Satu-satunya solusi adalah mengirim bantuan militer ke Palestina. Jihad fi sabilillah. Karena israel sudah nyata-nyata membunuhi saudara kita disana. Ya, kirim militer kesana. Wajib! Ini kudu jadi agenda utama negeri-negeri Islam di sekeliling Palestina, termasuk Indonesia. Kirim dong…susah amat sih!!

3. Bagi negeri muslim
Selama ini jalan keluar untuk problem Palestina sering buntu gara-gara negeri Islam ga bersatu. Terpisah karena sekat nasionalisme dan perbedaan kepentingan negeri satu dan negeri yang lain. Udah saatnya kita buang tuh sekat, jadikan ukhuwah nomor satu. Gimana caranya? Ya, terapin syariat Islam dong. Hanya dengan aturan itu, maka penderitaan satu orang umat Islam, adalah penderitaan bagi umat Islam yang lain. Ayo bersatu…!!
sumber: istikuma.wordpress.com
Baca Selanjutnya...

Indonesia Sedang Dijajah Lewat Industri Farmasi

”Orang miskin dilarang sakit”.

Slogan ini sangat cocok untuk diterapkan di Indonesia. Semakin hari harga obat semakin mahal. Mengapa harga obat dari hari ke hari semakin mahal? Bukankah semua obat diproduksi oleh industri dalam negeri? Jawabannya, pertama, memang semua obat di Indonesia diproduksi oleh industri farmasi dalam negeri. Namun, produsennya berbeda-beda, ada PMA (Penanaman Modal Asing), PMDN (Penanaman Modal Dalam Negeri), BUMN, dan industri menengah dan kecil. Dari sisi jumlah, industri farmasi di Indonesia sekitar 280 perusahaan. Memang sebagian besar, hampir 80% adalah perusahaan farmasi yang penanam modalnya milik dalam negeri, dan industri kecil dan menengah. Namun, sisa 20%nya adalah perusahaan asing. Dan perusahaan asing inilah yang menguasai 80% kapital dan penguasaan atas pasar. Kedua, sebagian besar bahan baku obat harus impor, yaitu sekitar 95%, baik bahan berkhasiat maupun bahan pembantu. Impor bahan baku ini semakin memperparah kenaikan harga obat karena tujuan dari ekspor-impor adalah untuk mencari keuntungan.

Kondisi ini akan diperparah dengan adanya AFTA (Asean Free Trade Area) tahun 2008, yang akan membuat obat dari Negara ASEAN leluasa masuk ke Indonesia. Begitu juga sebaliknya, obat yang diproduksi Indonesia bisa leluasa masuk ke negara ASEAN. Sekilas memang program ini sepertinya bagus, karena industri farmasi Indonesia nantinya akan lebih efisien sehingga bisa berkembang. Namun jika kita berpikir secara mendalam, maka kita akan mengetahui bahwa AFTA akan memperburuk kondisi farmasi Indonesia. Dalam industri farmasi berlaku ketentuan cGMP (current Good Manufacturing Practice) yang terdiri dari dua persyaratan utama yaitu ACTD (Asean Common Technical Dosier) dan ACTR (Asean Common Technical Requirements). ACTD dan ACTR merupakan persyaratan standart kualitas obat dan kemasan yang diberlakukan sama di semua Negara. Di Indonesia sendiri, sebagian besar industri farmasi merupakan industri kecil dan menengah. Kemungkinan besar industri kecil dan menengah ini tidak akan mampu mengikuti standart tersebut karena untuk memenuhi cGMP dibutuhkan biaya yang besar. Kalaupun dilakukan Toll Manufacturing, hanya akan menguntungkan industri besar. Toll Manufacturing adalah pabrik yang tidak memenuhi syarat bisa memproduksikan obatnya ke perusahaan yang memenuhi syarat. Perusahaan yang memenuhi syarat tentunya adalah perusahaan yang mempunyai kapital besar yang tidak lain adalah perusahaan farmasi milik asing dan pengusaha kelas kakap. Dalam Toll Manufacturing diberlakukan bahwa harga produksi ”titipan” setiap tiga bulan sekali mengalami kenaikan. Kalau setiap tiga bulan sekali harganya naik, kemungkinan besar perusahaan yang ”menitipkan” produksinya, yaitu perusahaan kecil dan menengah, akan menderita kerugian karena cost produksi lebih besar daripada harga jualnya. Akibatnya, akan banyak industri farmasi kecil dan menengah yang gulung tikar. Jadi Toll Manufacturing hanya akan menguntungkan industri besar milik asing.

Sesungguhnya, AFTA adalah salah satu cara asing untuk ’memukul’ industri farmasi Indonesia. Dengan adanya AFTA, akan banyak industri farmasi Indonesia yang gulung tikar, obat-obatan dari ASEAN akan dengan mudah masuk ke negara kita. Kita tahu bahwa jumlah penduduk Indonesia sangat besar. Dari 500 juta penduduk ASEAN, 230 jutanya adalah penduduk Indonesia. Oleh karena itu, Indonesia adalah tempat pemasaran yang bagus untuk obat-obat dari industri farmasi milik asing.

Kalau obat impor, tentunya harganya akan sangat mahal. Padahal kalau kita berbicara tentang obat, seharusnya sosial-kemanusiaan yang kita dahulukan, bukan profitnya. Kita juga sudah terkontaminasi dengan sistem kapitalis. Kalau kita lihat, orang yang makan obat, tentunya mereka sedang sakit, tetapi orang-orang tersebut dibebani pajak.

PPn 10%, belum lagi aturan yang lain-lain. Seharusnya negara menghapus pajak yang 10% ini agar masyarakatnya menjadi sehat. Kalau rakyatnya sehat, tentu negara akan menjadi kuat. Inilah gunanya negara, melindungi rakyatnya, bukan malah membuat rakyatnya sakit.
Baca Selanjutnya...

3 April 2009

Cinta Dunia & Takut Mati

Rasulullah bersabda, “Nyaris orang-orang kafir menyerbu dan membinasakan kalian, seperti halnya orang-orang yang menyerbu makanan di atas piring.” Seseorang berkata, “Apakah karena sedikitnya kami waktu itu?” Beliau bersabda, “Bahkan kalian waktu itu banyak sekali, tetapi kamu seperti buih di atas air. Dan Allah mencabut rasa takut musuh-musuhmu terhadap kalian serta menjangkitkan di dalam hatimu penyakit wahn.” Seseorang bertanya, “Apakah wahn itu?” Beliau menjawab, “Cinta dunia dan takut mati.” (HR. Ahmad, Al-Baihaqi, Abu Dawud No. 3745)

Zaman terus bergulir menghampiri penghabisannya. Hadits-hadits nabi tentang datangnya akhir dari alam semesta semakin terpenuhi. Kita telah melihat bahwa ummat ini semakin mengikuti tingkah laku yahudi dan nashara.

Bukan hanya di mal-mal, bahkan di pasar-pasar tradisional, kita dapat melihat betapa ummat ini telah melangkah meninggalkan millah Islam dan terus saja mengikuti jejak yahudi dan nashara, sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta, hingga ke lubang biawak pun mereka ikuti.

Ummat telah banyak yang melupakan Allah. Mereka terjebak dalam kenikmatan duniawi yang sementara. Mereka berbuat semaunya seolah surga dan neraka itu tak ada. Telah banyak diantara kita yang meninggalkan shalat fardhu sebagai tanda tak rindunya kita dengan Allah. Kalau pun kita shalat, kita shalat tanpa tahu ilmunya dengan baik dan benar. Kalau pun tahu ilmunya, hati dan fikirannya belum bisa benar dalam mendirikan sholat. Tetapi yang sangat perlu diperhatikan adalah mereka yang telah meninggalkan shalat fardhu. Apakah mereka tidak rindu untuk berjumpa dengan Allah?

Dari meninggalkan shalat itulah, ummat menjadi insan-insan yang mudah terjatuh kepada perbuatan keji dan mungkar. Narkoba dan minuman keras yang dulunya hanya diminum oleh orang-orang kafir, sekarang juga telah diminum oleh muslimin dengan penuh kebanggaan. Pembukaan aurat yang dulunya hanya dilakukan wanita-wanita kafir, kini juga dilakukan oleh muslimah dari yang muda hingga yang tua. Bahkan perzinahan di kalangan remaja pun menjangkiti para remaja muslim. Jika tahun baru dan valentine day tiba, hampir-hampir di muka bumi ini tidak tersisa lagi dari golongan Muhammad Rasulullah, kecuali sebagian kecil remaja yang meramaikan Masjid-Masjid dengan lafazh ‘Ya Allahu ya Allah’ untuk meredam musibah yang mungkin timbul akibat perbuatan sebagian besar ummat manusia yang terlena dalam kenikmatan duniawi di malam-malam tersebut.

Sebagian ummat Islam telah terjangkit dengan penyakit ‘hubbud dunya’, terlalu mencintai kehidupan duniawi. Mereka begitu bernafsu terhadap kehidupan dunia ini sehingga mereka lupa akan kematian, dan mereka tidak mau mengingat kematian, serta sangat takut terhadap mati. Mereka takut mati, selain karena amal mereka, juga lebih-lebih dikarenakan mereka tidak mau meninggalkan dunia yang sangat mereka cintai ini. Mereka mencintai dunia ini hingga malas beramal yang mendekatkan diri mereka kepada Allah. Mereka mencintai dunia ini hingga melupakan Allah, tidak merindukan-Nya, tidak pula mengharapkan pertemuan dengan-Nya. Kasihan, walau mereka sangat mencintai dunia ini, tetapi tetap saja, mereka pasti menemui kematian.

Jika mereka memang rindu untuk berjumpa dengan Allah, tentu mereka beramal shalih dengan penuh keikhlasan dengan mengharapkan keridhoan dari Allah. Tentu mereka berusaha untuk menyenangkan Allah dan melayani-Nya sebagaimana mestinya seorang hamba. Tetapi kebanyakan kita telah menjadi hamba dari nafsu kita sendiri dan terus melayani nafsu sebagai tuannya. Dan nafsunya begitu cinta terhadap kehidupan duniawi.

Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: “Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa.” Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang shalih dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya.” (Al-Kahfi: 110)

Inilah potret generasi kita, dimana ummat semakin terjangkit penyakit Al-Wahn, yaitu cinta dunia dan takut mati.
sumber: wibirama.com/
Baca Selanjutnya...